
Rupiah Babak Belur, IHSG Terkoreksi 0,46%
Anthony Kevin & Roy Franedya, CNBC Indonesia
20 July 2018 12:09

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 0,46% pada akhir sesi 1 ke level 5.844,34. Pelemahan IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga diperdagangkan di zona merah: indeks Hang Seng turun 0,54%, indeks Nikkei turun 0,69%, indeks Kospi turun 0,13%, dan indeks Shanghai turun 0,12%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 2,5 triliun dengan volume sebanyak 4,25 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 150.579 kali.
Rupiah yang babak belur membuat IHSG harus pasrah terdampak di zona merah. Hingga siang ini, rupiah melemah 0,48% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.540. Seiring dengan pelemahan rupiah, saham-saham emiten perbankan dilepas oleh investor, mendorong turun sektor jasa keuangan sebesar 0,75% dan menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi koreksi IHSG.
Ketika rupiah melemah signifikan seperti yang kita lihat saat ini, timbul persepsi bahwa rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) akan naik seperti pada tahun 2015 silam. Naiknya rasio NPL akan berdampak negatif bagi profitabilitas perbankan lantaran ada pencadangan yang harus disiapkan oleh mereka.
Saham-saham emiten perbankan yang dilepas investor diantaranya: PT Bank Tabungan Negara Tbk/BBTN (-5,11%), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (-2,37%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-1,57%), PT Bank Danamon Tbk/BDMN (-1,56%), dan PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-0,97%).
Selain karena pelemahan rupiah, aksi jual juga dilatarbelakangi oleh kinerja keuangan yang kurang memuaskan. Sepanjang kuartal-II 2018, BMRI membukukan laba bersih sebesar Rp 6,32 triliun, mengalahkan konsensus yang dihimpun oleh Reuters sebesar Rp 6,11 triliun.
Namun, ada kekhawatiran mengenai pos pendapatan bunga bersih (net interest income) yang tak bisa memenuhi ekspektasi analis. Sepanjang kuartal-II, pendapatan bunga bersih tercatat sebesar Rp 13,3 triliun, cukup jauh di bawah konsensus yang sebesar Rp 13,75 triliun.
Turunnya pendapatan bunga bersih meurpakan hasil dari menipisnya marjin bunga bersih (net interest margin). Pada kuartal-II, marjin bunga bersih turun menjadi 5,7%, dari yang sebelumnya 5,88%.
Sebagai catatan, pendapatan bunga bersih merupakan 'nyawa' utama dari operasional sebuah bank. Ketika pendapatan bunga bersih tak mampu memenuhi ekspektasi investor, ada ekspektasi bahwa kinclongnya bottom line perusahaan tak akan berlangsung lama.
Efek samping lainnya dari pelemahan rupiah adalah aksi jual investor asing. Hingga akhir sesi 1, investor asing mencatatkan jual bersih senilai Rp 67,9 miliar.
Perkasanya dolar AS terhadap rupiah terjadi seiring dengan semakin mencuatnya persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali oleh the Federal Reserve pada tahun ini, pasca rilis data tenaga kerja AS yang positif.
Jumlah warga yang mengambil tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 14 Juli turun secara mengejutkan ke level terendahnya dalam lebih dari 48,5 tahun terakhir yakni sebesar 207.000 jiwa. Pencapaian tersebut juga jauh lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh Reuters sebesar 220.000 jiwa.
Kemudian, kritikan Presiden AS Donald Trump kepada the Fed juga menambah bahan bakar bagi dolar AS untuk menguat. Kemarin (19/7/2018), Trump mengkritik The Fed yang terus-menerus menaikkan suku bunga acuan. Trump menilai kebijakan ini akan menghambat laju ekonomi Negeri Paman Sam.
"Kita membaik, dan setiap kali kita mambaik mereka ingin menaikkan bunga. Saya tidak senang dengan itu, tetapi pada saat yang sama saya juga mempersilakan mereka melakukan yang terbaik. Saya hanya tidak suka kita sudah bekerja keras di bidang ekonomi tetapi kemudian suku bunga naik," ungkap Trump dalam wawancara bersama CNBC International.
Sebagai informasi, bank sentral merupakan sebuah institusi yang independen. Kini, ada ketakutan bahwa the Fed justru akan semakin yakin untuk bergerak lebih agresif guna membuktikan independensinya. Ketika peluang untuk menaikkan suku bunga acuan nantinya adalah 50:50, the Fed ditakutkan akan cenderung untuk memilih menaikkan.
Lebih lanjut, aksi jual di pasar saham juga dipicu oleh hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) periode Juli 2018. Gubernur BI Perry Warjiyo Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa sikap (stance) dari bank sentral adalah hawkish.
"Stance kebijakan BI adalah hawkish. Fokus kami memang menjaga stabilitas ekonomi khususnya stabilitas nilai tukar rupiah," tegas Perry.
Ini artinya, walaupun pada pertemuan bulan ini masih ditahan, pada pertemuan-pertemuan berikutnya suku bunga acuan sangat mungkin untuk kembali dikerek naik. Sepanjang tahun ini, BI telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 100bps.
Ketika suku bunga acuan kembali dinaikkan, laju ekonomi Indonesia bisa semakin lambat. Teranyar, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh sebesar 5,25% pada tahun ini, jauh di bawah asumsi dalam APBN 2018 yang sebesar 5,4%.
Ketika ekonomi berjalan lambat, instrumen berisiko seperti saham tentu menjadi tak menarik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank) Next Article Ikut Melemah, Rupiah Tembus 14.500 Per Dolar AS
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 2,5 triliun dengan volume sebanyak 4,25 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 150.579 kali.
Rupiah yang babak belur membuat IHSG harus pasrah terdampak di zona merah. Hingga siang ini, rupiah melemah 0,48% melawan dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.540. Seiring dengan pelemahan rupiah, saham-saham emiten perbankan dilepas oleh investor, mendorong turun sektor jasa keuangan sebesar 0,75% dan menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi koreksi IHSG.
Selain karena pelemahan rupiah, aksi jual juga dilatarbelakangi oleh kinerja keuangan yang kurang memuaskan. Sepanjang kuartal-II 2018, BMRI membukukan laba bersih sebesar Rp 6,32 triliun, mengalahkan konsensus yang dihimpun oleh Reuters sebesar Rp 6,11 triliun.
Namun, ada kekhawatiran mengenai pos pendapatan bunga bersih (net interest income) yang tak bisa memenuhi ekspektasi analis. Sepanjang kuartal-II, pendapatan bunga bersih tercatat sebesar Rp 13,3 triliun, cukup jauh di bawah konsensus yang sebesar Rp 13,75 triliun.
Turunnya pendapatan bunga bersih meurpakan hasil dari menipisnya marjin bunga bersih (net interest margin). Pada kuartal-II, marjin bunga bersih turun menjadi 5,7%, dari yang sebelumnya 5,88%.
Sebagai catatan, pendapatan bunga bersih merupakan 'nyawa' utama dari operasional sebuah bank. Ketika pendapatan bunga bersih tak mampu memenuhi ekspektasi investor, ada ekspektasi bahwa kinclongnya bottom line perusahaan tak akan berlangsung lama.
Efek samping lainnya dari pelemahan rupiah adalah aksi jual investor asing. Hingga akhir sesi 1, investor asing mencatatkan jual bersih senilai Rp 67,9 miliar.
Perkasanya dolar AS terhadap rupiah terjadi seiring dengan semakin mencuatnya persepsi mengenai kenaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali oleh the Federal Reserve pada tahun ini, pasca rilis data tenaga kerja AS yang positif.
Jumlah warga yang mengambil tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 14 Juli turun secara mengejutkan ke level terendahnya dalam lebih dari 48,5 tahun terakhir yakni sebesar 207.000 jiwa. Pencapaian tersebut juga jauh lebih rendah dibandingkan konsensus yang dihimpun oleh Reuters sebesar 220.000 jiwa.
Kemudian, kritikan Presiden AS Donald Trump kepada the Fed juga menambah bahan bakar bagi dolar AS untuk menguat. Kemarin (19/7/2018), Trump mengkritik The Fed yang terus-menerus menaikkan suku bunga acuan. Trump menilai kebijakan ini akan menghambat laju ekonomi Negeri Paman Sam.
"Kita membaik, dan setiap kali kita mambaik mereka ingin menaikkan bunga. Saya tidak senang dengan itu, tetapi pada saat yang sama saya juga mempersilakan mereka melakukan yang terbaik. Saya hanya tidak suka kita sudah bekerja keras di bidang ekonomi tetapi kemudian suku bunga naik," ungkap Trump dalam wawancara bersama CNBC International.
Sebagai informasi, bank sentral merupakan sebuah institusi yang independen. Kini, ada ketakutan bahwa the Fed justru akan semakin yakin untuk bergerak lebih agresif guna membuktikan independensinya. Ketika peluang untuk menaikkan suku bunga acuan nantinya adalah 50:50, the Fed ditakutkan akan cenderung untuk memilih menaikkan.
Lebih lanjut, aksi jual di pasar saham juga dipicu oleh hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) periode Juli 2018. Gubernur BI Perry Warjiyo Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa sikap (stance) dari bank sentral adalah hawkish.
"Stance kebijakan BI adalah hawkish. Fokus kami memang menjaga stabilitas ekonomi khususnya stabilitas nilai tukar rupiah," tegas Perry.
Ini artinya, walaupun pada pertemuan bulan ini masih ditahan, pada pertemuan-pertemuan berikutnya suku bunga acuan sangat mungkin untuk kembali dikerek naik. Sepanjang tahun ini, BI telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 100bps.
Ketika suku bunga acuan kembali dinaikkan, laju ekonomi Indonesia bisa semakin lambat. Teranyar, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh sebesar 5,25% pada tahun ini, jauh di bawah asumsi dalam APBN 2018 yang sebesar 5,4%.
Ketika ekonomi berjalan lambat, instrumen berisiko seperti saham tentu menjadi tak menarik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank) Next Article Ikut Melemah, Rupiah Tembus 14.500 Per Dolar AS
Most Popular