
Rupiah Kembali Tertekan, Pasar Obligasi Ikut Melemah
Irvin Avriano A., CNBC Indonesia
01 August 2018 11:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi (bonds) pemerintah terkoreksi pada peradagangan di awal Agustus ini, seiring dengan pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot hari ini.
Data Reuters menunjukkan pergerakan harga dari empat seri acuan (benchmark) beragam (mixed) dengan kecenderungan melemah yang mendongkrak posisi tingkat imbal hasil (yield) di pasar. Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Empat seri acuan surat berharga negara (SBN) terdiri dari FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 20 tahun.
Seri yang mengalami pelemahan harga adalah seri menengah pendek, yaitu acuan 5 tahun dan 10 tahun. Masing-masing obligasi (bond) pemerintah itu yield-nya naik 2 basis poin (bps) dan 1 bps menjadi 7,68% dan 7,76%.
Besaran 100 bps setara dengan 1%, dengan yield sebagai acuan utama perdagangan karena sudah mencerminkan inflasi, risiko, makroekonomi, kupon, dan return.
Bonds jangka menengah panjang yaitu acuan 15 tahun dan 20 tahun mengalami penguatan dengan selisih yield yang lebih tipis dan relatif flat, masing-masing 1 bps menjadi 8,14% dan 8,15%.
Koreksi pasar obligasi bersamaan dengan pelemahan mata uang merah putih di pasar, yang masih terkoreksi 18 poin (0,13%) menjadi Rp 14.433 per dolar AS.
Pelemahan rupiah terjadi karena dua faktor utama, yaitu kecemasan pasar menyongsong pertemuan bank sentral AS yaitu The Federal Reserve, serta kembali memanasnya perang dagang siang ini, setelah sebelumnya sempat mereda.
Presiden AS Donald Trump akan segera mengumumkan aturan pengenaan bea masuk baru terhadap importasi produk-produk China senilai US$ 200 miliar. Tarifnya bukan lagi 10% seperti rencana awal, tetapi 25%.
Di sisi lain, pasar ekuitas menguat setelah beberapa rilis beberapa emiten blue chips mampu membalikkan sentimen menjadi positif dari kemarin sentimen negatif yang sempat menenggelamkan indeks acuan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Next Article Pasar Obligasi Pemerintah Stagnan, Saat Rupiah Menguat
Data Reuters menunjukkan pergerakan harga dari empat seri acuan (benchmark) beragam (mixed) dengan kecenderungan melemah yang mendongkrak posisi tingkat imbal hasil (yield) di pasar. Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Empat seri acuan surat berharga negara (SBN) terdiri dari FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 20 tahun.
![]() |
Seri yang mengalami pelemahan harga adalah seri menengah pendek, yaitu acuan 5 tahun dan 10 tahun. Masing-masing obligasi (bond) pemerintah itu yield-nya naik 2 basis poin (bps) dan 1 bps menjadi 7,68% dan 7,76%.
Bonds jangka menengah panjang yaitu acuan 15 tahun dan 20 tahun mengalami penguatan dengan selisih yield yang lebih tipis dan relatif flat, masing-masing 1 bps menjadi 8,14% dan 8,15%.
Koreksi pasar obligasi bersamaan dengan pelemahan mata uang merah putih di pasar, yang masih terkoreksi 18 poin (0,13%) menjadi Rp 14.433 per dolar AS.
Pelemahan rupiah terjadi karena dua faktor utama, yaitu kecemasan pasar menyongsong pertemuan bank sentral AS yaitu The Federal Reserve, serta kembali memanasnya perang dagang siang ini, setelah sebelumnya sempat mereda.
Presiden AS Donald Trump akan segera mengumumkan aturan pengenaan bea masuk baru terhadap importasi produk-produk China senilai US$ 200 miliar. Tarifnya bukan lagi 10% seperti rencana awal, tetapi 25%.
Di sisi lain, pasar ekuitas menguat setelah beberapa rilis beberapa emiten blue chips mampu membalikkan sentimen menjadi positif dari kemarin sentimen negatif yang sempat menenggelamkan indeks acuan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Next Article Pasar Obligasi Pemerintah Stagnan, Saat Rupiah Menguat
Most Popular