
Anjlok 7% Selama Juli, Tren Koreksi Harga Minyak Berlanjut
Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
01 August 2018 10:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak jenis brent kontrak pengiriman September 2018 melemah 0,57% ke level US$73,83/barel, sementara harga minyak light sweet kontrak September 2018 terkoreksi 0,58% ke US$68,36 pada perdagangan hari ini Rabu (01/08/2018) hingga pukul 09.18 WIB.
Harga minyak brent yang menjadi acuan di Eropa melanjutkan pelemahan sebesar 0,96% pada perdagangan kemarin. Sedangkan, harga minyak light sweet yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) juga belum mampu bangkit pasca amblas nyaris 2% pada perdagangan sehari lalu.
Apabila ditarik dalam rentang waktu yang lebih panjang, harga minyak light sweet dan brent masing-masing-masing jatuh sebesar 7,27% dan 6,53%, di sepanjang bulan Juli 2018. Penurunan itu menjadi yang terdalam sejak tahun 2016.
Sejumlah sentimen negatif memang menjadi pemberat harga sang emas hitam di penghujung bulan Juli 2018. Pertama, Arab Saudi kemungkinan akan kembali melakukan pengiriman minyak melalui Selat Bab al-Mandeb.
Sebelumnya, Arab Saudi menghentikan sementara pengiriman melalui jalur ini karena serangan yang dilakukan pemberontak Houthi. Namun kini pihak Houthi sudah membuka diri untuk berdialog untuk menuju perdamaian.
"Penghentian serangan terhadap kapal-kapal akan dilakukan dalam jangka waktu tertentu dan bisa diperpanjang," kata Mohammed Ali al-Houthi, Pimpinan Komite Revolusioner Houthi, dalam pernyataan yang dikutip Reuters.
Jika pengiriman melalui jalur ini kembali normal, maka pasokan ke AS, Eropa, dan Asia akan meningkat. Selat Bab al-Mandeb merupakan jalur yang cukup sibuk, diperkirakan minyak mentah dan produk minyak sebanyak 4,8 juta barel/hari dikirimkan melalui perairan ini pada 2016.
Kedua, kemungkinan bertambahnya pasokan dari para anggota Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC). Survei Reuters menunjukkan produksi minyak negara-negara OPEC pada Juli 2018 naik 70,000 barel/hari menjadi 32,64 juta barel/hari. Ini merupakan yang tertinggi dalam 5 tahun terakhir.
Sebagai informasi, berdasarkan sumber sekunder di laporan bulanan OPEC edisi Juli 2018, produksi minyak mentah OPEC sudah meningkat 0,56% menjadi 32,33 juta barel/hari pada bulan Juni 2018.
Ketiga, Presiden AS Donald Trump yang kini mulai melunak dalam menghadapi Iran. Eks pembawa acara reality show The Apprentice itu menyatakan bersedia untuk bertemu dengan Presiden Iran Hassan Rouhani untuk membahas perbaikan hubungan kedua negara.
"Kalau mereka ingin bertemu, kami akan bertemu. Saya akan bertemu dengan siapa saja, saya percaya dengan pertemuan terutama jika pertaruhannya adalah perang. Saya tentu akan bertemu dengan Iran jika mereka memang mau. Tanpa syarat," tegas Trump, dikutip dari Reuters.
Apabila pertemuan Trump dan Rouhani sampai terjadi dan hasilnya positif, maka kekhawatiran terhadap sanksi dan berkurangnya pasokan minyak dari Iran bisa mereda. Harga minyak pun bisa terkoreksi karena pasokan yang memadai.
Hari ini sentimen negatif belum berhenti menghampiri. Data dari American Petroleum Institute (API) menunjukkan bahwa cadangan minyak mentah Negeri Paman Sam naik sebesar 5,6 juta barel pada pekan lalu. Capaian ini jauh mengungguli konsensus Reuters yang mengestimasikan penurunan sebesar 2,8 juta barel.
Sentimen kembali pulihnya cadangan minyak mentah di AS lantas mendorong harga minyak untuk melanjutkan pelemahannya pada pada pagi ini. Sebagai informasi, data resmi terkait cadangan minyak mentah AS akan dirilis oleh US Energy Information Administration (EIA) pada malam ini pukul 21.30 WIB.
(RHG/hps) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset
Harga minyak brent yang menjadi acuan di Eropa melanjutkan pelemahan sebesar 0,96% pada perdagangan kemarin. Sedangkan, harga minyak light sweet yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) juga belum mampu bangkit pasca amblas nyaris 2% pada perdagangan sehari lalu.
Apabila ditarik dalam rentang waktu yang lebih panjang, harga minyak light sweet dan brent masing-masing-masing jatuh sebesar 7,27% dan 6,53%, di sepanjang bulan Juli 2018. Penurunan itu menjadi yang terdalam sejak tahun 2016.
![]() |
Sejumlah sentimen negatif memang menjadi pemberat harga sang emas hitam di penghujung bulan Juli 2018. Pertama, Arab Saudi kemungkinan akan kembali melakukan pengiriman minyak melalui Selat Bab al-Mandeb.
Sebelumnya, Arab Saudi menghentikan sementara pengiriman melalui jalur ini karena serangan yang dilakukan pemberontak Houthi. Namun kini pihak Houthi sudah membuka diri untuk berdialog untuk menuju perdamaian.
"Penghentian serangan terhadap kapal-kapal akan dilakukan dalam jangka waktu tertentu dan bisa diperpanjang," kata Mohammed Ali al-Houthi, Pimpinan Komite Revolusioner Houthi, dalam pernyataan yang dikutip Reuters.
Jika pengiriman melalui jalur ini kembali normal, maka pasokan ke AS, Eropa, dan Asia akan meningkat. Selat Bab al-Mandeb merupakan jalur yang cukup sibuk, diperkirakan minyak mentah dan produk minyak sebanyak 4,8 juta barel/hari dikirimkan melalui perairan ini pada 2016.
Kedua, kemungkinan bertambahnya pasokan dari para anggota Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC). Survei Reuters menunjukkan produksi minyak negara-negara OPEC pada Juli 2018 naik 70,000 barel/hari menjadi 32,64 juta barel/hari. Ini merupakan yang tertinggi dalam 5 tahun terakhir.
Sebagai informasi, berdasarkan sumber sekunder di laporan bulanan OPEC edisi Juli 2018, produksi minyak mentah OPEC sudah meningkat 0,56% menjadi 32,33 juta barel/hari pada bulan Juni 2018.
Ketiga, Presiden AS Donald Trump yang kini mulai melunak dalam menghadapi Iran. Eks pembawa acara reality show The Apprentice itu menyatakan bersedia untuk bertemu dengan Presiden Iran Hassan Rouhani untuk membahas perbaikan hubungan kedua negara.
"Kalau mereka ingin bertemu, kami akan bertemu. Saya akan bertemu dengan siapa saja, saya percaya dengan pertemuan terutama jika pertaruhannya adalah perang. Saya tentu akan bertemu dengan Iran jika mereka memang mau. Tanpa syarat," tegas Trump, dikutip dari Reuters.
Apabila pertemuan Trump dan Rouhani sampai terjadi dan hasilnya positif, maka kekhawatiran terhadap sanksi dan berkurangnya pasokan minyak dari Iran bisa mereda. Harga minyak pun bisa terkoreksi karena pasokan yang memadai.
Hari ini sentimen negatif belum berhenti menghampiri. Data dari American Petroleum Institute (API) menunjukkan bahwa cadangan minyak mentah Negeri Paman Sam naik sebesar 5,6 juta barel pada pekan lalu. Capaian ini jauh mengungguli konsensus Reuters yang mengestimasikan penurunan sebesar 2,8 juta barel.
Sentimen kembali pulihnya cadangan minyak mentah di AS lantas mendorong harga minyak untuk melanjutkan pelemahannya pada pada pagi ini. Sebagai informasi, data resmi terkait cadangan minyak mentah AS akan dirilis oleh US Energy Information Administration (EIA) pada malam ini pukul 21.30 WIB.
(RHG/hps) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular