Ekonomi AS Diramal Melambat Pasca Q2-2018, Harga Emas Naik

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
25 July 2018 13:38
Harga emas COMEX kontrak pengiriman Agustus 2018 bergerak menguat tipis sebesar 0,10% ke US$1.226,7/troy ounce.
Foto: Dok Freepik
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga emas COMEX kontrak pengiriman Agustus 2018 bergerak menguat tipis sebesar 0,10% ke US$1.226,7/troy ounce, pada perdagangan hari ini Rabu (25/07/2018) hingga pukul 12.40 WIB hari ini.

Pergerakan harga emas selaras dengan dolar Amerika Serikat (AS) yang cenderung loyo, akibat dibanjiri sejumlah sentimen negatif.

Ekonomi AS Diramal Melambat Pasca Q2-2018, Harga Emas NaikFoto: CNBC Indonesia

Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback terhadap 6 mata uang utama dunia, melemah tipis 0,05% ke 94,56 hingga pukul 12.46 WIB hari ini. Penyebabnya adalah pelaku pasar yang memperkirakan perekonomian AS akan mencapai puncaknya pada kuartal II-2018, dan setelah itu cenderung melambat.

Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,1% pada kuartal II-2018, sementara The Federal Reserve/The Fed meramal di angka 4,5%.

Namun, jajak pendapat kepada lebih dari 100 ekonom yang dilakukan Reuters menujukkan momentum laju perekonomian AS akan mulai pudar selepas kuartal II. Penyebabnya adalah suku bunga acuan yang terus naik sehingga mengerem pertumbuhan ekonomi.

The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi sehingga menjadi empat kali sepanjang 2018. Lebih banyak dibandingkan perkiraan awal yaitu tiga kali.

Selain itu, laju perekonomian Negeri Paman Sam juga akan terhambat akibat perang dagang. Biaya produksi di AS akan semakin mahal karena bahan baku dan barang modal impor dikenakan bea masuk. Ini akan mengancam pertumbuhan investasi. Sementara ekspor pun berpotensi terhambat karena beberapa negara mitra dagang utama AS sudah menerapkan kebijakan balas dendam dengan membebani bea masuk bagi barang-barang made in USA.

"Kami memperkirakan kuartal II adalah puncak pertumbuhan. Bukan awal dari laju pertumbuhan yang lebih cepat," tegas Michael Moran, Kepala Ekonom Daiwa Capital Markets, dikutip dari Reuters.

Perkembangan-perkembangan tersebut menjadi penghalang langkah greenback hari ini. Seperti diketahui, aset berdenominasi dolar AS seperti emas akan sensitif terhadap pergerakan mata uang tersebut. Terdepresiasinya dolar AS akan membuat emas relatif lebih murah untuk pemegang mata uang asing selain dolar AS. Hal ini lantas mampu menggenjot permintaan sang logam mulia

Di sisi lain, pelaku pasar sebenarnya masih cenderung bermain defensif sembari menanti perkembangan isu perang dagang. Teranyar, Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker terbang ke Washington, dan dijadwalkan untuk bertemu dengan Presiden AS Donald Trump, untuk membicarakan masalah perdagangan pada hari Rabu (25/7/2018).

Pembicaraan ini diadakan setelah AS menetapkan bea masuk bagi aluminium dan baja asal Uni Eropa di Bulan Juni 2018. Tidak cukup sampai situ, Trump bahkan mengancam akan memberikan bea masuk tambahan bagi mobil-mobil asal Benua Biru.



TIM CNBC INDONESIA


(RHG/roy) Next Article Dolar AS Melandai, Harga Emas Merangkak Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular