Di Kurs Acuan, Rupiah Sentuh Rp 14.520/US$

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 July 2018 10:27
Di kurs acuan, rupiah berada di posisi terlemah sejak Oktober 2015.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kurs acuan melemah lumayan dalam. Di kurs acuan, rupiah berada di posisi terlemah sejak Oktober 2015. 

Pada Jumat (20/7/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.520. Rupiah melemah 0,71%, terlemah sejak Oktober 2015. 

Jisdor (Reuters)

Sementara di pasar spot, rupiah melemah 0,28% dan US$ 1 dihargai Rp 14.510. Seperti di kurs acuan, posisi ini juga terlemah sejak Oktober 2015. 

Faktor eksternal sangat kental dalam pelemahan rupiah. Dolar AS memang masih terlalu tangguh. Pada pukul 10:09 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama) menguat tipis 0,01%. 

Apresiasi dolar AS berlangung secara meluas (broadbased). Penguatan ini didorong oleh data ekonomi AS yang kembali positif.  

Warga yang mengajukan tunjangan pengangguran berkurang secara mengejutkan ke level terendahnya dalam lebih dari 48,5 tahun terakhir. Pekan lalu, klaim awal tunjangan pengangguran di AS turun 8.000 orang menjadi 207.000.  

Ini merupakan angka terendah sejak Desember 1969. Pencapaian tersebut juga jauh lebih rendah daripada konsensus yang dihimpun Reuters, yang memperkirakan adanya kenaikan menjadi 220.000 orang. 

Data ini mengindikasikan pasar tenaga kerja Negeri Paman Sam yang solid. Sebelumnya, ekonomi AS menciptakan 213.00 lapangan kerja pada bulan Juni 2018, dengan tingkat pengangguran 4%.

Akibatnya, keyakinan terhadap kebijakan moneter The Federal Reserve/The Fed yang kian agresif pun menebal.
Sepertinya semakin terkonfirmasi bahwa suku bunga acuan akan naik empat kali sepanjang 2018, bukan lagi tiga kali. Kenaikan suku bunga yang lebih agresif dibutuhkan untuk mengerem laju perekonomian AS agar tidak terjadi overheating. 

Kenaikan suku bunga acuan, apalagi lebih agresif, tentu menjadi berita bagus untuk dolar AS. Greenback pun belum berhenti menguat dan dampaknya terasa hingga Asia. Rupiah pun terkena getahnya.  

Selain itu, keperkasaan dolar AS kian terasa saat Bank Sentral China (PBoC) kembali 'melemahkan' nilai tukar yuan China. PBoC menurunkan nilai tengah yuan sebesar 0,9% menjadi 6,7671/US$, terendah sejak 14 Juli. Batas tengah itu mengatur yuan hanya diperbolehkan melemah atau menguat 2%. 

Langkah ini ditempuh oleh Negeri Tirai Bambu untuk menjaga kinerja ekspor. Saat mata uang menguat, ekspor memang akan merasakan dampak negatif karena harga produk China menjadi lebih mahal di pasar dunia. 

Perkembangan ini membuat dolar AS menjadi perkasa di Asia. Di antara mata uang utama Benua Kuning, rupee India masih yang mengalami depresiasi terdalam. 

Berikut perkembangan nilai tukar mata uang utama Asia terhadap greenback pada pukul 10:18 WIB, mengutip Reuters: 

Mata UangBid TerakhirPerubahan (%)
Yen Jepang112,32+0,12
Yuan China6,79-0,35
Won Korea Selatan1.135,49-0,10
Dolar Taiwan30,71-0,11
Dolar Hong Kong7,85-0,01
Rupee India69,01-0,57
Dolar Singapura1,37+0,06
Baht Thailand33,48-0,06
Peso Filipina53,48+0,20
 
TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular