
LPEM UI: BI Bisa Pertahankan Bunga Acuan di 5,25%
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 July 2018 17:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) hari ini memulai Rapat Dewan Gubernur bulanan edisi Juli 2018. Esok hari, BI akan mengumumkan suku bunga acuan 7 day reverse repo rate.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI masih akan menahan suku bunga acuan 7 day reverse repo rate di 5,25%. Dari 12 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, 10 di antaranya memperkirakan 'hold'.
Hanya dua yang memperkirakan ada kenaikan 25 basis poin menjadi 5,5%. Median konsensus ada di 5,25%.
Senada dengan konsensus pasar, kajian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) juga memperkirakan BI masih akan mempertahankan suku bunga acuan. Sebab, sebelumnya BI sudah cukup agresif menaikkan suku bunga.
"Langkah BI menaikkan suku bunga acuan sebanyak 100 basis poin (bps) selama 3 bulan terakhir terlihat mulai menunjukkan hasil dengan mulai relatif stabilnya nilai tukar rupiah. Dengan mulai meredanya gejolak di pasar keuangan global dan tidak adanya tambahan faktor negatif lebih lanjut, BI dapat mempertahankan suku bunga acuan saat ini, terutama mengingat inflasi dalam negeri yang masih sangat rendah," papar kajian LPEM FEB UI.
Sejak ini inflasi memang masih stabil. Per akhir Juni, inflasi tercatat 3,12% year-on-year (YoY). Masih di batas tengah target BI yaitu 2,5-4,5%.
LPEM FEB UI juga menilai volatilitas rupiah beberapa waktu terakhir relatif terjaga. Setelah sempat terdepresiasi hingga melewati level Rp 14.400/US$, pergerakan rupiah selama duaminggu terakhir mulai lebih stabil dan berada di kisaran 14.300/US$-14.400/US$.
"Relatif stabilnya pergerakan rupiah saat ini terutama didorong oleh tindakan BI yang menaikkan suku bunga acuan. Ini membuat perbedaan imbal hasil antara aset berdenominasi mata uang negara berkembang dan aset dolar AS meningkat secara relatif serta menghadang arus modal keluar," sebut kajian LPEM FEB UI.
Kenaikan suku bunga acuan, lanjut riset itu, juga mengirimkan sinyal ke pasar keuangan bahwa janji BI untuk memprioritaskan stabilitas rupiah sudah ditepati. Hal ini meredakan kekhawatiran investor, terutama investor asing, terhadap pelemahan rupiah lebih lanjut.
"Oleh karena itu, kami melihat bahwa harga aset di pasar keuangan saat ini telah mencerminkan ekspektasi kenaikan Fed Fund rate yang lebih cepat, yang membuat tekanan terhadap rupiah pada jangka pendek relatif rendah dan memungkinkan BI untuk mempertahankan suku bunga. Meskipun demikian, BI perlu tetap mengawasi dinamika eksternal yang dapat berdampak negatif terhadap rupiah, terutama risiko perang dagang," jelas kajian LPEM FEB UI.
(aji/aji) Next Article Bunga Acuan BI Ditahan Hari Ini, Nanti Bisa Turun Nggak?
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI masih akan menahan suku bunga acuan 7 day reverse repo rate di 5,25%. Dari 12 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, 10 di antaranya memperkirakan 'hold'.
Hanya dua yang memperkirakan ada kenaikan 25 basis poin menjadi 5,5%. Median konsensus ada di 5,25%.
Senada dengan konsensus pasar, kajian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) juga memperkirakan BI masih akan mempertahankan suku bunga acuan. Sebab, sebelumnya BI sudah cukup agresif menaikkan suku bunga.
Sejak ini inflasi memang masih stabil. Per akhir Juni, inflasi tercatat 3,12% year-on-year (YoY). Masih di batas tengah target BI yaitu 2,5-4,5%.
LPEM FEB UI juga menilai volatilitas rupiah beberapa waktu terakhir relatif terjaga. Setelah sempat terdepresiasi hingga melewati level Rp 14.400/US$, pergerakan rupiah selama duaminggu terakhir mulai lebih stabil dan berada di kisaran 14.300/US$-14.400/US$.
"Relatif stabilnya pergerakan rupiah saat ini terutama didorong oleh tindakan BI yang menaikkan suku bunga acuan. Ini membuat perbedaan imbal hasil antara aset berdenominasi mata uang negara berkembang dan aset dolar AS meningkat secara relatif serta menghadang arus modal keluar," sebut kajian LPEM FEB UI.
Kenaikan suku bunga acuan, lanjut riset itu, juga mengirimkan sinyal ke pasar keuangan bahwa janji BI untuk memprioritaskan stabilitas rupiah sudah ditepati. Hal ini meredakan kekhawatiran investor, terutama investor asing, terhadap pelemahan rupiah lebih lanjut.
"Oleh karena itu, kami melihat bahwa harga aset di pasar keuangan saat ini telah mencerminkan ekspektasi kenaikan Fed Fund rate yang lebih cepat, yang membuat tekanan terhadap rupiah pada jangka pendek relatif rendah dan memungkinkan BI untuk mempertahankan suku bunga. Meskipun demikian, BI perlu tetap mengawasi dinamika eksternal yang dapat berdampak negatif terhadap rupiah, terutama risiko perang dagang," jelas kajian LPEM FEB UI.
(aji/aji) Next Article Bunga Acuan BI Ditahan Hari Ini, Nanti Bisa Turun Nggak?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular