
Rupiah Menguat, Pasar Obligasi Pemerintah Reli
Irvin Avriano A., CNBC Indonesia
25 July 2018 13:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi bergerak positif pada sesi pagi hingga siang ini bersamaan dengan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Berdasarkan data Reuters, tiga dari empat seri acuan mengalami penguatan harga sekaligus menekan tingkat imbal hasilnya (yield) di pasar. Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield seri acuan 5 tahun turun 6 basis poin (bps) menjadi 7,67%, seri acuan 10 tahun turun 2 bps menjadi 7,77%, dan acuan 20 tahun turun 2 bps menjadi 8,19%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan lain yaitu FR0065 yang menjadi acuan tenor 15 tahun relatif tidak bergerak hingga siang ini dan yield-nya bertahan di angka 8,09%.
Penguatan rupiah terhadap dolar AS terjadi beriringan dengan penguatan nilai tukar garuda terhadap yuan, bahkan menjadi posisi terkuat sejak Februari 2018. Penguatan rupiah terhadap mata uang lain membuat posisi investor asing pada instrumen investasi rupiah di Indonesia lebih stabil.
Intervensi Bank Sentral China/People's Bank of China (PBoC) berhasil menguntungkan rupiah terhadap yuan. Hari ini, PBoC menetapkan kurs tengah yuan ke CNY 6.8040/US$ atau melemah 0,21% dibandingkan hari kemarin.
Akibat kebijakan ini, Amerika Serikat (AS) menuduh China melakukan manipulasi mata uang guna mendongkrak kinerja ekspor mereka.
Pelemahan dolar AS juga membuat posisi rupiah terbaik se-Asia siang ini. Tiga faktor penyebabnya adalah investor mulai merealisasikan keuntungan karena dolar AS sudah menguat cukup tajam, pelaku pasar memperkirakan perekonomian AS akan mencapai puncaknya pada kuartal II-2018 dan setelah itu cenderung melambat, dan hasil kajian Dana Moneter Internasional (IMF) juga membebani greenback.
Dalam laporan 2018 External Sector Report, IMF menyebutkan bahwa dolar AS sudah cenderung kemahalan alias overvalued. Oleh karena itu, potensi depresiasi cukup terbuka.
Siang ini, posisi rupiah menguat 40 poin (0,28%) menjadi Rp 14.507 per dolar AS. Di sisi lain, pasar saham naik tipis 5 poin (0,09%) menjadi 5.937.
(hps/hps) Next Article Pasar Obligasi Pemerintah Stagnan, Saat Rupiah Menguat
Berdasarkan data Reuters, tiga dari empat seri acuan mengalami penguatan harga sekaligus menekan tingkat imbal hasilnya (yield) di pasar. Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield seri acuan 5 tahun turun 6 basis poin (bps) menjadi 7,67%, seri acuan 10 tahun turun 2 bps menjadi 7,77%, dan acuan 20 tahun turun 2 bps menjadi 8,19%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Penguatan rupiah terhadap dolar AS terjadi beriringan dengan penguatan nilai tukar garuda terhadap yuan, bahkan menjadi posisi terkuat sejak Februari 2018. Penguatan rupiah terhadap mata uang lain membuat posisi investor asing pada instrumen investasi rupiah di Indonesia lebih stabil.
Intervensi Bank Sentral China/People's Bank of China (PBoC) berhasil menguntungkan rupiah terhadap yuan. Hari ini, PBoC menetapkan kurs tengah yuan ke CNY 6.8040/US$ atau melemah 0,21% dibandingkan hari kemarin.
Akibat kebijakan ini, Amerika Serikat (AS) menuduh China melakukan manipulasi mata uang guna mendongkrak kinerja ekspor mereka.
Pelemahan dolar AS juga membuat posisi rupiah terbaik se-Asia siang ini. Tiga faktor penyebabnya adalah investor mulai merealisasikan keuntungan karena dolar AS sudah menguat cukup tajam, pelaku pasar memperkirakan perekonomian AS akan mencapai puncaknya pada kuartal II-2018 dan setelah itu cenderung melambat, dan hasil kajian Dana Moneter Internasional (IMF) juga membebani greenback.
Dalam laporan 2018 External Sector Report, IMF menyebutkan bahwa dolar AS sudah cenderung kemahalan alias overvalued. Oleh karena itu, potensi depresiasi cukup terbuka.
Siang ini, posisi rupiah menguat 40 poin (0,28%) menjadi Rp 14.507 per dolar AS. Di sisi lain, pasar saham naik tipis 5 poin (0,09%) menjadi 5.937.
(hps/hps) Next Article Pasar Obligasi Pemerintah Stagnan, Saat Rupiah Menguat
Most Popular