
Holding Migas, PGN Bisa Jual Gas Blok Mahakam
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
03 August 2018 13:40

Jakarta, CNBC Indonesia- Setelah dibentuknya holding BUMN Migas, sesuai pemetaan yang telah dilakukan tim dari Pertamina, PT PGN Tbk (PGAS), dan Pertagas, perusahaan bisa memasarkan gas dari blok-blok seksi milik Pertamina.
Di antara blok tersebut, salah satunya adalah gas dari blok Mahakam yang pada 1 Januari 2018 diserahkan 100% ke Pertamina oleh pemerintah. Selain Mahakam, PGN (PGAS) juga bisa menjual gas dari 6 blok lainnya, sehingga perusahaan bisa dibilang mendapat 7 sumber gas baru.
Tujuh sumber gas tersebut yakni:
1. Gas Blok Mahakam yang mulai 1 Januari 2018 dialihkan pengelolaannya ke Pertamina
2. Gas Blok Cepu yang diperkirakan bisa berproduksi secara komersial tahun ini
3. Gas lapangan Puspa sebanyak 45-50 MMSCFD yang bisa dikomersialisasi tahun ini
4. Gas lapangan Cikarang Tegal Pacing sebanyak 15 MMSCFD
5. Gas lapangan Salawati sebanyak 20 MMSCFD yang bisa dikomersialisasi mulai 2019
6. Gas lapangan Bambu Besar sebanyak 10 MMSCFD yang juga bisa dikomersialisasi tahun depan, dan
7. Lapangan Simenggaris yang diperkirakan mampu memproduksi gas sebanyak 10 MMSCFD mulai 2021.
"Dengan terbentuknya Holding BUMN Migas, maka pendapatan dari penjualan gas lapangan-lapangan tersebut akan terkonsolidasi ke Pertamina, sehingga nilai ekonomis dari sektor gas hulu ke hilir bisa masuk ke Pertamina. Untuk itu, kami akan bertindak sebagai penjualnya," kata Direktur Komersial PT PGN Tbk (PGAS) Danny Praditya melalui keterangan resminya, Jumat (3/8/2018).
Adapun, tujuh sumber gas baru tersebut tidak lepas dari faktor yang bisa mendorong PGN mampu menjalankan mandat sebagai agregator gas. "Yang pertama, pasokan dari sumber lapangan gas Pertamina, kini bisa dijual oleh PGN ke seluruh pelanggannya," imbuhnya.
Kedua, jumlah infrastruktur gas yang dikelola PGN menjadi bertambah karena adanya tambahan pipa gas Pertagas yang kini menjadi bagian dari jaringan pipa PGN.
Ketiga, dengan ditetapkan pemerintah kepada PGN sebagai subholding bisnis gas bumi, maka kapasitas investasi PGN akan meningkat akibat tidak ada lagi duplikasi pembangunan jaringan infrastruktur pipa gas dengan Pertagas seperti yang selama ini terjadi.
Danny menyebut, pembentukan holding BUMN Migas akan meningkatkan kapasitas investasi pengembangan sektor gas sebesar US$ 9,5 miliar pada periode 2017 sampai 2030 mendatang.
"Secara keseluruhan integrasi PGN ke Pertamina dan Pertagas ke PGN akan meningkatkan kapasitas investasi sebesar US$ 32 miliar sampai 2030 mendatang. Artinya akan semakin banyak jaringan pipa gas yang kami bangun ke depannya dengan harapan bisa melayani lebih banyak lagi pelanggan," kata Danny.
Selain itu, dengan adanya holding BUMN Migas, tentunya dapat membantu mengatasi tantangan terbesar pemanfaatan gas bumi yang dihadapi Pemerintah bisa teratasi.
Tantangan tersebut, mulai dari pengembangan pasar dan infrastruktur, khususnya di area baru karena alasan keekonomian dan risiko tidak ada pembeli, pengembangan lapangan baru karena alasan keekonomian dan kepastian pembeli, disparitas harga gas antar wilayah, sampai rantai pasokan yang tidak efisien.
Adapun Direktur Utama PGN Jobi Triananda Hasjim mengatakan sinergi kedua perusahaan menjadikan jaringan pipa gas yang dikelola PGN sepanjang 9.600 kilometer.
Ia memperkirakan pertumbuhan volume distribusi gas bumi pasca integrasi bisa mencapai 7% per tahun. Selain itu, volume transportasi gas bumi diperkirakan turut mengalami peningkatan sekitar 5% per tahun.
"Dari sisi jumlah pelanggan, diperkirakan akan ada penambahan 40.000 pelanggan rumah tangga pada 2019. Di sektor industri dan komersial, penambahan pelanggan diperkirakan mencapai 90 pelanggan dari posisi saat ini 3.820 pelanggan," pungkas Jobi.
(gus) Next Article Moody's: Holding Migas Tak Berdampak Pada Peringkat PGN
Di antara blok tersebut, salah satunya adalah gas dari blok Mahakam yang pada 1 Januari 2018 diserahkan 100% ke Pertamina oleh pemerintah. Selain Mahakam, PGN (PGAS) juga bisa menjual gas dari 6 blok lainnya, sehingga perusahaan bisa dibilang mendapat 7 sumber gas baru.
1. Gas Blok Mahakam yang mulai 1 Januari 2018 dialihkan pengelolaannya ke Pertamina
2. Gas Blok Cepu yang diperkirakan bisa berproduksi secara komersial tahun ini
3. Gas lapangan Puspa sebanyak 45-50 MMSCFD yang bisa dikomersialisasi tahun ini
4. Gas lapangan Cikarang Tegal Pacing sebanyak 15 MMSCFD
5. Gas lapangan Salawati sebanyak 20 MMSCFD yang bisa dikomersialisasi mulai 2019
6. Gas lapangan Bambu Besar sebanyak 10 MMSCFD yang juga bisa dikomersialisasi tahun depan, dan
7. Lapangan Simenggaris yang diperkirakan mampu memproduksi gas sebanyak 10 MMSCFD mulai 2021.
"Dengan terbentuknya Holding BUMN Migas, maka pendapatan dari penjualan gas lapangan-lapangan tersebut akan terkonsolidasi ke Pertamina, sehingga nilai ekonomis dari sektor gas hulu ke hilir bisa masuk ke Pertamina. Untuk itu, kami akan bertindak sebagai penjualnya," kata Direktur Komersial PT PGN Tbk (PGAS) Danny Praditya melalui keterangan resminya, Jumat (3/8/2018).
Adapun, tujuh sumber gas baru tersebut tidak lepas dari faktor yang bisa mendorong PGN mampu menjalankan mandat sebagai agregator gas. "Yang pertama, pasokan dari sumber lapangan gas Pertamina, kini bisa dijual oleh PGN ke seluruh pelanggannya," imbuhnya.
Kedua, jumlah infrastruktur gas yang dikelola PGN menjadi bertambah karena adanya tambahan pipa gas Pertagas yang kini menjadi bagian dari jaringan pipa PGN.
Ketiga, dengan ditetapkan pemerintah kepada PGN sebagai subholding bisnis gas bumi, maka kapasitas investasi PGN akan meningkat akibat tidak ada lagi duplikasi pembangunan jaringan infrastruktur pipa gas dengan Pertagas seperti yang selama ini terjadi.
Danny menyebut, pembentukan holding BUMN Migas akan meningkatkan kapasitas investasi pengembangan sektor gas sebesar US$ 9,5 miliar pada periode 2017 sampai 2030 mendatang.
"Secara keseluruhan integrasi PGN ke Pertamina dan Pertagas ke PGN akan meningkatkan kapasitas investasi sebesar US$ 32 miliar sampai 2030 mendatang. Artinya akan semakin banyak jaringan pipa gas yang kami bangun ke depannya dengan harapan bisa melayani lebih banyak lagi pelanggan," kata Danny.
Selain itu, dengan adanya holding BUMN Migas, tentunya dapat membantu mengatasi tantangan terbesar pemanfaatan gas bumi yang dihadapi Pemerintah bisa teratasi.
Tantangan tersebut, mulai dari pengembangan pasar dan infrastruktur, khususnya di area baru karena alasan keekonomian dan risiko tidak ada pembeli, pengembangan lapangan baru karena alasan keekonomian dan kepastian pembeli, disparitas harga gas antar wilayah, sampai rantai pasokan yang tidak efisien.
Adapun Direktur Utama PGN Jobi Triananda Hasjim mengatakan sinergi kedua perusahaan menjadikan jaringan pipa gas yang dikelola PGN sepanjang 9.600 kilometer.
Ia memperkirakan pertumbuhan volume distribusi gas bumi pasca integrasi bisa mencapai 7% per tahun. Selain itu, volume transportasi gas bumi diperkirakan turut mengalami peningkatan sekitar 5% per tahun.
"Dari sisi jumlah pelanggan, diperkirakan akan ada penambahan 40.000 pelanggan rumah tangga pada 2019. Di sektor industri dan komersial, penambahan pelanggan diperkirakan mencapai 90 pelanggan dari posisi saat ini 3.820 pelanggan," pungkas Jobi.
(gus) Next Article Moody's: Holding Migas Tak Berdampak Pada Peringkat PGN
Most Popular