'AS Tak Akan Balas Dendam, Tapi Ada yang Lebih Bahaya'

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
02 August 2018 16:10
Presiden Joko Widodo (Jokowi) bernyali cukup besar karena kebijakannya mampu melawan dominasi asing terutama AS di ekonomi Indonesia.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) bernyali cukup besar karena kebijakannya mampu melawan dominasi asing terutama AS di ekonomi Indonesia.

Bukan berupa aksi 'balas dendam', justru ada hal yang nantinya akan lebih berbahaya bagi Indonesia sendiri dengan menurunnya dominasi asing di ekonomi Indonesia.

Jokowi berhasil menjadikan Indonesia memiliki Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) yang membuat dominasi Visa dan MasterCard turun.

Kemudian, Freeport yang 51% sahamnya akan diambil alih Indonesia melalui Inalum. Terakhir, Blok Minyak Raksasa terbesar di Indonesia yakni Blok Rokan yang selama ini dikuasai Chevron berhasil dialihkan ke Pertamina.

Ternyata dari kebijakan Indonesia tersebut, bukanlah aksi balas dendam yang harus ditakuti namun ada beberapa hal penting lainnya.

"Jika melihat apakah Indonesia akan kena balasan dari aksi tersebut, menurut saya tidak. Ada hal yang lebih penting," kata Mantan Menteri Keuangan, Chatib Basri saat ditemui CNBC Indonesia, Rabu (2/8/2018).

"AS memang melakukan review sektor perdagangan karena Presiden Donald Trump ingin menggenjot ekonominya, jadi Indonesia memang pasti akan terkena dampaknya," imbuh Chatib.

Namun hal yang lebih berbahaya dari sekadar aksi balas dendam Trump adalah tidak maju dan berkembangnya semua yang telah dikuasai Indonesia.

"Bahkan dengan bertambahnya kewenangan sampai resources yang dimiliki, maka pemerintah harus hati-hati dengan para pemburu rente dan koruptor yang berupaya masuk ke sektor-sektor tersebut," ungkap Chatib.

Pertamina menurut Chatib harus hati-hati dalam mengelola Blok Rokan. Hal yang sama terjadi saat Freeport di tangan Inalum.

"Jangan sampai malah terjadi penurunan kualitas dari masing-masing resources tersebut. Dan jangan sampai nantinya koruptor mempunyai lahan baru. Itu lebih bahaya," kata Chatib.




(dru) Next Article Bukan Jokowi, Airlangga Buka Perdagangan Saham BEI 2021

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular