
Cadangan Devisa Anjlok Rp 166 T, BI Siapkan Langkah Ini
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
08 August 2018 09:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) menegaskan akan terus memperkuat posisi cadangan devisa yang dalam 8 bulan terakhir anjlok hingga Rp 166 triliun untuk menstabilisasi nilai tukar.
Hal tersebut disampaikan Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo melalui pesan singkatnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (8/8/2018). BI menegaskan, akan terus memperkuat second line of defence.
"BI terus memperkuat cadangan devisa dengan memperkuat second line of defence dengan sejumlah bank sentral baik bilateral maupun regional," jelas Dody.
Penurunan posisi cadangan devisa dalam beberapa bulan terakhir memang tidak dapat terhindarkan, sejalan dengan upaya bank sentral menstabilisasi nilai tukar rupiah.
Sejak awal tahun, depresiasi nilai tukar rupiah telah menyentuh 6,41%. Terhitung sejak Desember 2017, bank sentral telah menggelontorkan devisa hingga US$ 11,7 miliar atau Rp 166 triliun untuk melakukan stabilisasi.
Beberapa analis bahkan ragu posisi cadangan devisa bisa kembali menyentuh level tertingginya di kisaran US$ 131,98 miliar. Ada beberapa hal yang mendasari hal itu.
Misalnya, dari faktor pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS pada tahun ini, sampai dengan potensi perang dagang yang bisa mengurangi volume perdagangan dunia.
"Serta kecenderungan kenaikan harga minyak yang melebarkan defisit neraca perdagangan minyak dan gas," ungkap Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro.
Meski demikian, kondisi pasar keuangan Indonesia pada Juli lalu cukup menggairahkan. Arus modal asing yang masuk melalui obligasi maupun saham mulai meningkat masing-masing Rp 9,1 triliun dan Rp 790 miliar.
"Ini adalah pertama kalinya sejak Januari, arus modal mencatatkan kinerja positif," tulis riset Bahana Sekuritas.
(roy) Next Article Gubernur BI Akhirnya Blak-blakan! Rupiah Anjlok Karena Berita Ini
Hal tersebut disampaikan Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo melalui pesan singkatnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (8/8/2018). BI menegaskan, akan terus memperkuat second line of defence.
Sejak awal tahun, depresiasi nilai tukar rupiah telah menyentuh 6,41%. Terhitung sejak Desember 2017, bank sentral telah menggelontorkan devisa hingga US$ 11,7 miliar atau Rp 166 triliun untuk melakukan stabilisasi.
Beberapa analis bahkan ragu posisi cadangan devisa bisa kembali menyentuh level tertingginya di kisaran US$ 131,98 miliar. Ada beberapa hal yang mendasari hal itu.
Misalnya, dari faktor pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS pada tahun ini, sampai dengan potensi perang dagang yang bisa mengurangi volume perdagangan dunia.
"Serta kecenderungan kenaikan harga minyak yang melebarkan defisit neraca perdagangan minyak dan gas," ungkap Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro.
Meski demikian, kondisi pasar keuangan Indonesia pada Juli lalu cukup menggairahkan. Arus modal asing yang masuk melalui obligasi maupun saham mulai meningkat masing-masing Rp 9,1 triliun dan Rp 790 miliar.
"Ini adalah pertama kalinya sejak Januari, arus modal mencatatkan kinerja positif," tulis riset Bahana Sekuritas.
(roy) Next Article Gubernur BI Akhirnya Blak-blakan! Rupiah Anjlok Karena Berita Ini
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular