
Untung Selisih Kurs Buat KRAS Mampu Pangkas Rugi Hingga 72%
Gita Rossiana, CNBC Indonesia
31 July 2018 08:24

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) membukukan rugi bersih US$16,01 juta atau sekitar Rp 230,7 miliar sepanjang enam bulan pertama tahun ini. Kerugian tersebut turun 71,8% dibandingkan kerugian US$56,7 juta yang dicatatkan perusahaan untuk periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan data keterbukaan informasi yang dirilis oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), pendapatan bersih perusahaan produsen baja pelat merah ini mencapai US$854,27 juta selama periode Januari hingga Juni tahun ini atau menguat 34,7% dibandingkan US$633,98 juta di semester pertama tahun lalu.
Meski begitu, beban pokok pendapatan naik lebih dari 39% menjadi US$753,88 juta dari US$540,87 juta.
KRAS dapat memangkas nilai kerugiannya setelah pada semester ini berhasil membukukan keuntungan selisih kurs sebesar US$32,67 juta setelah di periode yang sama tahun lalu mengalami rugi kurs hingga US$5,76 juta.
Total aset pada perusahaan meningkat tipis 0,72%, menjadi US$4,14 miliar per Juni 2018, dari US$4,11 miliar di enam bulan pertama tahun lalu.
Liabilitas juga naik menjadi US$2,39 miliar pada Juni 2018 dari US$2,26 miliar.
Sebelumnya, Direktur Utama Krakatau Steel Mas Wigriantoro Roes Setiyadi mengatakan perusahaan menargetkan pertumbuhan pendapatan hingga 7% di tahun ini. Dorongan pendapatan ini diharapkan bisa didapat dari peningkatan kontribusi anak usahanya. Untuk mendukung kinerja anak-anak usaha, perseroan menyiapkan belanja modal (capital expenditure/ capex) senilai US$555,77 juta. Dana ini akan digunakan perusahaan untuk revitalisasi pabrik, pengembangan pabrik baja HSM 2, penyertaan saham ke anak usaha, dan kebutuhan investasi induk usahanya.
(prm/prm) Next Article Lolos Dari Kebangkrutan, Saham Krakatau Steel Layak Diburu?
Berdasarkan data keterbukaan informasi yang dirilis oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), pendapatan bersih perusahaan produsen baja pelat merah ini mencapai US$854,27 juta selama periode Januari hingga Juni tahun ini atau menguat 34,7% dibandingkan US$633,98 juta di semester pertama tahun lalu.
Meski begitu, beban pokok pendapatan naik lebih dari 39% menjadi US$753,88 juta dari US$540,87 juta.
Total aset pada perusahaan meningkat tipis 0,72%, menjadi US$4,14 miliar per Juni 2018, dari US$4,11 miliar di enam bulan pertama tahun lalu.
Liabilitas juga naik menjadi US$2,39 miliar pada Juni 2018 dari US$2,26 miliar.
Sebelumnya, Direktur Utama Krakatau Steel Mas Wigriantoro Roes Setiyadi mengatakan perusahaan menargetkan pertumbuhan pendapatan hingga 7% di tahun ini. Dorongan pendapatan ini diharapkan bisa didapat dari peningkatan kontribusi anak usahanya. Untuk mendukung kinerja anak-anak usaha, perseroan menyiapkan belanja modal (capital expenditure/ capex) senilai US$555,77 juta. Dana ini akan digunakan perusahaan untuk revitalisasi pabrik, pengembangan pabrik baja HSM 2, penyertaan saham ke anak usaha, dan kebutuhan investasi induk usahanya.
Perusahaan saat ini juga menjalankan beberapa bisnis melalui anak usahanya, antara lain produk baja, real estate dan perhotelan, rekayasa dan konstruksi, segmen pengelolaan pelabuhan, dan beberapa bidang usaha lainnya.
Tahun lalu, pemasukan dari produk baja mendominasi pendapatan perusahaan, yaitu senilai Rp 1,23 triliun atau 85% dari total pendapatannya. Selain kontribusi dari anak usaha, perusahaan juga akan meningkatkan kapasitas ekspornya hingga 15% di tahun ini. Menurut Mas, beberapa negara di ASEAN masih berpotensi menjadi tujuan ekspor tahun ini.
Tahun lalu, pemasukan dari produk baja mendominasi pendapatan perusahaan, yaitu senilai Rp 1,23 triliun atau 85% dari total pendapatannya. Selain kontribusi dari anak usaha, perusahaan juga akan meningkatkan kapasitas ekspornya hingga 15% di tahun ini. Menurut Mas, beberapa negara di ASEAN masih berpotensi menjadi tujuan ekspor tahun ini.
(prm/prm) Next Article Lolos Dari Kebangkrutan, Saham Krakatau Steel Layak Diburu?
Most Popular