Investor Tunggu Perkembangan Iran, Harga Minyak Flat

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
08 August 2018 11:10
Laju harga minyak brent yang menjadi acuan di Eropa belum mampu sekencang perdagangan kemarin, di mana mampu menguat hingga 1,22%.
Foto: REUTERS/Andrew Cullen
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga minyak jenis brent kontrak pengiriman Oktober 2018 menguat tipis 0,03% ke level US$74,67/barel, sementara harga minyak light sweet kontrak September 2018 naik 0,16% ke US$69,28/barel pada perdagangan hari ini Selasa (07/08/2018) hingga pukul 10.22 WIB.

Laju harga minyak brent yang menjadi acuan di Eropa belum mampu sekencang perdagangan kemarin, di mana mampu menguat hingga 1,22%. Harga sang emas hitam sejatinya memang masih diselimuti sentimen positif dari pulihnya sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Iran per hari Selasa (07/08/2018).



Kemarin, sebagian sanksi dari Amerika Serikat (AS) resmi diaktifkan kembali. Sanksi ini akan menyasar pembelian dolar AS oleh Iran, perdagangan logam, batu bara, perangkat lunak industri, dan sektor otomotif.

"Mereka (Iran) seharusnya bersedia untuk menerima tawaran negosiasi dari Presiden (Presiden AS Donald Trump) dengan menyerahkan sepenuhnya misil-misil balistik dan senjata nuklir. Jika Ayatollah (Pemimpin Besar Iran) ingin keluar dari tekanan, maka mereka harus datang dan duduk. Tekanan tidak akan membesar jika mereka mau bernegosiasi," tegas John Bolton, Penasihat Keamanan Gedung Putih, dikutip dari Reuters.

Apabila Iran tidak mau bernegosiasi, maka 4 November akan menjadi tenggat waktu untuk jatuhnya sanksi yang lebih berat. Setelah 4 November, bisa-bisa Iran tidak bisa melakukan ekspor minyak. Situasi ini lantas memicu kekhawatiran akan teputusnya pasokan minyak dari Iran, salah satu pengekspor minyak mentah utama di dunia.

Dengan adanya sanksi bagi Negeri Persia, Morgan Stanley memprediksi produksi Iran akan jatuh ke 2,7 juta barel per hari di kuartal IV-2018, dengan lebih dari 1 juta barel akan hilang dari pasar. Sentimen ini lantas mengerek harga sang emas hitam.

Namun sejauh ini Teheran masih tenang menghadapi sanksi AS. Hassan Rouhani, Presiden Iran, justru menyebut sanksi AS menjadi alat pemersatu bangsa.

"Memang akan ada tekanan karena sanksi ini. Namun kami akan melaluinya dengan persatuan," katanya, dikutip Reuters.

Iran pantas percaya diri karena kemungkinan hanya AS yang menerapkan sanksi. Negara-negara barat lainnya masih mau berbisnis dengan Iran, sehingga kemungkinan dampak dari sanksi AS tidak terlalu besar.

"Banyak negara, termasuk dari Eropa, tidak sepakat dengan sanksi AS. Mereka tetap bersedia bekerja sama dengan Iran," ungkap seorang pejabat teras Iran, mengutip Reuters.

Merespons pernyataan Iran, pelaku pasar pun kini cenderung berperilaku wait and see melihat perkembangan dari sanksi AS ini. Kemungkinan minimnya dampak kerusakan bagi Negeri Persia sejauh ini masih terbuka seiring aksi "mitigasi" yang dilakukan negara-negara Barat. Akibatnya, penguatan harga minyak pagi ini pun masih terbatas.

Di sisi lain, harga minyak light sweet yang menjadi acuan di Negeri Paman Sam mendapatkan kekuatan dari turunnya cadangan minyak mentah AS sebesar 6 juta barel ke angka 407,2 juta dalam sepekan hingga tanggal 3 Agustus 2018, melansir laporan dari American Petroleum Institute (API). Penurunan itu lebih besar daripada ekpektasi pasar yang meramalkan penurunan sebesar 2,8 juta barel.

Sebagai informasi, data resmi dari US Energy Information Administration (EIA) akan dilaporkan pada malam ini pukul 21.30 WIB.

Kemudian, harga minyak juga berpotensi mendapatkan dukungan dari permintaan yang kuat dari negara-negara importir komoditas energi utama dunia ini. Biang keroknya tidak lain adalah gelombang panas yang menyapu Bumi Belahan Utara (BBU). Akibatnya, energi listrik yang digunakan menyalakan pendingin ruangan pun memuncak, sehingga memicu meroketnya permintaan sumber energi (seperti minyak dan batu bara) untuk pembangkit listrik.

Dari data teranyar, impor minyak mentah China naik 4,9% secara bulanan (month-to-month/MtM) pada bulan Juli 2018 ke angka 36,02 juta ton. Sementara itu, impor produk minyak mentah Negeri Tirai Bambu juga melonjak 20,2% MtM ke 2,67 juta ton.

(RHG/gus) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular