Harga Batu Bara Cetak Rekor Lagi, Nyaris US$120/ton

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
26 July 2018 13:20
Reli harga batu bara ICE Newcastle kontrak acuan pekan ini belum berhenti, diperdagangkan menguat 0,50% ke US$119,90/ton pada perdagangan Rabu (25/07/2018).
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Reli harga batu bara ICE Newcastle kontrak acuan pekan ini belum berhenti, dengan diperdagangkan menguat 0,50% ke US$119,90/ton pada perdagangan hari Rabu (25/07/2018).

Dengan pergerakan itu, harga batu bara kembali mencetak rekor tertingginya dalam hampir 7 tahun terakhir, atau sejak Oktober 2011. Sekarang, harga batu bara hanya berjarak US$0,1 (sekitar Rp1.400 lagi) daro level US$120/ton.

Harga Batu Bara Cetak Rekor Lagi, Nyaris US$120/tonFoto: Raditya Hanung


Gelombang panas yang terjadi di Asia Timur ternyata  memberikan suntikan energi positif bagi harga batu bara. Temperatur panas yang ekstrim kini tengah melanda China Selatan, Tokyo, hingga Seoul, di mana negara-negara tersebut merupakan konsumen batu bara terbesar di dunia.

Pada hari Senin (26/07/2018), temperatur di Jepang mencapai lebih dari 41 derajat Celcius, dan bahkan telah menyebabkan kematian 65 warga. Kemudian, The Korea Meteorological Administration telah mengeluarkan peringatan gelombang panas berskala nasional, setelah temperatur pada akhir pekan lalu mencapai rekor tertinggi sejak 1994.

Dengan situasi saat ini, konsumsi batu bara, khususnya untuk pembangkitan listrik, diperkirakan akan mencapai puncaknya. Pasalnya, permintaan energi listrik untuk pendingin ruangan akan meningkat dengan sangat pesat.

Di China, beban puncak pembangkit listrik pada musim panas ini diestimasikan mencapai 79 Giga Watt (GW), naik sekitar 4 GW dari beban puncak di tahun lalu, menurut Shandong Economic and Information Commission pada situs resminya, seperti dilansir dari Reuters.

"Lebih banyak energi listrik digunakan oleh rumah tangga untuk (menggunakan) air conditioner, terkadang bisa 24 jam dalam sehari, akibat tingginya temperatur," ucap Tian Miao, analis dri Everbright Sun Hung Kai Co. di Beijing, seperti dikutip dari Reuters

Tingginya permintaan listrik lantas mendorong peningkatan konsumsi batu bara harian di 6 pembangkit utama di China ke level tertingginya sejak Februari 2018, pada akhir pekan lalu.

Kuatnya permintaan dari Asia Timur tersebut sayangnya tidak diimbangi dari sisi pasokan.Pasokan batu bara di Afrika Selatan kini sedang difokuskan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi fasilitas pembangkit listrik, sehingga berdampak pada menurunnya volume ekspor batu bara dari Cape Town.

Sementara itu, ekspor Indonesia juga terhambat oleh aturan pemerintah yang menerapkan volume Domestic Market Obligation (DMO) yang lebih besar, serta datangnya hujan deras yang sempat menganggu produksi batu bara tanah air.

Faktor terdisrupsinya pasokan ini lantas mengerek harga batu bara lebih tinggi.

Selain itu, harga batu bara juga mendapatkan sentimen positif dari pemerintah China yang berkomitmen untuk menerapkan kebijakan fiskal ekspansif untuk mendorong permintaan domestik.

Adanya ikhtiar Negeri Panda untuk menggenjot ekonominya ini lantas mengindikasikan permintaan energi (termasuk batu bara) dari negeri berpenduduk terbanyak di dunia itu masih akan kuat, meski ancaman perang dagang ada di permukaan.






(RHG/gus) Next Article China Serap Batu Bara Australia, Harga Berangsur Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular