
Ekonomi Bocor, Capital Control & Lord Voldemort
Herdaru Purnomo & Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 August 2018 12:01

Namun jika arus modal terus dibiarkan datang dan pergi sesuka hatinya, maka rupiah pun berpotensi terus bergejolak. Volatilitas rupiah adalah sesuatu yang tidak dikehendaki dunia usaha maupun masyarakat, karena membut situasi menjadi penuh ketidakpastian.
Oleh karena itu, memang perlu ada pemikiran bagaimana untuk menjaga arus modal tidak mudah keluar. Dalam jangka pendek, Tobin Tax mungkin perlu menjadi pertimbangan. Namun dalam jangka panjang, yang harus dilakukan adalah membenahi sisi transaksi berjalan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Oleh karena itu, memang perlu ada pemikiran bagaimana untuk menjaga arus modal tidak mudah keluar. Dalam jangka pendek, Tobin Tax mungkin perlu menjadi pertimbangan. Namun dalam jangka panjang, yang harus dilakukan adalah membenahi sisi transaksi berjalan.
Transaksi berjalan adalah bagian dari neraca pembayaran yang berasal dari ekspor barang dan jasa. Penerimaan devisa dari sektor ini lebih bertahan lama (sustainable) dan bisa menopang rupiah dalam jangka panjang.
Cara untuk mengatasi defisit transaksi berjalan paling mudah adalah meningkatkan ekspor dan mengurangi impor. Di sisi ekspor, Indonesia perlu mengurangi ketergantungan terhadap komoditas. Saat ini, lebih dari 50% ekspor Indonesia adalah komoditas.
Ekspor komoditas tidak menghasilkan nilai tambah dan harganya murah. Jauh dibandingkan ekspor produk olahan, yang harganya bisa berkali-kali lipat.
Inilah yang membuat nilai ekspor negara seperti Singapura, Thailand, atau Jepang bisa melebihi Indonesia. Sebab, ekspor mereka didominasi produk manufaktur yang bernilai tambah dan mahal.
Untuk itu, kuncinya adalah industrialisasi. Indonesia perlu menggalakkan lagi industrialisasi, misalnya di industri pengolahan hasil bumi, agar komoditas yang didapat bisa diolah di dalam negeri. Hasilnya adalah produk olahan yang harganya bisa lebih tinggi.
Kemudian di sisi impor. Indonesia punya penyakit yang belum sembuh sampai saat ini. Ketika pertumbuhan ekonomi membaik, biasanya diiringi oleh lonjakan impor karena industri dalam negeri belum bisa memenuhi kenaikan permintaan, terutama untuk bahan baku dan barang modal.
Jawaban untuk masalah ini lagi-lagi adalah industrialisasi. Perlu ada langkah konsisten untuk terus memupuk industri nasional agar mampu menyediakan bahan baku dan barang modal. Dengan begitu, Indonesia tidak perlu sedikit-sedikit impor yang bisa membebani transaksi berjalan.
Upaya-upaya ini memang membutuhkan waktu, tidak bisa instan. Namun bisa sudah dilakukan, maka fundamental ekonomi Indonesia akan lebih kuat.
Ekspor komoditas tidak menghasilkan nilai tambah dan harganya murah. Jauh dibandingkan ekspor produk olahan, yang harganya bisa berkali-kali lipat.
Inilah yang membuat nilai ekspor negara seperti Singapura, Thailand, atau Jepang bisa melebihi Indonesia. Sebab, ekspor mereka didominasi produk manufaktur yang bernilai tambah dan mahal.
Untuk itu, kuncinya adalah industrialisasi. Indonesia perlu menggalakkan lagi industrialisasi, misalnya di industri pengolahan hasil bumi, agar komoditas yang didapat bisa diolah di dalam negeri. Hasilnya adalah produk olahan yang harganya bisa lebih tinggi.
Kemudian di sisi impor. Indonesia punya penyakit yang belum sembuh sampai saat ini. Ketika pertumbuhan ekonomi membaik, biasanya diiringi oleh lonjakan impor karena industri dalam negeri belum bisa memenuhi kenaikan permintaan, terutama untuk bahan baku dan barang modal.
Jawaban untuk masalah ini lagi-lagi adalah industrialisasi. Perlu ada langkah konsisten untuk terus memupuk industri nasional agar mampu menyediakan bahan baku dan barang modal. Dengan begitu, Indonesia tidak perlu sedikit-sedikit impor yang bisa membebani transaksi berjalan.
Upaya-upaya ini memang membutuhkan waktu, tidak bisa instan. Namun bisa sudah dilakukan, maka fundamental ekonomi Indonesia akan lebih kuat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular