Newsletter

Hati-hati, Dolar AS Bisa Bangkit dari Kubur

Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 July 2018 05:54
Hati-hati, Dolar AS Bisa Bangkit dari Kubur
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meroket dengan penguatan nyaris 2% pada perdagangan kemarin. IHSG bergerak searah dengan bursa saham Asia yang juga cenderung menguat karena kekhawatiran perang dagang yang memudar. 

Kemarin, IHSG ditutup menguat 1,98%. Nilai transaksi tercatat Rp 7,33 triliun dengan volume sebanyak 9,58 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 362.032 kali. 

Penguatan rupiah menjadi motor utama kenaikan IHSG. Hingga akhir perdagangan, rupiah menguat 0,31% terhadap dolar Amerika Serikat (AS). 

Seiring dengan penguatan rupiah, saham-saham emiten perbankan diburu oleh investor sehingga sektor jasa keuangan melesat hingga 3,33%, tertinggi dibandingkan delapan sektor penghuni IHSG lainnya. Saham-saham emiten perbankan yang diburu investor di antaranya BBCA/ (+4,06%), BMRI (+2,38%), BBTN (+8,37%), BBRI (+5,99%), dan BBNI (+3,96%). 

Dolar AS memang sedang berada dalam posisi yang kurang menguntungkan. Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia, melemah hingga 0,24% pada akhir perdagangan IHSG.  

Penyebabnya adalah rilis data ketenagakerjaan AS yang bisa dibilang mengecewakan. Angka pengangguran Negeri Paman Sam periode Juni 2018 tercatat 4%. Lebih tinggi ketimbang konsensus pasar maupun posisi bulan sebelumnya yaitu 3,8%.

Sementara itu, upah per jam rata-rata AS tercatat meningkat 2,7% secara tahunan (year-on-year/YoY). Juga di bawah konsensus yang memperkirakan peningkatan sebesar 2,8% YoY.  

Data ini menujukkan bahwa pasar tenaga kerja AS belum pulih betul. Oleh karena itu, masih ada peluang Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) tidak akan terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga.  

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) memperkirakan neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2018 mencatat surplus US$ 900 juta. Jika terwujud, maka tren defisit yang terjadi dalam dua bulan sebelumnya akan terputus.  

"Saya kira neraca perdagangan akan surplus. Kurang lebih US$ 900 juta," ungkap Perry Warjiyo, Gubernur BI.  

Penyataan ini lantas menjadi obat kuat tambahan bagi rupiah. Surplus neraca perdagangan akan membawa persepsi bahwa aliran devisa ke Indonesia tetap terjaga sehingga mampu menopang penguatan mata uang Tanah Air. 

IHSG bergerak searah dengan bursa regional yang juga ditutup dengan penguatan yang cukup signifikan. Indeks Nikkei 225 naik 1,21%, Hang Seng menguat 1,32%, Shanghai Composite lompat 2,49&, Kospi surplus 0,57%, dan Straits Times bertambah 1,16%. 

Sepertinya investor sejenak melupakan isu perang dagang AS-China yang masih belum menemukan solusi. Akhir pekan lalu, AS dan China saling menerapkan bea masuk sebesar 25% untuk ratusan produk impor yang masuk ke negaranya. 

Setelah menjadi kekhawatiran pada akhir pekan lalu, kini pelaku pasar nampaknya agak mengabaikan isu ini. Pasar mungkin masih memonitor arah perkembangan perang dagang ke depan. 

Sembari memantau, investor pun memanfaatkan bursa saham Asia yang sudah terkoreksi cukup dalam untuk melakukan aksi borong. Sejak awal tahun, Nikkei 225 sudah melemah 3,13%, Hang Seng minus 4,11%, Shanghai Composite anjlok 14,87%, Kospi ambas 7,36%, dan Straits Times berkurang 5,12%.  

Koreksi yang lumayan ini membuat harga aset di bursa Asia menjadi menarik karena harganya terjangkau. Investor pun kembali masuk dan aksi borong yang terjadi berhasil membuat bursa saham Benua Kuning melonjak signifikan. 

Dari Wall Street, tiga indeks utama pun meroket. Dow Jones Industrial Average (DJIA) lompat 1,31%, S&P 500 naik 0,88%, dan Nasdaq bertambah 0,95%. 

Seperti halnya di Asia, investor di bursa saham New York pun sejenak meninggalkan isu perang dagang di belakang mereka. Pelaku pasar fokus pada persiapan jelang musim laporan keuangan (earnings season) kuartal II-2018. 

"Kita sedang di ambang earnings season yang 'meledak'. Perkembangan perang dagang akhir pekan lalu memang signifikan. Namun nyatanya sekarang dunia belum kiamat, uang pun berdatangan," ujar Bucky Hellwig, Senior Vice President di BB&T Wealth Management yang berbasis di Alabama (AS), dikutip dari Reuters. 

Perkiraan laporan keuangan yang positif hadir dari kinerja perekonomian AS secara keseluruhan. Pada kuartal II-2018, The Fed Atlanta memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS sebesar 3,8%. Jauh membaik dibandingkan realisasi kuartal sebelumnya yaitu 2%. 

Saham-saham perbankan menjadi pendorong penguatan Wall Street. Saham JPMorgan Chase meroket 3,09%, Wells Fargo naik 1,57%, dan Citigroup melonjak 2,68%. Emiten-emiten ini dijadwalkan merilis laporan keuangan pada akhir pekan. 

Bahkan saham-saham sektor industri yang sempat terpukul akibat isu perang dagang kini mampu menguat signifikan. Saham Caterpillar naik 4,11% dan Boeing menguat 2,17%. 

Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan pertumbuhan laba emiten di indeks S&P 500 pada kuartal II-2018 rata-rata 20,7%. Melambat pencapaian kuartal I-2018 yang sebesar 26,6%, tetapi secara umum masih solid. Perlambatan pertumbuhan laba ini disebabkan oleh perang dagang yang memanas pada kuartal II, harga komoditas yang naik, dan kenaikan biaya upah pekerja. 


Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah faktor. Dari dalam negeri, ada sentimen positif yaitu rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Juni yang sebesar 128,1. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 125,1. Nilai IKK pada Juni merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah Indonesia. 

IKK sempat melambat pada awal 2018, Namun sejak memasuki April, IKK mulai menanjak hingga menyentuh puncaknya pada bulan lalu.  

Secara bulanan (month-to-month/MtM), IKK Juni 2018 mampu tumbuh 2,4%, jauh lebih baik dari capaian Juni 2017 yang malah terkoreksi 2,78%. Namun, secara tahunan, pertumbuhan Juni 2018 yang sebesar 4,66% YoY masih lebih rendah dari Juni 2017 yaitu 7,18% YoY. 

Hal itu nampaknya disebabkan oleh rendahnya IKK pada 21016. Pada pertengahan 2016, pemerintah menaikkan tarif listrik rata-rata 0,81% sehingga sedikit banyak mempengaruhi konsumsi masyarakat. 

Namun secara umum, data IKK Juni 2018 bisa dibilang positif. Data ini semakin memperkuat asumsi bahwa konsumsi masyarakat sudah pulih. Sebelumnya, asumsi ini juga terlihat dengan tingginya impor barang konsumsi serta laju inflasi selama Ramadan-Idul Fitri yang lebih cepat dari konsensus pasar. 

Data IKK bisa menjadi dorongan bagi saham-saham sektor konsumsi. Tidak hanya itu, saham-saham sektor lainnya pun akan ikut terdorong seperti manufaktur sampai jasa keuangan. Bila saham-saham ini positif, maka diharapkan bisa berdampak kepada IHSG secara keseluruhan. 

Faktor positif lainnya adalah harga minyak yang bergerak naik. Kenaikan harga si emas hitam dipicu oleh kekhawatiran penurunan pasokan dari sejumlah negara. 

Iran tengah di ambang sanksi ekonomi dari AS, yang diperkirakan jatuh pada November mendatang. AS pun meminta negara-negara lain untuk menghentikan pembelian minyak dari Negeri Persia. 

Menurut catatan Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC), ekspor minyak mentah Iran adalah 2,12 juta barel/hari. Sementara ekspor produk hasil minyak adalah 992.500 barel/hari.  

Bila pasokan dari Iran terputus, maka potensi di atas menjadi hilang sehingga pasokan global akan berkurang. Penurunan pasokan tentu mengakibatkan kenaikan harga.  

Tidak hanya di Iran, penurunan pasokan juga terjadi di Kanada karena fasilitas milik Syncrude yang sedang tidak berproduksi. Akibatnya, pasokan minyak ke penyimpanan milik AS di Cushing (Oklahoma) turun sekitar 360.000 barel/hari. Fasilitas ini diperkirakan bisa kembali beroperasi pada Juli, meski belum mencapai kapasitas penuh.  

Kenaikan harga minyak bisa berdampak positif terhadap IHSG. Biasanya emiten migas dan pertambangan lebih diapresiasi investor kala harga minyak sedang naik. 


Namun investor perlu waspada karena dolar AS bisa saja bangkit dari keterpurukan. Pada pukul 04:22 WIB, Dollar Index mulai merangkak naik dengan penguatan 0,05%. Sepertinya dolar AS mulai bangkit dari kubur untuk membalas dendam. 

Penguatan greenback didorong oleh tingginya permintaan pasar. Mengutip Reuters, nilai posisi jangka panjang investor untuk dolar AS (net long us dollar position) pada pekan yang berakhir 3 Juli tercatat US$ 13,16 miliar, tertinggi sejak Mei 2017. Naik dibandingkan pekan sebelumnya yaitu US$ 11,03 miliar.  

Saat investor memilih untuk mengambil posisi jangka panjang, artinya ada kepercayaan dolar AS akan meningkat nilainya pada masa mendatang. Sementara jika mengambil osisi jangka pendek, maka kemungkinannya adalah cenderung bearish

Ke depan, harus diakui bahwa memegang dolar AS memang menguntungkan. Data-data perekonomian AS juga mendukung pemulihan ekonomi. The Fed Atlanta memperkirakan pertumbuhan ekonomi Negeri Adidaya sepanjang 2018 sebesar 4,1%. Melesat dibandingkan pencapaian tahun sebelumnya yaitu 2,3%. 

Oleh karena itu, masih besar kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi, atau total empat kali sepanjang 2018. Bertambah dibandingkan proyeksi sebelumnya yaitu tiga kali. Ini dilakukan untuk mengerem laju perekonomian agar tidak terjadi overheating

Kabar kenaikan suku bunga tentunya positif bagi mata uang, sebab nilainya akan naik seiring ekspektasi inflasi yang terjangkar. Selain itu, kenaikan suku bunga juga bisa memancing arus modal sehingga memperkuat nilai mata uang. 

Rupiah patut waspada dengan perkembangan ini. Jika dolar AS menguat dan rupiah tertekan, maka investor (utamanya asing) akan semakin meninggalkan Indonesia. Pasalnya, berinvestasi dalam aset-aset berbasis rupiah menjadi kurang menguntungkan kala mata uang ini terdepresiasi karena nilainya akan turun. IHSG pun akan kena getahnya.   


Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:

  • Rilis data Indeks Kepercayaan Bisnis Australia versi National Australia Bank Ltd. (08:30).
  • Rilis data inflasi China periode Juni 2018 (08:30).
  • Rilis data produksi industri pengolahan Inggris periode Mei 2018 (15:30).
  • Rilis data neraca perdagangan barang Inggris periode Mei 2018 (15:30).
  • Rilis data sentimen ekonomi Jerman versi ZEW periode Juli 2018 (16:00).
Berikut perkembangan sejumlah bursa saham utama:

IndeksClose% Change% YtD
 IHSG5,807.371.97(8.63)
LQ45916.862.40(15.06)
DJIA24,776.591.310.23
CSI3003,459.312.80(14.18)
Hang Seng28,688.501.32(4.11)
Nikkei 22522,052.181.21(3.13)
Straits Times3,228.821.16(5.12)

Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang:

Mata Uang Close% Change % YoY
USD/IDR14,320(0.31)6.90
EUR/USD1.170.043.08
GBP/USD1.32(0.24)2.92
USD/CHF0.990.212.72
USD/CAD1.310.241.73
USD/JPY110.870.38(2.79)
AUD/USD0.750.44(1.86)

Berikut perkembangan harga sejumlah komoditas:  

Komoditas Close % Change % YoY
Minyak Light Sweet (US$/barel)73.810.2266.24
Minyak Brent (US$/barel)78.251.4866.92
Emas (US$/troy ons)1,258.340.323.64
CPO (MYR/ton)2,200.00(2.44)(18.67)
Batu bara (US$/ton)113.12(0.05)39.48
Tembaga (US$/pound)2.861.828.51
Nikel (US$/ton)13,850.50(1.79)54.56
Timah (US$/ton)19,325.00(0.51)(1.23)
Karet (JPY/kg)167.001.64(13.92)
Kakao (US$/ton)2,380.00(3.21)32.09

Berikut perkembangan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara: 

Tenor Yield (%)
 5Y7.41
10Y7.49
15Y7.91
20Y8.02
30Y8.46
 
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional: 

IndikatorTingkat
Pertumbuhan ekonomi (Q I-2018 YoY)5.06%
Inflasi (Juni 2018 YoY)3.12%
Defisit anggaran (APBN 2018)-2.19% PDB
Transaksi berjalan (Q I-2018)-2.15% PDB
Neraca pembayaran (Q I-2018)-US$ 3.85 miliar
Cadangan devisa (Juni 2018)US$ 119.8 miliar

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular