Dibuka di Zona Merah, IHSG Kini Sudah Menghijau

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
07 August 2018 09:23
Dibuka melemah tipis sebesar 0,02%, IHSG kini sudah ke zona hijau.
Foto: REUTERS/Iqro Rinaldi
Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka melemah tipis sebesar 0,02%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kini sudah ke zona hijau dengan menguat sebesar 0,17% ke level 6.111,45.

Penguatan IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga diperdagangkan menguat: indeks Nikkei naik 0,33%, indeks Kospi naik 0,28%, indeks Strait Times naik 1,28%, indeks Shanghai naik 0,44%, dan indeks Hang Seng naik 0,53%.

Laju pertumbuhan ekonomi kuartal-II 2018 yang tercatat di atas ekspektasi masih menjadi motor utama bagi bursa saham domestik. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,27% YoY, mengalahkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 5,125% YoY. Capaian ini juga mengalahkan posisi kuartal-I 2018 yang sebesar 5,06% YoY dan posisi kuartal-II 2017 yang sebesar 5,01% YoY.


Positifnya angka pertumbuhan ekonomi menghapus kekhawatiran investor bahwa laju ekonomi tahun ini akan lesu seperti tahun lalu, walaupun angka pertumbuhan ekonomi kuartal-III dan IV akan menjadi penentuan. Pasalnya, laju perekonomian pada kuartal-II ditopang oleh momentum Ramadan-Idul Fitri yang jatuh pada pertengahan Mei hingga pertengahan Juni.

Sentimen positif lainnya bagi IHSG adalah rilis Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Juli 2018 yang diumumkan oleh Bank Indonesia (BI) sebesar 124,8. Walaupun turun dibandingkan posisi sebelumnya yang sebesar 128,1, posisinya masih relatif tinggi. Terlebih, tingginya IKK pada bulan Juni disebabkan oleh faktor musiman yakni kehadiran hari raya Idul Fitri.

Masih tingginya IKK menandakan bahwa konsumsi masyarakat masih bisa dijaga di level yang tinggi.

Di sisi lain, risiko geopolitik yakni panasnya hubungan antara AS dengan Iran menghantui jalannya perdagangan IHSG. Kemarin (6/8/2018), pemerintahan AS sudah mengumumkan sanksi bagi Iran yang akan mulai berlaku pada hari ini. Sanski tersebut merupakan kelanjutan dari keputusan Presiden AS Donald Trump untuk keluar dari kesepakatan terkait nuklir pada Mei silam.


Ketika resmi berlaku nantinya, Iran akan dilarang untuk membeli dolar AS, mencegahnya untuk membeli emas dan logam mulia lainnya. Sanski dari AS juga menyasar sektor otomotif dari Iran, serta melarang ekspor karpet Persia dan pistachio.

Pada akhir tahun, sanksi dari AS akan menyasar ekspor minyak yang merupakan tulang punggung perekonomian Iran.

Jika tensi antar kedua negara terus memanas, IHSG bisa dipaksa turun ke zona merah.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ray) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular