
Harga Batu Bara Makin Dekat ke Level US$120/ton
Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
13 July 2018 11:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Reli harga batu bara ICE Newcastle kontrak acuan masih belum berhenti, dengan diperdagangkan menguat 0,13% ke US$118,05/ton pada perdagangan hari Kamis (13/07/2018). Harga si batu hitam pun masih betah di rekor tertinggi dalam 6,5 tahun, atau sejak pertengahan Februari 2012.
Harga batu bara sejatinya masih berada dalam tren penguatan sejak Mei 2018, disokong oleh menguatnya permintaan batu bara China akibat musim semi yang lebih panas dari biasanya. Pembangkit listrik bertenaga batu bara mau tidak mau harus menggenjot produksi listriknya seiring naiknya tingkat penggunaan pendingin ruangan di kota-kota besar seperti Beijing dan Shanghai.
Jika musim semi saja sudah seperti itu, musim panas yang akan datang pada bulan Juli-Agustus tentunya akan memberikan temperatur yang amat panas di Negeri Tirai Bambu. Konsumsi batu bara, khususnya untuk pembangkitan listrik, diperkirakan akan mencapai puncaknya.
Bahkan, saking tingginya permintaan energi listrik saat ini, beberapa kota besar China seperti Wuhan dan Hefei melaporkan bahwa mereka mengalami kelebihan beban pada pembangkit listriknya, dan mengindikasikan akan mulai membatasi produksi listriknya.
Beban puncak pembangkit listrik pada musim panas ini diestimasikan mencapai 79 Giga Watt (GW), naik sekitar 4 GW dari beban puncak di tahun lalu, menurut Shandong Economic and Information Commission pada situs resminya, seperti dilansir dari Reuters.
Untuk memastikan pembangkit listrik mereka tetap mememuhi permintaan yang meroket tersebut, akhirnya Negeri Panda membuka keran impor nya lebar-lebar. Tercatat, impor batu bara negeri berpenduduk terbanyak di dunia ini meningkat 25,47 juta ton secara tahunan (year-on-year) pada bulan Juni 2018, berdasarkan data bea cukai China pada hari ini.
Impor bulan lalu juga meningkat 3,14 juta ton dari bulan dari capaian bulan Mei 2018.
Sementara itu, disrupsi pasokan dari Afrika Selatan juga membantu mengangkat harga batu bara Newcastle. Tuan rumah Piala Dunia 2010 tersebut sedang mengalami hambatan infrastruktur utamanya pada sistem rel kereta pengiriman.
Selain itu, pasokan batu bara di Afrika Selatan kini sedang difokuskan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi fasilitas pembangkit listrik, sehingga berdampak pada menurunnya volume ekspor batu bara dari Cape Town. Akhirnya, untuk memenuhi permintaannya, konsumen batu bara di Asia beralih ke batu bara asal Australia.
"Pasokan sedang ketat di luar Australia. Apa yang juga terjadi adalah ekspor dari Afrika Selatan menurun. Hal itu membuka kesempatan bagi lebih banyak batu bara asal Australia masuk ke Asia," ujar Shane Stephan, Managing Director di New Hope, produsen batu bara independen terbesar ketiga di Benua Kanguru, seperti dikutip dari Reuters.
(RHG/hps) Next Article China Serap Batu Bara Australia, Harga Berangsur Naik
![]() |
Harga batu bara sejatinya masih berada dalam tren penguatan sejak Mei 2018, disokong oleh menguatnya permintaan batu bara China akibat musim semi yang lebih panas dari biasanya. Pembangkit listrik bertenaga batu bara mau tidak mau harus menggenjot produksi listriknya seiring naiknya tingkat penggunaan pendingin ruangan di kota-kota besar seperti Beijing dan Shanghai.
Jika musim semi saja sudah seperti itu, musim panas yang akan datang pada bulan Juli-Agustus tentunya akan memberikan temperatur yang amat panas di Negeri Tirai Bambu. Konsumsi batu bara, khususnya untuk pembangkitan listrik, diperkirakan akan mencapai puncaknya.
Beban puncak pembangkit listrik pada musim panas ini diestimasikan mencapai 79 Giga Watt (GW), naik sekitar 4 GW dari beban puncak di tahun lalu, menurut Shandong Economic and Information Commission pada situs resminya, seperti dilansir dari Reuters.
Untuk memastikan pembangkit listrik mereka tetap mememuhi permintaan yang meroket tersebut, akhirnya Negeri Panda membuka keran impor nya lebar-lebar. Tercatat, impor batu bara negeri berpenduduk terbanyak di dunia ini meningkat 25,47 juta ton secara tahunan (year-on-year) pada bulan Juni 2018, berdasarkan data bea cukai China pada hari ini.
Impor bulan lalu juga meningkat 3,14 juta ton dari bulan dari capaian bulan Mei 2018.
Sementara itu, disrupsi pasokan dari Afrika Selatan juga membantu mengangkat harga batu bara Newcastle. Tuan rumah Piala Dunia 2010 tersebut sedang mengalami hambatan infrastruktur utamanya pada sistem rel kereta pengiriman.
Selain itu, pasokan batu bara di Afrika Selatan kini sedang difokuskan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi fasilitas pembangkit listrik, sehingga berdampak pada menurunnya volume ekspor batu bara dari Cape Town. Akhirnya, untuk memenuhi permintaannya, konsumen batu bara di Asia beralih ke batu bara asal Australia.
"Pasokan sedang ketat di luar Australia. Apa yang juga terjadi adalah ekspor dari Afrika Selatan menurun. Hal itu membuka kesempatan bagi lebih banyak batu bara asal Australia masuk ke Asia," ujar Shane Stephan, Managing Director di New Hope, produsen batu bara independen terbesar ketiga di Benua Kanguru, seperti dikutip dari Reuters.
(RHG/hps) Next Article China Serap Batu Bara Australia, Harga Berangsur Naik
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular