
Rupiah Bakal Menguat terhadap Mata Uang Ini. Apa Saja?
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
31 July 2018 08:45

Selama lima hari berturut-turut, rupiah menguat terhadap mata uang tersebut. Hari ini sentimen penguatan datang dari rencana pemerintah merevisi aturan domestic market obligation (DMO) komoditas batu bara untuk menjaga stabilitas nilai tukar dalam jangka pendek.
Revisi aturan yang diajukan mulai dari pengurangan kuota produksi di bawah 25% hingga menghapus aturan tersebut secara keseluruhan. Alasannya, harga batu bara acuan global ICE Newcastle terus naik dan menembus US$119,90/ton, atau tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.
Situasi ini tentu menjadi pertimbangan pemerintah untuk meningkatkan ekspor batu bara guna mendatangkan aliran devisa lebih tinggi yang harapannya akan mendorong pergerakan rupiah cenderung menguat dan stabil.
Di sisi lain, pemerintah dan BI juga memperkirakan kebijakan The Federal Reserve/The Fed akan cenderung agresif. Pertumbuhan ekonomi AS yang di kuartal II yang melaju di atas 4% semakin memperbesar peluang The Fed menaikkan suku bunga acuan hingga dua kali lagi.
Akibatnya, potensi pelemahan rupiah pun membesar. Oleh karena itu, wacana revisi aturan DMO pun ditempuh untuk melindungi pelemahan rupiah sehingga rupiah menguat terhadap dolar Singapura kemarin. Kemarin, rupiah menguat 0,08% di pasar spot di level 10.571,7 per SGD.
Rupiah kemungkinan besar masih melanjutkan penguatannya hari ini karena belum adasentimen positif dari ekonomi Singapura. Akhir-akhir ini investor kurang mengapresiasi perkembangan ekonomi Negeri Singa putih.
Hari ini, ada rilis data indeks kepercayaan bisnis (business confidence) per kuartal II-2018. Trading economics memproyeksi indeks akan turun pada posisi empat, turun sembilan poin dari kuartal sebelumnya di posisi 13 yang mencerminkan investor mulai was-was terhadap ekonomi Singapura.
Jika proyeksi tersebut terkonfirmasi, maka dolar Singapura akan melemah dalam jangka pendek, yang berujung pada penguatan rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/prm)
Revisi aturan yang diajukan mulai dari pengurangan kuota produksi di bawah 25% hingga menghapus aturan tersebut secara keseluruhan. Alasannya, harga batu bara acuan global ICE Newcastle terus naik dan menembus US$119,90/ton, atau tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.
Situasi ini tentu menjadi pertimbangan pemerintah untuk meningkatkan ekspor batu bara guna mendatangkan aliran devisa lebih tinggi yang harapannya akan mendorong pergerakan rupiah cenderung menguat dan stabil.
Akibatnya, potensi pelemahan rupiah pun membesar. Oleh karena itu, wacana revisi aturan DMO pun ditempuh untuk melindungi pelemahan rupiah sehingga rupiah menguat terhadap dolar Singapura kemarin. Kemarin, rupiah menguat 0,08% di pasar spot di level 10.571,7 per SGD.
Rupiah kemungkinan besar masih melanjutkan penguatannya hari ini karena belum adasentimen positif dari ekonomi Singapura. Akhir-akhir ini investor kurang mengapresiasi perkembangan ekonomi Negeri Singa putih.
Hari ini, ada rilis data indeks kepercayaan bisnis (business confidence) per kuartal II-2018. Trading economics memproyeksi indeks akan turun pada posisi empat, turun sembilan poin dari kuartal sebelumnya di posisi 13 yang mencerminkan investor mulai was-was terhadap ekonomi Singapura.
Jika proyeksi tersebut terkonfirmasi, maka dolar Singapura akan melemah dalam jangka pendek, yang berujung pada penguatan rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/prm)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular