
Risiko Perang Dagang Mereda, Bursa Saham Asia Menguat
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
09 July 2018 17:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia ditutup menguat pada perdagangan hari ini: indeks Nikkei naik 1,21%, indeks Hang Seng naik 1,32%, indeks Strait Times naik 1,16%, indeks Kospi naik 0,57%, dan indeks Shanghai naik 2,49%.
Meredanya ketakutan mengenai perang dagang antara AS dengan China menjadi motor utama penggerak bursa saham kawasan Asia. Pasalnya, hingga kini AS belum meluncurkan serangan balasan terhadap China.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengancam akan menaikkan bea masuk bagi produk China senilai US$ 500 miliar jika Beijing meluncurkan aksi balasan atas kebijakan Washington yang pada Jumat lalu (6/7/2018) telah resmi memberlakukan bea masuk baru bagi senilai US$ 34 miliar produk impor asal China.
Pemerintahan AS nampaknya masih pikir-pikir untuk mengenakan kebijakan balasan tersebut, mengingat besarnya nilai barang yang akan terdampak (US$ 500 miliar) bisa mengancam laju perekonomian kedua negara.
Kemudian, memudarnya persepsi terkait kenaikan suku bunga acuan hingga 4 kali oleh the Federal Reserve ikut memberikan momentum. Persepsi ini timbul seiring dengan data tenaga kerja yang kurang menggembirakan.
Teranyar, Kementerian Ketenagakerjaan AS melaporkan angka pengangguran periode Juni naik menjadi 4%. Padahal, konsensus memperkirakan angkanya akan tetap di level 3,8%. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian AS sejatinya belum panas-panas amat, sehingga the Fed tak perlu menaikkan suku bunga acuan hingga 4 kali.
Ditengah risiko perang dagang yang masih mengintai, tingkat suku bunga acuan yang rendah memang merupakan opsi terbaik bagi perekonomian AS dan dunia.
Terakhir, sentimen positif datang dari China. Cadangan devisa per akhir Juni diumumkan sebesar US$ 3,11 triliun, di atas konsensus yang sebesar US$ 3,1 triliun. Hal ini mengindikasikan bahwa China masih relatif kuat dalam menghadapi tekanan yang mengintai pasar keuangannya.
(ank/roy) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi
Meredanya ketakutan mengenai perang dagang antara AS dengan China menjadi motor utama penggerak bursa saham kawasan Asia. Pasalnya, hingga kini AS belum meluncurkan serangan balasan terhadap China.
Kemudian, memudarnya persepsi terkait kenaikan suku bunga acuan hingga 4 kali oleh the Federal Reserve ikut memberikan momentum. Persepsi ini timbul seiring dengan data tenaga kerja yang kurang menggembirakan.
Teranyar, Kementerian Ketenagakerjaan AS melaporkan angka pengangguran periode Juni naik menjadi 4%. Padahal, konsensus memperkirakan angkanya akan tetap di level 3,8%. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian AS sejatinya belum panas-panas amat, sehingga the Fed tak perlu menaikkan suku bunga acuan hingga 4 kali.
Ditengah risiko perang dagang yang masih mengintai, tingkat suku bunga acuan yang rendah memang merupakan opsi terbaik bagi perekonomian AS dan dunia.
Terakhir, sentimen positif datang dari China. Cadangan devisa per akhir Juni diumumkan sebesar US$ 3,11 triliun, di atas konsensus yang sebesar US$ 3,1 triliun. Hal ini mengindikasikan bahwa China masih relatif kuat dalam menghadapi tekanan yang mengintai pasar keuangannya.
(ank/roy) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular