Sri Mulyani Proyeksi Dolar ke Rp 14.200, Ini Komentar Analis

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
17 July 2018 19:49
Kalangan analis memandang, pergerakan nilai tukar rupiah pada semester kedua tahun ini akan tetap mengalami gejolak.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan analis memandang, pergerakan nilai tukar rupiah pada semester kedua tahun ini akan tetap mengalami gejolak. Meskipun, tekanannya tidak akan sebesar semester pertama tahun ini.

Pada semester II-2018, rupiah diperkirakan akan tetap berada di atas Rp 14.000/US$, sejalan dengan proyeksi Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang memperkirakan nilai tukar rupiah pada semester II-2018 Rp 14.200/US$.

Berikut pandangan para analis yang dikumpulkan CNBC Indonesia, Selasa (17/7/2018) :

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede

"Rupiah masih berada di kisaran Rp 14.000/US$. Kalau di bawah Rp 14.000/US$ masih sulit. Forecast kami masih di range Rp 14.000/US$ - Rp 14.300/US$," kata Josua.

Menurut Josua, tekanan terhadap rupiah pada semester kedua tahun ini tidak akan seagresif di semester pertama. Namun, harus diakui pergerakan rupiah masih dipengaruhi tekanan perang dagang AS vs China.

"Perang dagang masih cukup intens, dan bisa berpengaruh di semester kedua. Tapi saya pikir tekanannya akan lebih soft. Tapi perkembangannya akan bergantung dengan kebijakan AS," jelasnya.

Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual

"Peluang rupiah menguat sebenarnya terbuka, selama trade war ini selesai. Karena pasar mengkhawatirkan trade war akan melemahkan ekonomi global. Semester II, range kami Rp 14.100/US$ - Rp 14.200/US$," kata David.

David menilai, kebutuhan greenback pada semester kedua tahun ini tidak akan sebesar semester pertama. Peluang rupiah untuk menguat pun terbuka lebar, meskipun masih dihantui ketidakpastian.

"Neraca perdagangan kita kemarin surplusnya cukup besar, dan defisit transaksi berjalan diharapkan membaik. Selain itu, tidak ada lagi pembayaran dividen atau utang. Sehingga kebutuhan dolar AS lebih tercukupi," jelasnya.

Kepala Ekonom Bank UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja

"Rupiah kemungkinan di semester II-2018 akan mengakami overshoot terlebih dahulu sebelum menguat. Ini sejalan dengan perkembangan global yang masih kemungkinan terjadi," kata Enrico.

Menurut dia, pergerakan nilai tukar masih berpeluang untuk menunjukan keperkasaannya terhadap dolar AS. Namun, penguatan tersebut diperkirakan baru akan terjadi menjelang akhir tahun.

"Karena FFR masih akan naik dua kali, dan ada mid term election di AS. Kemungkinan akam overshoot, dan menguat menjelang akhir tahun," ungkapnya.

(dru) Next Article Semester I-2018: Ekonomi Tumbuh 5,1%, Defisit APBN 0,75%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular