Ekonomi Melaju kencang, Saham Sektor Apa yang Layak Beli?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
06 August 2018 15:24
Merespon kuatnya data pertumbuhan ekonomi, sektor saham apa yang bisa menjadi pilihan?
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Tak disangka-sangka, ekonomi Indonesia melaju begitu kencang pada kuartal-II 2018. Sepanjang kuartal-II, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,27% YoY, mengalahkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 5,125% YoY. Capaian ini juga mengalahkan posisi kuartal-I 2018 yang sebesar 5,06% YoY dan posisi kuartal-II 2017 yang sebesar 5,01% YoY.

Pasar keuangan pun merespon positif kencangnya laju perekonomian tanah air. Hingga siang hari ini, IHSG menguat 1,34%, sementara rupiah menguat 0,1% melawan dolar AS di pasar spot.

Lantas, sektor saham apa yang bisa menjadi pilihan guna memanfaatkan momentum tersebut?

Pada umumnya, ada dua sektor saham yang bisa menjadi pilihan kala ekonomi Indonesia melaju kencang, yakni jasa keuangan dan barang konsumsi. Ketika perekonomian tumbuh dalam tingkatan yang tinggi, sektor jasa keuangan diuntungkan lantaran ada potensi meningkatnya penyaluran kredit.

Dengan melihat ekonomi yang melaju tinggi, pelaku usaha tentu akan optimis mengenai prospek perekonomian di masa depan sehingga meresponnya dengan melakukan ekspansi. Biasanya, ekspansi dibiayai dengan kredit perbankan dan pendanaan dari pasar modal.

Sementara itu, lebih dari 50% perekonomian Indonesia dibentuk oleh konsumsi rumah tangga. Biasanya, laju perekonomian yang tinggi ditopang oleh tingginya tingkat konsumsi rumah tangga. Benar saja, sepanjang kuartal-II 2018, konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,14% YoY, jauh mengalahkan capaian kuartal-II 2017 yang sebesar 4,97% YoY.

Tim Riset CNBC Indonesia berpendapat bahwa saham-saham sektor barang konsumsi lebih menarik untuk dilirik sepanjang sisa tahun ini ketimbang sektor jasa keuangan, dengan catatan bahwa pertumbuhan konsumsi rumah tangga bisa dijaga di atas level 5%.

Sepanjang tahun 2018 (sampai dengan penutupan perdagangan hari Jumat, 3/8/2018), indeks sektor jasa keuangan terkoreksi sebesar 4,94%. Sementara itu, indeks sektor barang konsumsi telah melemah hingga 14,2%. Perlu diingat juga bahwa pada tahun lalu, sektor jasa keuangan telah melesat hingga 41%, sementara sektor barang konsumsi 'hanya' menguat 23%.

Koreksi yang sudah lebih dalam tentu membuka ruang bagi investor untuk melakukan akumulasi beli atas saham-saham sektor barang konsumsi. Terlebih, prospeknya cukup menarik.

Bagi konsumsi rumah tangga untuk melampaui capaian kuartal-II 2018 memang terbilang sulit, jika bukan mustahil. Pasalnya, pada kuartal-II ada momen yang sangat ampuh dalam mendongkrak konsumsi rumah tangga, yakni Idul Fitri. Selain itu, ada juga pagelaran piala dunia 2018 yang ikut berkontribusi dalam mendongkrak konsumsi masyarakat.

Bahkan, kepala BPS Suhariyanto juga menyuarakan pesimismenya bahwa pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada 2 kuartal terakhir tahun ini bisa melebihi capaian kuartal-II.

"Konsumsi tumbuh 5,14% ini luar biasa. Kalau dibilang akan lebih kuat, akan berat," tegas Suhariyanto di sela-sela konferensi pers, Senin (6/8/2018).

Namun demikian, adanya gelaran Asian Games yang dimulai pada bulan ini dan hari raya Natal pada akhir tahun rasanya akan mampu mendorong konsumsi masyarakat tumbuh di kisaran 5%.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Pertumbuhan Ekonomi Meleset, IHSG Mulai Balik Arah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular