
Internasional
Trump Kritik Kebijakan The Fed, Mantan Sentral Banker: Betul!
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
20 July 2018 11:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Ada benarnya juga kritik Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap kebijakan moneter bank sentral Federal Reserve. The Fed "terlalu agresif" menaikkan suku bunga acuannya, kata mantan Wakil Presiden The Fed Dallas Jerry O'Driscoll kepada CNBC International hari Kamis (19/7/2018).
"Mereka mengabaikan hal-hal yang seharusnya mereka perhatikan, seperti yield curve yang mulai mendatar, dolar yang kuat. Saya tidak melihat alasan dari sikap agresif ini," ujarnya.
Trump dalam wawancara eksklusif dengan CNBC di hari yang sama mengatakan ia tidak senang dengan kenaikan suku bunga.
"Karena [ekonomi] kita membaik dan setiap kali Anda membaik mereka ingin menaikkan suku bunga lagi. Saya tidak terlalu - saya tidak senang dengan itu. Namun di saat yang sama saya membiarkan mereka melakukan yang menurut mereka paling baik," kata taipan properti itu.
The Fed telah dua kali menaikkan suku bunga kebijakannya tahun ini dan mengisyaratkan dua kali kenaikan lagi hingga akhir 2018.
Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan ia yakin perekonomian Negeri Paman Sam cukup kuat sehingga bank sentral dapat melanjutkan menaikkan suku bunganya secara bertahap, dilansir dari CNBC International.
Hari Rabu, penasihat ekonomi Trump, Larry Kudlow, mengatakan pertumbuhan ekonomi AS dapat menembus 4% di dua kuartal atau lebih. Selain itu, angka pengangguran juga mendekati level terendahnya sepanjang sejarah dan inflasi saat ini berada di dekat target 2% The Fed.
Namun, O'Driscoll tidak melihat alasan mengapa data-data tersebut menjadi justifikasi kenaikan suku bunga.
"Saya tidak melihat hal yang salah terkait pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran yang rendah. Saya kira itu bukanlah sebuah masalah," ujarnya.
Kepala ekonom Natixis Joe LaVorgna juga sepakat dengan O'Driscoll.
Ia mengatakan pasar sedang mendiskon 75 basis poin (bps) lagi dari kenaikan suku bunga saat ini hingga 2020 sementara The Fed memberi sinyal kenaikan 150 bps mulai tahun ini.
Bila dibandingkan secara relatif dengan apa yang dihitung pasar dan apa yang dilakukan bank sentral lainnya, ia berpendapat bank sentral memang tidak menaikkan suku bunga secara bertahap.
"Ini [kenaikan suku bunga The Fed] relatif agresif. Dan pasar kali ini mendukung pernyataan presiden," kata LaVorgna.
Dolar, saham, dan yield obligasi negara AS semuanya melemah hari Kamis setelah pernyataan Trump itu beredar.
LaVorgna berpendapat kenaikan suku bunga dapat membuat kurva imbal hasil (yield curve) obligasi negara membalik setelah pertemuan bulan September. Hal itu dapat menyebabkan terjadinya resesi di musim panas tahun depan.
Pejabat The Fed tidak memberi komentar terhadap pernyataan Trump. Gedung Putih dalam pernyataannya kepada CNBC International menegaskan bahwa Trump tidak bermaksud untuk memengaruhi proses pengambilan kebijakan The Fed.
(roy) Next Article Trump Sebut The Fed Ganggu Perekonomian AS, Ini Pernyataannya
"Mereka mengabaikan hal-hal yang seharusnya mereka perhatikan, seperti yield curve yang mulai mendatar, dolar yang kuat. Saya tidak melihat alasan dari sikap agresif ini," ujarnya.
Trump dalam wawancara eksklusif dengan CNBC di hari yang sama mengatakan ia tidak senang dengan kenaikan suku bunga.
The Fed telah dua kali menaikkan suku bunga kebijakannya tahun ini dan mengisyaratkan dua kali kenaikan lagi hingga akhir 2018.
Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan ia yakin perekonomian Negeri Paman Sam cukup kuat sehingga bank sentral dapat melanjutkan menaikkan suku bunganya secara bertahap, dilansir dari CNBC International.
Hari Rabu, penasihat ekonomi Trump, Larry Kudlow, mengatakan pertumbuhan ekonomi AS dapat menembus 4% di dua kuartal atau lebih. Selain itu, angka pengangguran juga mendekati level terendahnya sepanjang sejarah dan inflasi saat ini berada di dekat target 2% The Fed.
"Saya tidak melihat hal yang salah terkait pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran yang rendah. Saya kira itu bukanlah sebuah masalah," ujarnya.
Kepala ekonom Natixis Joe LaVorgna juga sepakat dengan O'Driscoll.
Ia mengatakan pasar sedang mendiskon 75 basis poin (bps) lagi dari kenaikan suku bunga saat ini hingga 2020 sementara The Fed memberi sinyal kenaikan 150 bps mulai tahun ini.
Bila dibandingkan secara relatif dengan apa yang dihitung pasar dan apa yang dilakukan bank sentral lainnya, ia berpendapat bank sentral memang tidak menaikkan suku bunga secara bertahap.
"Ini [kenaikan suku bunga The Fed] relatif agresif. Dan pasar kali ini mendukung pernyataan presiden," kata LaVorgna.
Dolar, saham, dan yield obligasi negara AS semuanya melemah hari Kamis setelah pernyataan Trump itu beredar.
LaVorgna berpendapat kenaikan suku bunga dapat membuat kurva imbal hasil (yield curve) obligasi negara membalik setelah pertemuan bulan September. Hal itu dapat menyebabkan terjadinya resesi di musim panas tahun depan.
Yield curve adalah selisih antara imbal hasil treasury bertenor pendek dengan yang bertenor panjang. Ketika kurva ini berbalik, treasury bertenor panjang akan memiliki yield yang lebih rendah daripada yang bertenor pendek.
"Secara umum The Fed telah menyebabkan banyak resesi," kata LaVorgna hari Kamis.
"Secara umum The Fed telah menyebabkan banyak resesi," kata LaVorgna hari Kamis.
Pejabat The Fed tidak memberi komentar terhadap pernyataan Trump. Gedung Putih dalam pernyataannya kepada CNBC International menegaskan bahwa Trump tidak bermaksud untuk memengaruhi proses pengambilan kebijakan The Fed.
(roy) Next Article Trump Sebut The Fed Ganggu Perekonomian AS, Ini Pernyataannya
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular