
Laba Bersih Bank Maybank Turun 6,58% ke Rp 932,7 Miliar
Gita Rossiana, CNBC Indonesia
30 July 2018 18:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) pada kuartal II-2018 tidak begitu impresif. Kinerja laba perseroan pada periode tersebut tercatat turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Berdasakan laporan keuangan perseroan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia, laba bersih perseroan pada Juni 2018 sebesar Rp 932,7 miliar, atau turun 6,58% dibandingkan dengan Rp 998,5 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Penurunan tipis pada PATAMI terutama disebabkan menurunnya fee based income dan sedikit tekanan pada marjin bunga bersih (net interest margin/NIM). Bisnis perseroan tampaknya terdampak kondisi ekonomi nasional yang cenderung melambat pada kuartal I 2018.
Pertumbuhan yang kuat dari Unit Usaha Syariah (UUS), kualitas aset yang lebih baik dan peningkatan kinerja yang signifikan pada anak perusahaan telah menjadi pendukung kinerja bank selama enam bulan pertama. Bank juga berhasil mengelola biaya overhead secara efektif dengan mencatat penurunan sebesar 3,2% dari Rp 3,1 triliun menjadi Rp 3 triliun pada semester I 2018 sebagai hasil dari pengelolaan biaya secara strategis yang berkelanjutan di seluruh lini bisnis dan support unit.
Dari sisi kredit, perseroan mencatat pertumbuhan kredit sebesar 6% menjadi Rp 127,1 triliun per 30 Juni 2018 dari Rp 119,9 triliun pada tahun sebelumnya. Kinerja perbankan global mencatat pertumbuhan kredit yang kuat sebesar 10,4% menjadi Rp30,1 triliun per Juni 2018 dari Rp27,3 triliun per Juni 2017 dikontribusi dari kredit Badan Usaha Milik Negara (SOE).
Sementara kredit Community Financial Services (CFS) Non-Ritel, yang terdiri dari Skala Mikro UKM dan kredit Business Banking tumbuh 7,3% menjadi Rp53,8 triliun per Juni 2018 dari Rp50,1 triliun pada tahun sebelumnya. Kredit CFS Ritel meningkat 1,6% menjadi Rp43,2 triliun per Juni 2018.
Sementara kualitas aset meningkat secara signifikan seperti tercermin dari tingkat NPL yang lebih rendah sebesar 2,8% (gross) dan 1,6% (net) per 30 Juni 2018 dibandingkan dengan 3,6% (gross) dan 2,4% (net) pada tahun sebelumnya. Upaya Bank yang berkelanjutan dalam mengelola pertumbuhan kualitas aset melalui seleksi yang bertanggung jawab telah menunjukkan hasil yang positif.
Giro Bank tumbuh kuat sebesar 18,8% secara tahunan sehubungan Bank fokus kepada transactional banking, dan layanan cash management. Hal ini telah mendukung peningkatan rasio CASA Bank yang mencapai 41,9%.
Namun demikian, total simpanan nasabah menurun menjadi Rp 113,7 triliun per Juni 2018 dibanding Rp 119,8 triliun tahun lalu sejalan dengan strategi bank dalam mengelola biaya dana dengan menurunkan ketergantungan pada deposito berjangka yang berbiaya tinggi.
Maybank Indonesia mempertahankan profil likuiditasnya dengan Loan-to-Deposit Ratio (LDR-Bank saja) sebesar 94,0% dan Liquidity Coverage Ratio (LCR-Bank) sebesar 123,8% per Juni 2018, jauh melebihi kewajiban minimum sebesar 90%.
Pendapatan Bunga Bersih (NII) mencatat pertumbuhan 2,5% menjadi Rp 3,9 triliun pada Juni 2018 dibandingkan dengan Rp 3,8 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Disiplin dalam pricing aset dan liabilitas memungkinkan bank untuk mengurangi tekanan pada marjin bunga bersih (NIM) yang sedikit lebih rendah sebesar 5,1% pada Juni 2018 dari 5,3% di tahun sebelumnya. Secara triwulanan, NIM meningkat 28 basis poin dari 4,8% pada kuartal pertama 2018.
Rasio Kecukupan Modal (CAR) meningkat menjadi 18,8% per 30 Juni 2018 dari 16,9% pada periode yang sama tahun lalu dengan total modal mencapai Rp 24,7 triliun. Bank menyelesaikan rights issue pada kuartal kedua 2018 dan menambah Rp 1,9 triliun pada modal Tier I. Total hasil bersih dari Rights Issue akan digunakan untuk mendukung pertumbuhan bisnis melalui ekspansi kredit.
Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan, pihaknya memfokuskan pertumbuhan secara selektif dengan menjaga kedisiplinan dalam loan pricing untuk memastikan kualitas aset yang baik di masa yang akan datang.
"Perbankan Global terus menjadi penyumbang utama bagi pertumbuhan aset kami; sementara CFS kami sekarang telah memulai momentum pertumbuhan yang meningkat karena Bank melihat peluang di segmen ritel dan usaha kecil menengah. Kami berharap dapat melihat pertumbuhan lebih lanjut di segmen ini karena kami belum lama memulai model bisnis ritel yang telah kami perbaharui," ujar Taswin melalui keterangan tertulis yang diterima CNBC Indonesia, Senin (30/7/2018).
(hps/hps) Next Article Di Tahun Pemilu, Bank Ini Bakal Kerek Bunga Kredit 25 Bps
Berdasakan laporan keuangan perseroan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia, laba bersih perseroan pada Juni 2018 sebesar Rp 932,7 miliar, atau turun 6,58% dibandingkan dengan Rp 998,5 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Penurunan tipis pada PATAMI terutama disebabkan menurunnya fee based income dan sedikit tekanan pada marjin bunga bersih (net interest margin/NIM). Bisnis perseroan tampaknya terdampak kondisi ekonomi nasional yang cenderung melambat pada kuartal I 2018.
Pertumbuhan yang kuat dari Unit Usaha Syariah (UUS), kualitas aset yang lebih baik dan peningkatan kinerja yang signifikan pada anak perusahaan telah menjadi pendukung kinerja bank selama enam bulan pertama. Bank juga berhasil mengelola biaya overhead secara efektif dengan mencatat penurunan sebesar 3,2% dari Rp 3,1 triliun menjadi Rp 3 triliun pada semester I 2018 sebagai hasil dari pengelolaan biaya secara strategis yang berkelanjutan di seluruh lini bisnis dan support unit.
Dari sisi kredit, perseroan mencatat pertumbuhan kredit sebesar 6% menjadi Rp 127,1 triliun per 30 Juni 2018 dari Rp 119,9 triliun pada tahun sebelumnya. Kinerja perbankan global mencatat pertumbuhan kredit yang kuat sebesar 10,4% menjadi Rp30,1 triliun per Juni 2018 dari Rp27,3 triliun per Juni 2017 dikontribusi dari kredit Badan Usaha Milik Negara (SOE).
Sementara kredit Community Financial Services (CFS) Non-Ritel, yang terdiri dari Skala Mikro UKM dan kredit Business Banking tumbuh 7,3% menjadi Rp53,8 triliun per Juni 2018 dari Rp50,1 triliun pada tahun sebelumnya. Kredit CFS Ritel meningkat 1,6% menjadi Rp43,2 triliun per Juni 2018.
Giro Bank tumbuh kuat sebesar 18,8% secara tahunan sehubungan Bank fokus kepada transactional banking, dan layanan cash management. Hal ini telah mendukung peningkatan rasio CASA Bank yang mencapai 41,9%.
Namun demikian, total simpanan nasabah menurun menjadi Rp 113,7 triliun per Juni 2018 dibanding Rp 119,8 triliun tahun lalu sejalan dengan strategi bank dalam mengelola biaya dana dengan menurunkan ketergantungan pada deposito berjangka yang berbiaya tinggi.
Maybank Indonesia mempertahankan profil likuiditasnya dengan Loan-to-Deposit Ratio (LDR-Bank saja) sebesar 94,0% dan Liquidity Coverage Ratio (LCR-Bank) sebesar 123,8% per Juni 2018, jauh melebihi kewajiban minimum sebesar 90%.
Pendapatan Bunga Bersih (NII) mencatat pertumbuhan 2,5% menjadi Rp 3,9 triliun pada Juni 2018 dibandingkan dengan Rp 3,8 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Disiplin dalam pricing aset dan liabilitas memungkinkan bank untuk mengurangi tekanan pada marjin bunga bersih (NIM) yang sedikit lebih rendah sebesar 5,1% pada Juni 2018 dari 5,3% di tahun sebelumnya. Secara triwulanan, NIM meningkat 28 basis poin dari 4,8% pada kuartal pertama 2018.
Rasio Kecukupan Modal (CAR) meningkat menjadi 18,8% per 30 Juni 2018 dari 16,9% pada periode yang sama tahun lalu dengan total modal mencapai Rp 24,7 triliun. Bank menyelesaikan rights issue pada kuartal kedua 2018 dan menambah Rp 1,9 triliun pada modal Tier I. Total hasil bersih dari Rights Issue akan digunakan untuk mendukung pertumbuhan bisnis melalui ekspansi kredit.
Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan, pihaknya memfokuskan pertumbuhan secara selektif dengan menjaga kedisiplinan dalam loan pricing untuk memastikan kualitas aset yang baik di masa yang akan datang.
"Perbankan Global terus menjadi penyumbang utama bagi pertumbuhan aset kami; sementara CFS kami sekarang telah memulai momentum pertumbuhan yang meningkat karena Bank melihat peluang di segmen ritel dan usaha kecil menengah. Kami berharap dapat melihat pertumbuhan lebih lanjut di segmen ini karena kami belum lama memulai model bisnis ritel yang telah kami perbaharui," ujar Taswin melalui keterangan tertulis yang diterima CNBC Indonesia, Senin (30/7/2018).
(hps/hps) Next Article Di Tahun Pemilu, Bank Ini Bakal Kerek Bunga Kredit 25 Bps
Most Popular