Perang Dagang Benar-benar Terjadi, Pasar Obligasi Tertekan

Irvin Avriano A., CNBC Indonesia
03 August 2018 11:26
Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Foto: Freepik
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi pemerintah terkoreksi pagi ini, seiring dengan pelemahan rupiah dampak dari sentimen perang dagang antara Amerika Serikat (AS)-China.
 
Merujuk data Reuters, harga empat surat berharga negara (SBN) seri acuan (benchmark) melemah yang sekaligus membuat tingkat imbal hasilnya (yield) terdongkrak. Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar sekunder.
 
Seri acuan yang ditetapkan pemerintah adalah FR0063 untuk tenor 5 tahun, FR0064 tenor 10 tahun, FR0065 tenor 15 tahun, dan FR0075 tenor 20 tahun.
 
Seri acuan 10 tahun dan 5 tahun mengalami penurunan yield terbesar masing-masing 10 bps dan 9 bps menjadi 7,83% dan 7,72%. Besaran 100 bps setara dengan 1%, dengan yield sebagai acuan transaksi karena sudah mencerminkan risiko, kupon, dan harga dalam satu angka.
 
Dua acuan lain yaitu 15 tahun dan 20 tahun mengalami penurunan yield sebesar 6 bps dan 2 bps menjadi 8,164% dan 8,162%.
 
Posisi tersebut menarik karena yield tenor 15 tahun yang lebih pendek daripada tenor 20 tahun sudah lebih tinggi, padahal secara normal tenor lebih panjang memiliki yield lebih tinggi yang turut mencerminkan risiko yang lebih besar.
 
Kondisi tersebut mencerminkan minat dari investor pasar surat utang pemerintah rupiah yang lebih besar ke tenor menengah dibanding tenor panjang.
Foto: CNBC Indonesia/Irvin Avriano

Koreksi pasar obligasi terjadi seiring dengan turunnya nilai tukar mata uang garuda Rp 14.500 -30 poin untuk setiap dolar AS.
 
Pelemahan rupiah terjadi hari ini setelah Presiden AS Donald Trump meminta pejabat tinggi bidang perdagangan untuk mengkaji kenaikan bea masuk terhadap importasi produk China senilai US$ 200 miliar (Rp 2.889 triliun), atau naik dari rencana awal 10% menjadi 25%.
 
Jika perang dagang dalam skala besar benar-benar terjadi antara AS dan China, laju perekonomian dunia menjadi taruhannya. Oleh karena itu, investor pun cenderung mengambil langkah mundur ke aset yang dianggap lebih aman (safe haven). 
 
Di sisi lain, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik tipis 1 poin (0,03%) menjadi 6.013.
 
TIM RISET CNBC INDONESIA


(hps/hps) Next Article Pasar Obligasi Pemerintah Stagnan, Saat Rupiah Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular