Saham Turun Saat DMO Batu Bara Dicabut, Ini Jawaban PTBA

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
30 July 2018 14:22
Direksi PTBA mengatakan alasan di balik turunnya saham perusahaan saat DMO batu bara dicabut
Foto: Istimewa
Jakarta, CNBC Indonesia- Saham-saham pertambangan batu bara menguat pada perdagangan hari ini, setelah pemerintah mencabut kebijakan kewajiban memenuhi kebutuhan batu bara domestik (domestic market obligation/DMO). Tetapi tidak demikian dengan PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA).

Hingga penutupan sesi I, harga saham PTBA terkoreksi 5,22% ke level Rp 4.4360/saham. Volume transaksi tercatat mencapai 56,72 juta saham senilai Rp251,37 miliar dengan frekuensi 3.943 kali.

Menanggapi ini, Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin pun memberi tanggapan. "Sepertinya lebih karena aksi profit taking saja," ujar Direktur Utama PT Bukit Asam (Persero) Tbk Arviyan Arifin kepada CNBC Indonesia saat dihubungi Senin (30/7/2018).

Lebih lanjut, ia mengatakan, menurutnya aturan DMO tersebut tidak akan dicabut, seperti yang dikatakan oleh Menko Maritim Luhut B Panjaitan pekan lalu, hanya saja memang penentuan harga DMO sebesar US$ 70 itu akan dilepas. "Ya kita lihat hasil rapat terbatas (ratas) besok, tetapi kalau untuk kami (PTBA), saya lihat tidak ada dampak negatifnya," pungkas Arviyan.

Sebelumnya, Pemerintah berencana mencabut kewajiban khusus memasok kebutuhan pasar domestik (DMO) batu bara. Ini dilakukan dengan alasan menyelamatkan keuangan negara, dengan mengandalkan ekspor komoditas yang harganya tengah melambung. 

"Intinya kami mau cabut DMO itu seluruhnya, jadi nanti akan diberikan US$ 2-3 per ton untuk...seperti sawit," kata Menko Bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan, di kompleks Istana Negara, Jumat (27/7/2018).

Soal alasan mengapa pemerintah memutuskan untuk mencabut DMO batu bara, Luhut pun mengatakan, kebijakan ini dipertimbangkan setelah pemerintah melihat perkembangan dan masukan dari pasar. "Kami evaluasi dan kami lihat ini yang terbaik," katanya.

Menurutnya skema DMO dan pembatasan harga selama ini juga tidak begitu efektif, karena rata-rata produksi batu bara masuk dalam kategori kalori tinggi yakni sekitar 5000 kalori. Sementara yang dibutuhkan oleh PLN adalah kalori rendah.

"Akhirnya ada beli beli kuota (transfer kuota). Nantinya tidak akan bagus, pasti ada trading-trading tidak jelas," kata dia.
(gus) Next Article Lebih Produksi 5 Juta Ton, PTBA Tawarkan Transfer Kuota DMO

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular