
Faisal Basri: Kurangi Impor, RI Siap-siap Dibalas Negara Lain
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
02 August 2018 10:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonom Senior Faisal Basri angkat bicara mengenai 'operasi penyelematan' nilai tukar rupiah Presiden Joko Widodo (Jokowi) melalui perbaikan defisit transaksi berjalan (CAD) dan defisit neraca perdagangan.
Beberapa waktu lalu, Jokowi menginstruksikan jajaran kabinet kerja untuk mengurangi impor dan meningkatkan kinerja ekspor nasional untuk menambah devisa yang selama ini menjadi penyebab utama rupiah terus mengalami tekanan.
Melalui akun Twitter resminya yang dikutip CNBC Indonesia, Kamis (2/8/2018), bukan perkara mudah bagi pemerintah untuk bisa membenahi defisit transaksi berjalan maupun defisit neraca perdagangan dalam waktu singkat.
"Solusi subtitusi impor butuh waktu, industrinya harus dibangun dulu. Melarang impor, bakal dibalas negara mitra dagang," kata Faisal.
"AS saja yang daya tawarnya hebat, cuma berani mengenakan bea masuk. Tidak adakah pembantu bapak Presiden yang mengingatkan hal ini?" ungkapnya.
Faisal mengingatkan, upaya pemerintah menghemat devisa melalui subtitusi impor perlu diperhitungkan dari sisi biaya. Jika tidak, maka keinginan pemerintah untuk memperbaiki kedua sektor tersebut dalam rangka menjaga stabilitas nilai tukar tidak akan tercapai.
"Tolong hitung domestic resources cost-nya. Jangan sampai hendak mengirit, jadi buntung," tegas Faisal.
Seperti diketahui, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo tak memungkiri, defisit transaksi berjalan pada tahun ini tekor. Bank sentral memproyeksikan, defisit transaksi berjalan tahun ini lebih dari US$ 25 miliar.
(dru) Next Article Mengintip Negara yang Rajin Beri Utangan untuk RI
Beberapa waktu lalu, Jokowi menginstruksikan jajaran kabinet kerja untuk mengurangi impor dan meningkatkan kinerja ekspor nasional untuk menambah devisa yang selama ini menjadi penyebab utama rupiah terus mengalami tekanan.
Melalui akun Twitter resminya yang dikutip CNBC Indonesia, Kamis (2/8/2018), bukan perkara mudah bagi pemerintah untuk bisa membenahi defisit transaksi berjalan maupun defisit neraca perdagangan dalam waktu singkat.
"AS saja yang daya tawarnya hebat, cuma berani mengenakan bea masuk. Tidak adakah pembantu bapak Presiden yang mengingatkan hal ini?" ungkapnya.
Faisal mengingatkan, upaya pemerintah menghemat devisa melalui subtitusi impor perlu diperhitungkan dari sisi biaya. Jika tidak, maka keinginan pemerintah untuk memperbaiki kedua sektor tersebut dalam rangka menjaga stabilitas nilai tukar tidak akan tercapai.
"Tolong hitung domestic resources cost-nya. Jangan sampai hendak mengirit, jadi buntung," tegas Faisal.
Seperti diketahui, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo tak memungkiri, defisit transaksi berjalan pada tahun ini tekor. Bank sentral memproyeksikan, defisit transaksi berjalan tahun ini lebih dari US$ 25 miliar.
(dru) Next Article Mengintip Negara yang Rajin Beri Utangan untuk RI
Most Popular