Analisis Teknikal

Saham TOWR dalam Tren Menurun, Menunggu Buyback

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
16 July 2018 16:06
Saham PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) secara teknikal masih melemah hingga perseroan memutuskan pembelian kembali (buyback).
Foto: Ist/cnnindonesia.com
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) sepanjang tahun ini telah terkoreksi hingga 26%. Secara teknikal, koreksi tersebut berpeluang berlanjut sampai dengan perseroan memutuskan membeli kembali (buyback) saham di bursa.

Pada perdagangan Jumat (13/7/2018), saham TOWR ditutup melemah pada level Rp 590 per saham (-1,9%) dengan nilai transaksi Rp 1,29 miliar. Adapun investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 1,01 miliar.

Koreksi itu terjadi bahkan setelah PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) menyelesaikan akusisi perusahaan penyedia menara telekomunikasi PT Komet Infra Nusantara (KIN). Transaksi senilai Rp 1,4 trilun ini seluruhnya dibayarkan dengan dana kas internal perusahaan.

Pascaakuisisi ini, Protelindo secara total memiliki 16.401 menara dengan 27.278 tenan dan menguasai 19% pangsa pasar perusahaan menara base transceiver station (BTS) Indonesia, mengalahkan PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk (TBIG).

Secara tahun berjalan (year to date/YtD), saham TOWR melemah 26,58% atau lebih parah dari kinerja indeks sektoralnya yakni sektor infrastruktur yang melemah hanya 9,77%.

Bagaimana pergerakan TOWR bila dilihat dari kaca mata analisis teknikal, tim riset CNBC Indonesia merangkumnya sebagai berikut:
Saham TOWR dalam Tren Menurun, Menunggu BuybackSumber: Reuters
Secara jangka panjang, TOWR cenderung bergerak menurun (down trend). Ini terlihat dari awal tahun yang membentuk pola grafik kepala dan pundak (head and shoulder) yang mengindikasikan penurunan (bearish) kuat diikuti penurunan harga yang lebih rendah lagi.

Besar kemungkinan saham TOWR akan kembali turun dalam sepekan ini seperti terlihat dari pola grafik lilin yang terbentuk pada perdagangan terakhirnya yaitu bearish harami yang merupakan pola lanjutan penurunan meski tidak terlalu kuat.

Mengacu pada beberapa indikator teknikal lainnya, saham TOWR juga belum keluar dari tekanan, di mana TOWR belum melewati rerata pergerakan (moving average/MA) dalam 5, 20 dan 50 hari (MA 5, MA 20 dan MA 50).

Berdasarkan indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (moving average convergence divergence/ MACD) TOWR masih memberikan sinyal persilangan mati (dead cross) atau mempunyai kecenderungan melemah.

Penurunan diperkirakan masih berlanjut mengingat indikator stochastic slow berada pada area netral atau belum jenuh jual. Penurunan dapat tertahan jika rencana buyback saham sebesar Rp 25,5 miliar dalam keterbukaan informasi emiten perusahaan dapat direalisasikan.


TIM RISET CNBC INDONESIA

(ags/hps) Next Article Ini 10 Saham LQ45 Terburuk Saat Covid-19, Ada yang Drop 72%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular