DMO Batu Bara Tetap Berlaku, Rupiah Tak Mampu Melaju
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 July 2018 16:52

Sementara rupiah tidak mampu melanjutkan pencapaian kemarin, yaitu menguat kala mata uang utama Asia melemah. Kemarin, rupiah disokong oleh kabar pemerintah yang akan mencabut kewajiban pemenuhan pasokan (Domestic Market Obligation/DMO) batu bara. Berita ini menjadi positif bagi rupiah, karena pencabutan DMO akan meningkatkan ekspor batu bara yang mendatangkan tambahan devisa.
Namun hari ini ada perkembangan baru terkait DMO. Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan tidak ada pencabutan DMO batu bara.
"Presiden memutuskan tidak ada pencabutan DMO, tetap berjalan seperti sekarang," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan usai rapat terbatas di Istana Bogor.
Kabar ini membuat arus modal di pasar keuangan domestik seret. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) amblas 1,51%. Saham-saham pertambangan yang kemarin menjadi penyokong penguatan IHSG kini melemah dalam, misalnya ADRO (-8,85%), ITMG (-5,08%), atau BUMI (-2,99%).
Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah bergerak naik. Untuk tenor 5 tahun, yield naik 0,9 basis poin ke 7,657%. Tenor 10 tahun naik 3,4 basis poin menjadi 7,755%, tenor 15 tahun naik 3,2 basis poin ke 8,155%, tenor 20 tahun naik 1,6 basis poin menjadi 8,169%, tenor 25 tahun naik 0,5 basis poin ke 8,474%, dan tenor 30 tahun naik 0,2 basis poin ke 8,461%.
Kenaikan yield menandakan harga instrumen ini sedang turun, yang berarti sedang ada aksi jual. Akibat perkembangan ini, pemerintah terpaksa memenangkan lelang obligasi dengan yield yang lebih tinggi dibandingkan pasaran.
Hari ini, pemerintah melelang obligasi negara tenor 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun. Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan adalah 7,67052% untuk tenor 5 tahun, kemudian 7,80959% untuk 10 tahun, dan 8,21675% untuk 15 tahun. Semuanya di atas yield pasar. Pemerintah tampaknya terpaksa memberi pemanis yang lebih agar investor mau masuk ke pasar obligasi negara.
Situasi sulit di pasar keuangan domestik membuat rupiah tertekan. Faktor domestik yang justru menjadi pemberat membuat rupiah sulit bertahan di tengah badai penguatan greenback yang terjadi secara meluas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Namun hari ini ada perkembangan baru terkait DMO. Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan tidak ada pencabutan DMO batu bara.
"Presiden memutuskan tidak ada pencabutan DMO, tetap berjalan seperti sekarang," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan usai rapat terbatas di Istana Bogor.
Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah bergerak naik. Untuk tenor 5 tahun, yield naik 0,9 basis poin ke 7,657%. Tenor 10 tahun naik 3,4 basis poin menjadi 7,755%, tenor 15 tahun naik 3,2 basis poin ke 8,155%, tenor 20 tahun naik 1,6 basis poin menjadi 8,169%, tenor 25 tahun naik 0,5 basis poin ke 8,474%, dan tenor 30 tahun naik 0,2 basis poin ke 8,461%.
Kenaikan yield menandakan harga instrumen ini sedang turun, yang berarti sedang ada aksi jual. Akibat perkembangan ini, pemerintah terpaksa memenangkan lelang obligasi dengan yield yang lebih tinggi dibandingkan pasaran.
Hari ini, pemerintah melelang obligasi negara tenor 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun. Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan adalah 7,67052% untuk tenor 5 tahun, kemudian 7,80959% untuk 10 tahun, dan 8,21675% untuk 15 tahun. Semuanya di atas yield pasar. Pemerintah tampaknya terpaksa memberi pemanis yang lebih agar investor mau masuk ke pasar obligasi negara.
Situasi sulit di pasar keuangan domestik membuat rupiah tertekan. Faktor domestik yang justru menjadi pemberat membuat rupiah sulit bertahan di tengah badai penguatan greenback yang terjadi secara meluas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular