Rupiah Bakal Menguat terhadap Mata Uang Ini. Apa Saja?

Alfado Agustio, CNBC Indonesia
31 July 2018 08:45
Rupiah Bakal Menguat terhadap Mata Uang Ini. Apa Saja?
Foto: REUTERS/Sukree Sukplang
Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan mata uang menjadi perhatian utama investor global khususnya di Indonesia. Dinamika ekonomi mendorong investor juga memilih mata uang sebagai instrumen investasi selain saham, komoditas hingga obligasi.  

Di tengah dinamika tersebut, Tim Riset CNBC Indonesia memperkirakan rupiah masih akan menguat terhadap dua mata uang global ini, tetapi kemungkinan masih akan melemah terhadap poundsterling. Berikut ini ulasannya.

Poundsterling Masih Miliki Amunisi Moneter
Pada pukul 16:00 WIB kemarin, GBP 1 di pasar spot ditransaksikan pada Rp 18.906,56. Rupiah melemah 0,05% dibandingkan penutupan akhir pekan lalu. Penguatan poundsterling ditopang merebaknya ekspektasi bahwa bank sentral Inggris menaikkan suku bunga acuan pada awal Agustus. 

Konsensus yang dihimpun Reuters memperkirakan, Bank of England (BoE) akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin dari posisi sekarang 0,5%, dengan tingkat keyakinan mencapai 86,42%. Sejak September 2017, BoE belum menaikkan suku bunga acuannya.  

Kali ini, peluang kenaikan cukup terbuka karena inflasi Negeri Ratu Elizabeth per Juni mencapai 2,4% atau melebihi target BoE (2%). Meski angka ini cenderung turun dibandingkan Juni 2017 (2,6%), inflasi tersebut hendak dikontrol lebih jauh oleh pejabat bank sentral.  

Caranya, dengan kenaikan suku bunga yang pada gilirannya mendorong poundsterling menguat terhadap mata uang lainnya termasuk rupiah.

NEXT
Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Juni 2018 menunjukkan Negeri Kangguru menjadi mitra dagang utama bagi Indonesia. Sepanjang Januari-Juni 2018, total perdagangan antara kedua negara mencapai US$ 3,38 miliar.  

Tingginya intensitas perdagangan kedua negaramendorong informasi pergerakan mata uang tersebut penting untuk diketahui. Per pukul 16:00 WIB kemarin, AUD 1 ditransaksikan di pasar spot sebesar Rp 10.652,50. Rupiah menguat 0,13% dibandingkan penutupan akhir pekan lalu.  

Menurut hemat kami, rupiah akan melanjutkan penguatannya hari ini. Selain wacana relaksasi atura DMO batu bara, rilis data ekonomi Australia menjadi pertimbangan. Kantor statistik Australia akan merilis data perkembangan pembiayaan properti per Juni 2018.  

Konsensus Reuters memperkirakan, pembiayaan properti akan stagnan. Stagnasi ini bisa menjadi sentimen pemberat dolar Australia, sementara aturan DMO batu bara masih membagi efek positif bagi rupiah. Aturan ini bisa membawa Indonesia mendekati Australia sebagai eksportir utama batu bara dunia.  

Perkembangan baru mengenai aturan DMO tersebut, terutama soal rencana penerapannya, bisa menjadi bahan bakar penguatan rupiah. Hal ini seiring timbulnya persepsi jika aturan DMO jadi dihapuskan, maka aliran devisa yang masuk akan lebih tinggi. Selama lima hari berturut-turut, rupiah menguat terhadap mata uang tersebut. Hari ini sentimen penguatan datang dari rencana pemerintah merevisi aturan domestic market obligation (DMO) komoditas batu bara untuk menjaga stabilitas nilai tukar dalam jangka pendek.  

Revisi aturan yang diajukan mulai dari pengurangan kuota produksi di bawah 25% hingga menghapus aturan tersebut secara keseluruhan. Alasannya, harga batu bara acuan global ICE Newcastle terus naik dan menembus US$119,90/ton, atau tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.  

Situasi ini tentu menjadi pertimbangan pemerintah untuk meningkatkan ekspor batu bara guna mendatangkan aliran devisa lebih tinggi yang harapannya akan mendorong pergerakan rupiah cenderung menguat dan stabil.  

Di sisi lain, pemerintah dan BI juga memperkirakan kebijakan The Federal Reserve/The Fed akan cenderung agresif. Pertumbuhan ekonomi AS yang di kuartal II yang melaju di atas 4% semakin memperbesar peluang The Fed menaikkan suku bunga acuan hingga dua kali lagi.  

Akibatnya, potensi pelemahan rupiah pun membesar. Oleh karena itu, wacana revisi aturan DMO pun ditempuh untuk melindungi pelemahan rupiah sehingga rupiah menguat terhadap dolar Singapura kemarin. Kemarin, rupiah menguat 0,08% di pasar spot di level 10.571,7 per SGD.  

Rupiah kemungkinan besar masih melanjutkan penguatannya hari ini karena belum adasentimen positif dari ekonomi Singapura. Akhir-akhir ini investor kurang mengapresiasi perkembangan ekonomi Negeri Singa putih.  

Hari ini, ada rilis data indeks kepercayaan bisnis (business confidence) per kuartal II-2018. Trading economics memproyeksi indeks akan turun pada posisi empat, turun sembilan poin dari kuartal sebelumnya di posisi 13 yang mencerminkan investor mulai was-was terhadap ekonomi Singapura.  

Jika proyeksi tersebut terkonfirmasi, maka dolar Singapura akan melemah dalam jangka pendek, yang berujung pada penguatan rupiah.      


TIM RISET CNBC INDONESIA



(ags/prm) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular