Bila Rupiah Terus Melemah, Barang-barang Ini Akan Makin Mahal

Exist In Exist, CNBC Indonesia
09 July 2018 08:16
Beberapa pengusaha mengevaluasi perlunya menaikkan harga barang produksinya agar tidak merugi saat rupiah terus melemah terhadap dolar AS.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terjadi belakangan ini diprediksikan masih akan berlanjut sebagai dampak dari perang dagang antara AS dan China serta kebijakan moneter ketat di Negeri Paman Sam maupun di belahan dunia lainnya.

"Adapun dampak [perang dagang] segera adalah kemungkinan terjadinya tekanan pada rupiah. Memang agak sulit, mungkin rupiah masih akan tertekan sampai akhir tahun," kata pengamat ekonomi Universitas Indonesia Fithra Faisal Hastiadi kepada CNBC Indonesia akhir pekan lalu.

Fithra mengatakan perang dagang menjadi salah satu faktor eksternal yang mendorong pelemahan rupiah ini. "Karena arus modal akan mencari safe haven," tuturnya.

Jika hal ini benar terjadi, beberapa pengusaha mengevaluasi perlunya menaikkan harga barang produksinya agar tidak merugi. Berikut beberapa harga barang yang bisa lebih mahal jika rupiah terus melemah.


1. Barang Elektronik

Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta mengatakan pelemahan rupiah dapat mengakibatkan kenaikan harga beberapa produk ritel khususnya produk-produk yang diimpor secara utuh, seperti barang elektronik.

"Misal, barang elektronik yang tidak diproduksi di sini, atau kalau langsung produknya itu handphone," ujarnya.

Meskipun demikian, lanjutnya, pemilik merek barang elektronik atau pemasok (supplier) juga memiliki berbagai pertimbangan sebelum memutuskan untuk menaikkan harga produknya.

"Mereka cek pasar, cek tetangga kiri kanan, persaingan dengan yang lain, kompetitor menaikan harga atau tidak, kalau naik jadinya bagaimana, kalau tidak seperti apa. Jadi, pertimbangannya panjang," jelasnya.

"Sebetulnya mau berapa pun nilai tukar rupiah kalau stabil ya sudah, karena begini, ada pedagang tertentu dia lihat waktu dolar Rp 14.000 belum sampai, dia sudah menentukan harga di Rp 14.000 karena tidak ada yang mau rugi," lanjutnya.


2. Makanan dan Minuman

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan & Minunan Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman mengatakan industri makanan dan minuman juga pasti bakal terdampak jika rupiah terus melemah karena sebagian bahan baku industri makanan dan minuman domestik masih mengandalkan impor.

"Kalau industri makanan sendiri yang terkena dampaknya itu yang berbahan tepung terigu, itu kan banyak. Paling enggak roti, mie instan. Susu juga karena kan dia 80%-nya masih impor," ujar Adhi.

Jika nantinya rupiah terus melemah sehingga industri makanan minuman semakin kewalahan, pihaknya dengan terpaksa akan menaikkan harga. Namun, besarannya masih akan dikalkulasikan lebih lanjut.

"Ya mau tidak mau, tapi semoga tidak terjadi. Sekarang kami dari industri, khususnya mamin (makanan dan minuman), sedang berhitung, apakah perlu naik harga atau tidak. Lalu efisiensi lain, apakah perlu ganti kemasan atau tidak, apakah perlu ubah ukuran jual dan sebagainya, ini semua dalam kajian dan perlu waktu lama," terang Adhi.

"Oleh sebab itu kami berharap pemerintah segera stabilkan nilai tukar dan kalau bisa turunkan lagi ke Rp 13.000," pungkasnya.


3. Produk Tekstil

Ketua Umun Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan sejauh ini pelemahan rupiah menyebabkan peningkatan biaya produksi akibat peningkatan struktur biaya sekitar 10%.

"Dalam struktur biaya itu semuanya menyesuaikan keadaan dolar. Misalnya listrik, listrik itu otomatis naik, benang semua naik, segala macam naik. Artinya cost structure kita pasti mahal, ya sebagai konsumen sudah pasti harus bayar," jelasnya.

Untuk itu, Ade mengatakan hal ini akan berbahaya bagi penjualan dalam negeri apabila pasarnya tidak mampu menyerap produknya. Pengusaha tekstil, lanjutnya, akan terlebih dahulu melihat respons pasar untuk memutuskan apakah perlu menaikkan harga untuk tetap memperoleh margin keuntungan yang cukup.


"Tidak akan rugi kalau barangnya laku, kalau tidak laku baru rugi. Tergantung pasarnya mampu menyerap atau tidak, kalau mampu menyerap tinggal menaikkan harga, kalau tidak mampu yang tidak bisa terjual. Kita lihat dulu," pungkasnya.

(prm) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular