
Harga Emas Masih Betah di Titik Terendah Tahun Ini
Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
18 July 2018 13:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas COMEX kontrak pengiriman Agustus 2018 bergerak melemah tipis sebesar 0,23% ke US$1.224,50/troy ounce, hingga pukul 13.00 WIB hari ini. Dengan pergerakan seperti itu, harga sang logam mulia masih betah berada di titik terendahnya tahun ini.
Harga emas melanjutkan tren pelemahan sebesar 1% pada perdagangan kemarin, masih tertekan oleh perkasanya dolar Amerika Serikat (AS) pasca pemaparan Gubernur The Federal Reserve/The Fed Jerome Powell di depan Senat AS.
Meski tanpa kejutan, paparan Powell menegaskan kembali bahwa The Fed kemungkinan besar akan mengeksekusi dua kali kenaikan suku bunga lagi, sehingga menjadi empat kali sepanjang 2018. Lebih banyak dari perkiraan awal yaitu tiga kali.
"Data-data terkini sangat mengesankan. Lapangan kerja tumbuh cepat, pendapatan masyarakat meningkat, optimisme di level rumah tangga telah mengangkat konsumsi dalam beberapa bulan terakhir. Investasi oleh dunia usaha juga tumbuh sehat," papar Powell.
Data teranyar adalah produksi industri AS yang naik 0,6% secara bulanan (month-to-month/MtM) pada Juni 2018. Jauh membaik dibandingkan bulan sebelumnya yang terkontraksi (minus) 0,5% MtM. Data ini semakin memberi konfirmasi bahwa perekonomian AS berjalan di jalur yang benar.
Jika peluang kenaikan suku bunga yang lebih agresif semakin besar, maka itu akan menjadi sentimen positif bagi dolar AS. Kenaikan suku bunga akan membuat investor semakin tertarik dengan instrumen berbasis dolar AS karena menjanjikan keuntungan lebih. Greenback pun akan mendapat pijakan untuk menguat.
Dollar Index, yang mengukur posisi greenback terhadap 6 mata uang utama dunia, bergerak menguat sebesar 0,17% ke 95,11, hingga pukul 12.10 WIB hari ini.
Seperti diketahui, aset berdenominasi dolar AS seperti emas akan sensitif terhadap pergerakan mata uang tersebut. Terdepresiasinya dolar AS akan membuat emas relatif lebih murah untuk pemegang mata uang asing selain dolar AS. Sebaliknya, saat dolar AS terapresiasi, harga emas akan relatif lebih mahal.
(RHG/gus) Next Article Pasar Komoditas Volatil, Harga Emas Berpotensi Naik 0,6%
Harga emas melanjutkan tren pelemahan sebesar 1% pada perdagangan kemarin, masih tertekan oleh perkasanya dolar Amerika Serikat (AS) pasca pemaparan Gubernur The Federal Reserve/The Fed Jerome Powell di depan Senat AS.
![]() |
"Data-data terkini sangat mengesankan. Lapangan kerja tumbuh cepat, pendapatan masyarakat meningkat, optimisme di level rumah tangga telah mengangkat konsumsi dalam beberapa bulan terakhir. Investasi oleh dunia usaha juga tumbuh sehat," papar Powell.
Data teranyar adalah produksi industri AS yang naik 0,6% secara bulanan (month-to-month/MtM) pada Juni 2018. Jauh membaik dibandingkan bulan sebelumnya yang terkontraksi (minus) 0,5% MtM. Data ini semakin memberi konfirmasi bahwa perekonomian AS berjalan di jalur yang benar.
Jika peluang kenaikan suku bunga yang lebih agresif semakin besar, maka itu akan menjadi sentimen positif bagi dolar AS. Kenaikan suku bunga akan membuat investor semakin tertarik dengan instrumen berbasis dolar AS karena menjanjikan keuntungan lebih. Greenback pun akan mendapat pijakan untuk menguat.
Dollar Index, yang mengukur posisi greenback terhadap 6 mata uang utama dunia, bergerak menguat sebesar 0,17% ke 95,11, hingga pukul 12.10 WIB hari ini.
Seperti diketahui, aset berdenominasi dolar AS seperti emas akan sensitif terhadap pergerakan mata uang tersebut. Terdepresiasinya dolar AS akan membuat emas relatif lebih murah untuk pemegang mata uang asing selain dolar AS. Sebaliknya, saat dolar AS terapresiasi, harga emas akan relatif lebih mahal.
(RHG/gus) Next Article Pasar Komoditas Volatil, Harga Emas Berpotensi Naik 0,6%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular