
Lesu di Pasar Spot, Rupiah Menguat Tipis di Kurs Acuan
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 July 2018 10:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di kurs acuan mampu menguat tipis. Nasib berbeda dialami rupiah di pasar spot.
Pada Selasa (10/7/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.326. Rupiah menguat tipis 0,04% dibandingkan sehari sebelumnya.
Rupiah lebih apes di pasar spot. Pada pukul 10:12 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.340, di mana rupiah melemah 0,14%.
Di dalam negeri, kebutuhan valas memang sedang tinggi. Saat-saat ini adalah momentum pembayaran dividen periode kuartal II-2018. Kebutuhan valas korporasi yang tinggi menjadi salah satu faktor yang menyebabkan rupiah tertekan.
Dari sisi eksternal, dolar AS sedang mendapat angin karena nilai posisi jangka panjang investor untuk dolar AS pada pekan yang berakhir 3 Juli tercatat US$ 13,16 miliar, tertinggi sejak Mei 2017. Naik dibandingkan pekan sebelumnya yaitu US$ 11,03 miliar.
Saat investor memilih untuk mengambil posisi jangka panjang, artinya ada kepercayaan dolar AS akan meningkat nilainya pada masa mendatang. Sementara jika mengambil posisi jangka pendek, maka kemungkinannya adalah cenderung bearish. Perkembangan ini menjadi sentimen positif bagi greenback.
Selain itu, dolar AS juga menguat karena pesaingnya, poundsterling Inggris, sedang 'sakit'. Mata uang Inggris sedang tertekan karena gonjang-ganjing politik domestik.
Dua orang menteri di kabinet pimpinan Perdana Menteri Theresa May mengundurkan diri. Mereka adalah David Davis (Menteri Urusan Brexit) dan Boris Johnson (Menteri Luar Negeri). Johnson mundur karena menilai negosiasi keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) bisa berakhir dengan tergadainya kepentingan Negeri Ratu Elizabeth. Bahkan ekstremnya, politisi yang dikenal dengan rambut melambai ini menyebutkan Inggris bisa menjadi koloni Uni Eropa.
Investor sepertinya tidak nyaman dengan perkembangan di Inggris. Akhirnya mata uang poundsterling pun 'dihukum' oleh pasar sehingga terdorong ke teritori negatif. Dolar AS semakin mendapat angin dan berhasil menguat terhadap banyak mata uang, termasuk rupiah.
Pada Selasa (10/7/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.326. Rupiah menguat tipis 0,04% dibandingkan sehari sebelumnya.
![]() |
Rupiah lebih apes di pasar spot. Pada pukul 10:12 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.340, di mana rupiah melemah 0,14%.
Dari sisi eksternal, dolar AS sedang mendapat angin karena nilai posisi jangka panjang investor untuk dolar AS pada pekan yang berakhir 3 Juli tercatat US$ 13,16 miliar, tertinggi sejak Mei 2017. Naik dibandingkan pekan sebelumnya yaitu US$ 11,03 miliar.
Saat investor memilih untuk mengambil posisi jangka panjang, artinya ada kepercayaan dolar AS akan meningkat nilainya pada masa mendatang. Sementara jika mengambil posisi jangka pendek, maka kemungkinannya adalah cenderung bearish. Perkembangan ini menjadi sentimen positif bagi greenback.
Selain itu, dolar AS juga menguat karena pesaingnya, poundsterling Inggris, sedang 'sakit'. Mata uang Inggris sedang tertekan karena gonjang-ganjing politik domestik.
Dua orang menteri di kabinet pimpinan Perdana Menteri Theresa May mengundurkan diri. Mereka adalah David Davis (Menteri Urusan Brexit) dan Boris Johnson (Menteri Luar Negeri). Johnson mundur karena menilai negosiasi keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) bisa berakhir dengan tergadainya kepentingan Negeri Ratu Elizabeth. Bahkan ekstremnya, politisi yang dikenal dengan rambut melambai ini menyebutkan Inggris bisa menjadi koloni Uni Eropa.
Investor sepertinya tidak nyaman dengan perkembangan di Inggris. Akhirnya mata uang poundsterling pun 'dihukum' oleh pasar sehingga terdorong ke teritori negatif. Dolar AS semakin mendapat angin dan berhasil menguat terhadap banyak mata uang, termasuk rupiah.
Next Page
Dolar AS Perkasa di Asia
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular