Piala Dunia 2018
Indonesia Berterima Kasih kepada Piala Dunia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 July 2018 14:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Piala Dunia 2018 akan segera berakhir. Dalam hitungan jam, Rusia 2018 akan menyajikan partai penutupnya yaitu Prancis vs Kroasia.
Bagi Negeri Beruang Merah, Piala Dunia tentu menjadi momentum untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Konsumsi masyarakat meningkat, ribuan (mungkin jutaan) orang datang dari luar untuk menyaksikan event empat tahunan ini.
"Menyelenggarakan acara multinasional dalam skala besar akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2018. Pada akhir tahun, kontribusinya kepada pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) adalah sekitar 0,1-0,2 poin persentasi," ungkap Elivira Nabiullina, Gubernur Bank Sentral Rusia, dikutip dari Reuters.
Tahun ini, Komisi Uni Eropa memperkirakan ekonomi Rusia tumbuh 1,7%. Lebih cepat ketimbang tahun sebelumnya yaitu 1,5%. Mungkin ada sumbangan Piala Dunia sebesar 0,2 poin persentase di sana.
Namun tidak hanya Rusia, dunia pun menikmati dampak positif dari Piala Dunia. Indonesia tidak terkecuali.
Biasanya, usai Idul Fitri merupakan 'mimpi buruk' bagi konsumsi di Indonesia. Setelah mencapai puncak pada Ramadan-Idul Fitri, konsumsi akan melambat signifikan.
Indikator paling mudah mengukur konsumsi masyarakat adalah melihat indeks saham sektor barang konsumsi dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Ketika konsumsi meningkat, maka laba emiten-emiten sektor ini pun cerah. Prospek ini kemudian membuat investor memberikan apresiasi sehingga harga sahamnya naik.
Demikian pula sebaliknya. Ketika konsumsi lesu, maka penjualan dan laba emiten sektor ini pun ikut melambat. Investor kemudian memberi 'hukuman' berupa aksi jual, sehingga harga saham terkoreksi.
Biasanya, saham sektor barang konsumsi kurang seksi seusai Idul Fitri. Masyarakat kembali mengerem konsumsi mereka, kembali ke mode normal, sehingga penjualan pun turun. Investor bereaksi dengan melepas saham-saham sektor konsumsi.
Inilah yang terjadi pada 2017. Saat itu, Idul Fitri jatuh pada 26 Juni. Sebulan setelah Idul Fitri, saham-saham barang konsumsi terus mengalami tekanan. Indeks sektor barang konsumsi melemah 2,44% selama sebulan itu.
Bagi Negeri Beruang Merah, Piala Dunia tentu menjadi momentum untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Konsumsi masyarakat meningkat, ribuan (mungkin jutaan) orang datang dari luar untuk menyaksikan event empat tahunan ini.
"Menyelenggarakan acara multinasional dalam skala besar akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2018. Pada akhir tahun, kontribusinya kepada pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) adalah sekitar 0,1-0,2 poin persentasi," ungkap Elivira Nabiullina, Gubernur Bank Sentral Rusia, dikutip dari Reuters.
Namun tidak hanya Rusia, dunia pun menikmati dampak positif dari Piala Dunia. Indonesia tidak terkecuali.
Biasanya, usai Idul Fitri merupakan 'mimpi buruk' bagi konsumsi di Indonesia. Setelah mencapai puncak pada Ramadan-Idul Fitri, konsumsi akan melambat signifikan.
Indikator paling mudah mengukur konsumsi masyarakat adalah melihat indeks saham sektor barang konsumsi dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Ketika konsumsi meningkat, maka laba emiten-emiten sektor ini pun cerah. Prospek ini kemudian membuat investor memberikan apresiasi sehingga harga sahamnya naik.
Demikian pula sebaliknya. Ketika konsumsi lesu, maka penjualan dan laba emiten sektor ini pun ikut melambat. Investor kemudian memberi 'hukuman' berupa aksi jual, sehingga harga saham terkoreksi.
Biasanya, saham sektor barang konsumsi kurang seksi seusai Idul Fitri. Masyarakat kembali mengerem konsumsi mereka, kembali ke mode normal, sehingga penjualan pun turun. Investor bereaksi dengan melepas saham-saham sektor konsumsi.
Inilah yang terjadi pada 2017. Saat itu, Idul Fitri jatuh pada 26 Juni. Sebulan setelah Idul Fitri, saham-saham barang konsumsi terus mengalami tekanan. Indeks sektor barang konsumsi melemah 2,44% selama sebulan itu.
![]() |
Next Page
Saham Konsumsi Terdongkrak Piala Dunia
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular