Global Teleshop Lepas Gerai Apple, Tepatkah?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 July 2018 15:09
Tepatkah langkah PT Global Teleshop Tbk (GLOB) untuk melepas bisnis ritel Apple yang dimilikinya?
Foto: REUTERS/Dado Ruvic
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Global Teleshop Tbk (GLOB) anjlok hingga 7,89% ke level Rp 210/unit, merespons rencana perusahaan untuk melepas bisnis ritel Apple yang dimilikinya. Sebagai informasi, emiten ini merupakan salah satu pemegang lisensi Apple Premium Reseller (APR) dan Apple Authorised Reseller (AAR) di Indonesia.

Berdasarkan keterbukaan informasi yang dirilis kemarin sore (9/7/2018), perusahaan telah menjual gerai Apple yang dimilikinya di 3 lokasi, yakni Imam Bonjol (Denpasar), Level 21 (Denpasar), dan Mall Olympic Garden (Malang) kepada PT Inetindo Infocom yang juga memegang lisensi serupa pada tanggal 5 Juli silam.

Menyusul setelahnya, gerai Apple di Mall Pakuwon (Surabaya) juga akan dialihkan kepada pihak yang sama, sementara gerai sisanya akan dipertahankan sampai masa sewa di lokasi masing-masing-berakhir dimana jangka waktunya tidak lebih dari 1 tahun. Selanjutnya, perusahaan akan tetap menjual produk-produk Apple melalui gerai-gerai Global Teleshop.

PT Inetindo Infocom merupakan anak usaha Story-i Limited, emiten yang tercatat di bursa saham Australia. PT inetindo memiliki 37 gerai pada 14 kota di Indonesia. Story-i Limited membeli gerai ritel Apple seharga USD 1 juta.

Apa Alasannya?

Mengutip keterbukaan informasi, perusahaan mengungkapkan bahwa melalui langkah tersebut, biaya operasional akan dapat dipangkas secara signifikan. Di sisi lain, langkah tersebut tidak akan terlalu mempengaruhi pendapatan mengingat penjualan dari gerai-gerai tersebut memang sudah menurun belakangan ini.

Tepatkah Langkah Tersebut?

Dari kacamata bisnis, keputusan ini memang merupakan yang terbaik. Pasalnya di Indonesia, ponsel pintar buatan Apple memang tak menjadi pilihan. Berdasarkan International Data Corporation (IDC), pada tahun 2017 Apple tak masuk dalam 5 besar pangsa pasar ponsel pintar di Indonesia, begitupun pada tahun 2016.

Pada tahun 2017, posisi pertama ditempati oleh Samsung dengan pangsa pasar sebesar 31,8%, disusul oleh OPPO (22,9%), Advan (7,7%), ASUS (6,5%), dan Vivo (6%). Secara total, sebanyak 30,4 juta ponsel pintar terjual di Indonesia sepanjang tahun lalu, naik tipis dari capaian 2016 yang sebesar 30,3 juta.

Ponsel pintar buatan Apple yang terbilang premium dari sisi harga merupakan salah satu faktor yang membuatnya susah menembus pasar Indonesia. Apalagi, perusahaan justru menempatkan gerai-gerainya di daerah yang tak memiliki daya beli tinggi seperti Denpasar dan Malang. Lokasi yang dipilih sangat tidak cocok dengan lini produk yang ditawarkan.

Lebih lanjut, Apple ternyata memang sedang kesulitan di kancah ponsel pintar dunia. Masih menggunakan data dari IDC, pangsa pasar Apple yang sebesar 18,2% pada kuartal-IV 2016 tertekan pada 3 kuartal pertama tahun 2017 menjadi 14,7%, 11,8%, dan 12,4%. Barulah pada kuartal-IV 2017, pangsa pasarnya naik melebihi capaian kuartal-IV 2016, yakni sebesar 19,7%.

Menjual ponsel pintar yang dalam tren global sedang berada dalam tekanan tentu memberikan tantangan tersendiri.

Di sisi lain, Xiaomi menjadi pabrikan ponsel pintar yang bisa meningkatnya pangsa pasarnya secara signifikan. Per kuartal-IV 2016, pangsa pasar perusahaan yang baru saja melantai di bursa saham Hong Kong ini tercatat hanya sebesar 3,3%. Nilainya lantas melonjak pada 3 kuartal pertama tahun 2017 menjadi 4,3%, 6,2%, dan 7,5%. Pada kuartal-IV 2017, pangsa pasarnya turun walaupun tipis saja menjadi 7,2%.

Bagi GLOB, mungkin merek Xiaomi bisa menjadi pilihan kala perusahaan baru saja mengaku 'kalah' dalam memasarkan ponsel pintar berlogo apel kroak tersebut.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/roy) Next Article Harga saham Global Teleshop Meroket 24,78%, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular