
Neraca Dagang Surplus US$ 1,74 M, Harga Obligasi RI Naik
Irvin Avriano, CNBC Indonesia
16 July 2018 11:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Surat utang pemerintah tenor menengah-panjang menguat tipis pada perdagangan di awal pekan ini. Penguatan pasar Surat Berharga Negara (SBN) terjadi karena rilis data perdagangan internasional yang jauh lebih baik dari perkiraan.
Data Reuters menunjukkan seri menengah tenor 10 tahun dan 15 tahun mengalami kenaikan harga tipis dan menekan tingkat imbal hasilnya (yield) 0,7 basis poin (bps) dan 1 bps. Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar sekunder, dengan besaran 100 bps setara dengan 1%. Seri panjang yaitu acuan 20 tahun (FR0075) juga mengalami penurunan yield 1 bps.
Untuk mengetahui perkembangan pasar obligasi, silakan klik di sini.
Penurunan ini merespons rilis data perdagangan internasional. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan ekspor pada Juni 2018 tumbuh 11,47% year-on-year (YoY) sementara impor tumbuh 12,66% YoY. Ini menyebabkan neraca perdagangan mencatat surplus yang cukup besar yaitu US$ 1,74 miliar.
Pencapaian ini jauh lebih baik dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan ekspor tumbuh 16,38% YoY sementara impor tumbuh 30,17% YoY. Neraca perdagangan diperkirakan surplus US$ 579,5 juta.
Surplus neraca perdagangan dapat membawa persepsi terkait dengan terjaganya aliran valas ke Indonesia sehingga mampu menopang penguatan rupiah. Ketika rupiah menguat, maka pasar saham dan pasar SBN pun diuntungkan.
Sebab, penguatan rupiah akan membuat aset-aset berbasis mata uang ini menjadi menguntungkan. Aksi beli (terutama oleh investor asing) bisa menjadi modal bagi penguatan pasar saham dan pasar obligasi negara lebih lanjut.
Data Reuters menunjukkan seri menengah tenor 10 tahun dan 15 tahun mengalami kenaikan harga tipis dan menekan tingkat imbal hasilnya (yield) 0,7 basis poin (bps) dan 1 bps. Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar sekunder, dengan besaran 100 bps setara dengan 1%. Seri panjang yaitu acuan 20 tahun (FR0075) juga mengalami penurunan yield 1 bps.
Untuk mengetahui perkembangan pasar obligasi, silakan klik di sini.
![]() |
Penurunan ini merespons rilis data perdagangan internasional. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan ekspor pada Juni 2018 tumbuh 11,47% year-on-year (YoY) sementara impor tumbuh 12,66% YoY. Ini menyebabkan neraca perdagangan mencatat surplus yang cukup besar yaitu US$ 1,74 miliar.
Pencapaian ini jauh lebih baik dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan ekspor tumbuh 16,38% YoY sementara impor tumbuh 30,17% YoY. Neraca perdagangan diperkirakan surplus US$ 579,5 juta.
Surplus neraca perdagangan dapat membawa persepsi terkait dengan terjaganya aliran valas ke Indonesia sehingga mampu menopang penguatan rupiah. Ketika rupiah menguat, maka pasar saham dan pasar SBN pun diuntungkan.
Sebab, penguatan rupiah akan membuat aset-aset berbasis mata uang ini menjadi menguntungkan. Aksi beli (terutama oleh investor asing) bisa menjadi modal bagi penguatan pasar saham dan pasar obligasi negara lebih lanjut.
Next Page
Dalam Sepekan, Pasar Obligasi RI Reli
Pages
Most Popular