
Ekonomi Bocor, Capital Control & Lord Voldemort
Herdaru Purnomo & Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 August 2018 12:01

Untuk saat ini, Indonesia tidak bisa sembarangan mengubah rezim devisa. Menerapkan rezim yang lebih ketat, apalagi jika sampai mengatur arus devisa yang boleh masuk dan keluar (capital control) adalah hal yang tabu.
Bukan apa-apa, mengubah rezim devisa (apalagi ke arah pengetatan) pasti membuat pelaku pasar tidak nyaman. Apalagi investor asing, yang selama lebih dari dua dekade terakhir mendapat tempat seluas-luasnya di Indonesia.
Struktur ekonomi Indonesia saat ini pun memberi ruang mewah bagi arus modal asing. Sejak 2011, transaksi berjalan (current account) Indonesia selalu defisit. Oleh karena itu, neraca pembayaran membutuhkan transaksi modal dan finansial agar bisa surplus.
Pada kuartal I-2018, transaksi modal dan finansial memang masih surplus tetapi tidak mampu menambal lubang besar yang ditinggalkan transaksi berjalan. Hasilnya, neraca pembayaran membukukan defisit US$ 3,85 miliar. Sebelumnya, transaksi modal dan finansial masih mampu menalangi defisit transaksi berjalan sehingga neraca pembayaran tetap surplus.
Jika minat investor terhadap pasar keuangan Indonesia turun, maka arus modal masuk akan semakin berkurang. Akibatnya defisit neraca pembayaran bisa semakin lebar.
Ini justru membuat rupiah melemah lebih dalam lagi, sesuatu yang sedang kita hindari.
Selain itu, pembiayaan anggaran negara juga sedikit banyak bergantung pada modal asing. Setiap tahunnya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tidak pernah mencatat surplus, selalu defisit karena penerimaan negara tidak mampu membiayai belanja. Selisih ini ditutup dengan pembiayaan utang.
Bukan apa-apa, mengubah rezim devisa (apalagi ke arah pengetatan) pasti membuat pelaku pasar tidak nyaman. Apalagi investor asing, yang selama lebih dari dua dekade terakhir mendapat tempat seluas-luasnya di Indonesia.
Struktur ekonomi Indonesia saat ini pun memberi ruang mewah bagi arus modal asing. Sejak 2011, transaksi berjalan (current account) Indonesia selalu defisit. Oleh karena itu, neraca pembayaran membutuhkan transaksi modal dan finansial agar bisa surplus.
Jika minat investor terhadap pasar keuangan Indonesia turun, maka arus modal masuk akan semakin berkurang. Akibatnya defisit neraca pembayaran bisa semakin lebar.
Ini justru membuat rupiah melemah lebih dalam lagi, sesuatu yang sedang kita hindari.
Selain itu, pembiayaan anggaran negara juga sedikit banyak bergantung pada modal asing. Setiap tahunnya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tidak pernah mencatat surplus, selalu defisit karena penerimaan negara tidak mampu membiayai belanja. Selisih ini ditutup dengan pembiayaan utang.
Saat ini, sebagian utang pemerintah berasal dari pasar yaitu penerbitan obligasi alias Surat Berharga Negara (SBN). Per 1 Agustus 2018, kepemilikan asing di SBN mencapai Rp 839,29 triliun. Jumlah tersebut mewakili 37,7% dari total investor SBN, tertinggi di antara kelompok lainnya.
Jika investor asing ini sampai tidak nyaman, maka mereka bisa saja meninggalkan pasar SBN dengan segera alias sudden reversal. Kala lebih dari 30% investor di SBN keluar, entah apa yang terjadi. Membayangkannya saja pun sudah tidak berani.
Oleh karena itu, tidak heran capital control menjadi hal yang tabu di Indonesia. Sebab ketika kebijakan ini diterapkan (atau baru diwacanakan saja) dijamin investor asing akan menarik dananya. Hasilnya adalah neraca pembayaran Indonesia defisit, anggaran negara kurang pembiayaan, dan berbagai kengerian lainnya.
Capital control memang bagai Lord Voldemort. Dia yang tidak boleh disebut namanya.
(aji/aji)
Jika investor asing ini sampai tidak nyaman, maka mereka bisa saja meninggalkan pasar SBN dengan segera alias sudden reversal. Kala lebih dari 30% investor di SBN keluar, entah apa yang terjadi. Membayangkannya saja pun sudah tidak berani.
Oleh karena itu, tidak heran capital control menjadi hal yang tabu di Indonesia. Sebab ketika kebijakan ini diterapkan (atau baru diwacanakan saja) dijamin investor asing akan menarik dananya. Hasilnya adalah neraca pembayaran Indonesia defisit, anggaran negara kurang pembiayaan, dan berbagai kengerian lainnya.
Capital control memang bagai Lord Voldemort. Dia yang tidak boleh disebut namanya.
Next Page
Mau Rupiah Terguncang Terus?
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular