
'Bunga Acuan BI Masih Akan Naik 50 Bps Lagi di Sisa 2018'
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
23 July 2018 11:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada pertengahan tahun ini, kurs rupiah masih tertekan di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Per hari ini, posisi rupiah masih di atas Rp 14.400/US$. Ekspektasi The Federal Reserve/The Fed masih akan agresif dalam sisa tahun berjalan, mengakibatkan mata uang global melemah termasuk rupiah.
Bank Indonesia (BI) sendiri telah menaikkan suku bunga acuan BI-7 Days Reverse Repo Rate hingga 100 basis poin (bps) pada level 5,25%. Tindakan agresif ini dilakukan guna mencegah aliran modal asing keluar terlalu tinggi, sehingga mencegah pelemahan rupiah semakin dalam.
Namun pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) kemarin, BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level tersebut. Alasannya, BI sudah cukup agresif sehingga membutuhkan jeda. Di sisi lain, BI perlu mempertimbangkan aspek-aspek lain.
Menurut riset Bank Danamon Indonesia, seperti dikutip Senin (23/7/2018) kenaikan suku bunga acuan menyebabkan suku bunga deposito naik hingga 40 bps. Di sisi lain, suku bunga kredit pun ikut terkerek hingga 9-12 bps. Kenaikan suku bunga kredit pun semakin membebani pertumbuhan ekonomi, sehingga BI perlu mempertimbangkan lebih matang lagi.
Sebenarnya kunci untuk mengontrol pergerakan rupiah saat ini yaitu pengelolaan defisit transaksi berjalan. Pada kuartal II-2018, defisit transaksi berjalan masih minus meskipun di bawah target 3% di bawah Produk Domestik Bruto (PDB).
Selain masalah tersebut, Indonesia juga mengalami masalah investasi asing. Menurut riset tersebut, nilai bersih investasi asing/Net Internasional Investment Position (NIIP) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh minus 33%.
"Lebih rendah dibandingkan Malaysia dan Filipina yang masing-masing sebesar -2 dan 14%," demikian jelas Danamon.
Kondisi ini mengancam pelemahan rupiah sulit dikendalikan akibat aliran modal asing yang semakin terbatas. Oleh sebab itu, Bank Danamon dalam risetnya memperkirakan, suku bunga acuan akan kembali naik sekitar 50 bps lagi pada sisa tahun berjalan. Kenaikan ini berpeluang cukup besar, terutama mengantipasi efek global yang cukup kuat.
"Ke depan ada kemungkinan kenaikan 2 kali 25 bps lagi bunga acuan BI," tulis Danamon dalam riset yang ditulis Wisnu Wardana dan Dian Ayu Yustina.
(dru) Next Article Riset UOB: Rupiah Tembus 14.700/US$, Bunga BI Naik 50 bps
Bank Indonesia (BI) sendiri telah menaikkan suku bunga acuan BI-7 Days Reverse Repo Rate hingga 100 basis poin (bps) pada level 5,25%. Tindakan agresif ini dilakukan guna mencegah aliran modal asing keluar terlalu tinggi, sehingga mencegah pelemahan rupiah semakin dalam.
Namun pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) kemarin, BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level tersebut. Alasannya, BI sudah cukup agresif sehingga membutuhkan jeda. Di sisi lain, BI perlu mempertimbangkan aspek-aspek lain.
Sebenarnya kunci untuk mengontrol pergerakan rupiah saat ini yaitu pengelolaan defisit transaksi berjalan. Pada kuartal II-2018, defisit transaksi berjalan masih minus meskipun di bawah target 3% di bawah Produk Domestik Bruto (PDB).
Selain masalah tersebut, Indonesia juga mengalami masalah investasi asing. Menurut riset tersebut, nilai bersih investasi asing/Net Internasional Investment Position (NIIP) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh minus 33%.
"Lebih rendah dibandingkan Malaysia dan Filipina yang masing-masing sebesar -2 dan 14%," demikian jelas Danamon.
Kondisi ini mengancam pelemahan rupiah sulit dikendalikan akibat aliran modal asing yang semakin terbatas. Oleh sebab itu, Bank Danamon dalam risetnya memperkirakan, suku bunga acuan akan kembali naik sekitar 50 bps lagi pada sisa tahun berjalan. Kenaikan ini berpeluang cukup besar, terutama mengantipasi efek global yang cukup kuat.
"Ke depan ada kemungkinan kenaikan 2 kali 25 bps lagi bunga acuan BI," tulis Danamon dalam riset yang ditulis Wisnu Wardana dan Dian Ayu Yustina.
(dru) Next Article Riset UOB: Rupiah Tembus 14.700/US$, Bunga BI Naik 50 bps
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular