Soal Devisa, BI: Kita Tak Seperti China dan Thailand

Lidya Julita S, CNBC Indonesia
29 July 2018 15:23
Cadangan devisa (Cadev) Indonesia masih dalam tren menurun.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Cadangan devisa (Cadev) Indonesia masih dalam tren menurun. Stabilisasi nilai tukar membuat cadangan devisa pada Juni turun sampai lebih dari US$ 3 miliar dibandingkan bulan sebelumnya.

Diketahui, cadangan devisa RI pada Mei 2018 tercatat US$ 122,914 miliar dan Juni turun menjadi US$ 119,8 miliar atau turun sebanyak US$ 3,1 miliar.

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo mengatakan, cadangan devisa yang semakin menurun memang dikarenakan tugasnya untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah yang akan menyokong transaksi yang dibutuhan BI dan pemerintah.

Dengan keadaan nilai tukar Rupiah yang semakin memburuk pada akhir-akhir ini membuat cadangan devisa harus tergerus cukup besar.

"Cadev penting karena sebenernya kan terakumulasi dari transaksi yang terkait vauta asing, pemerintah di samping itu BI juga. Artinya meski ekspor impor itu terjadi di swastanya besar, tidak langsung mempengaruhi cadev kita," ungkapnya di Komplek BI, Jakarta, Minggu (29/7/2018).

Untuk itu BI dan pemeirntah fokus menggenjot devisa melalui hasil ekspor atau biasa dikenal dengan devisa hasil ekspor (DHE). Namun, hal itu hanya berupa imbauan-imbauan karena belum ada sanksi tegas jika devisa hasil ekspor tak dibawa kembali bakal kena hukuman.

Berbeda dengan negara tetangga Asia lainnya seperti China dan Thailand. Kedua negara tersebut mengharuskan siapapun yang mempunyai hasil devisa wajib ditaruh di dalam negeri.

"Kita bukan seperti China dan Thailand, yang mereka ada kewajiban repatriasi valasnya, devisanya ke otoritas. (Indonesia) enggak seperti itu," jelasnya.

Tapi ia menekankan, BI akan selalu berada di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dengan intervensi menggunakan cadangan devisa. Namun, ia menyebutkan bukan hanya itu yang dilakukan BI, karena ada tiga fokus BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar.

"Tentunya juga pada saat tertentu pilihan antara 3 hal, ke intervensi baik itu ke valuta asing maupun ke bonds, dengan suku bunga dan dengan kita melakukan depresiasi nilai tukar secara gradual. Itu yang akan dipilih ya tentunya kita akan melihat kombinasi dari ketiga itu," tegas Dody.



(dru) Next Article BI: Perbankan Siapkan Rekening Tampung Devisa Hasil Ekspor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular