
Sepekan, Rupiah Merana di Hadapan Dolar AS
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
07 July 2018 12:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah sepanjang perdagangan sepekan ini. Pelemahan didorong oleh kuatnya faktor eksternal, ditambah sentimen negatif dari dalam negeri.
Selama sepekan, rupiah melemah 0,27% terhadap dolar AS. Sementara jika kita rekapitulasi perdagangan 2-6 Juli 2018, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS rata-rata adalah Rp 14.368/US$.
Di kawasan negara asean, rupiah menjadi mata uang dengan pelemahan tertinggi setelah Bath Thailand dan Dong Vietnam.
Sepekan kemarin, rupiah kembali dihantam faktor negatif dari eksternal dan internal.
Selama sepekan, rupiah melemah 0,27% terhadap dolar AS. Sementara jika kita rekapitulasi perdagangan 2-6 Juli 2018, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS rata-rata adalah Rp 14.368/US$.
![]() |
![]() |
Sepekan kemarin, rupiah kembali dihantam faktor negatif dari eksternal dan internal.
Dari eksternal, meningkatnya tensi perang dagang tidak hanya melibatkan Amerika Serikat dan China. Situasi semakin meluas hingga melibatkan Uni Eropa, bahkan mulai menyentuh Indonesia.
Kebijakan Presiden AS, Donald Trump, yang terus mengedepankan proteksionisme, membuat negara-negara global terutama China geleng-geleng kepala. Negeri Paman Sam resmi mengenakan bea masuk tambahan sebesar 25% untuk 818 produk China. China pun membalas dengan mengenakan bea masuk 25% untuk 659 produk AS.
Tidak hanya itu, Presiden AS Donald Trump juga mengancam bakal memberlakukan bea masuk kepada produk-produk China senilai US$ 500 miliar. Jika ini dilakukan, maka bukan tidak mungkin China akan membalas. Situasi ini pun semakin membuat pasar khawatir akan situasi global yang kurang kondusif
Memanasnya tensi perang dagang ini pun sempat melibatkan Uni Eropa. Namun, Benua Biru tampaknya lebih melunak. Informasi terbaru, pejabat-pejabat terkait melakukan pertemuan untuk mengevaluasi penerapan kebijakan tarif impor guna mencegah perang dagang terjadi dalam skala besar
Indonesia pun tidak lepas dari ancaman perang dagang dengan AS. Sofjan Wanandi, Ketua Tim Ahli Wakil Presiden, yang mengungkapkan Trump akan mencabut sejumlah perlakukan khusus yang saat ini diberikan ke Indonesia.
"Trump sudah kasih warning ke kita karena kita surplus. Beberapa special treatment yang dia beri ke kita mau dia cabut, terutama untuk tekstil," katanya.
Kondisi ini pun menjadi peringatan bagi Indonesia bahwa perang dagang dengan AS kapan pun bisa meletus, dan bisa memberikan dampak terganggunya stabilitas nilai tukar di dalam negeri.
Kebijakan Presiden AS, Donald Trump, yang terus mengedepankan proteksionisme, membuat negara-negara global terutama China geleng-geleng kepala. Negeri Paman Sam resmi mengenakan bea masuk tambahan sebesar 25% untuk 818 produk China. China pun membalas dengan mengenakan bea masuk 25% untuk 659 produk AS.
Tidak hanya itu, Presiden AS Donald Trump juga mengancam bakal memberlakukan bea masuk kepada produk-produk China senilai US$ 500 miliar. Jika ini dilakukan, maka bukan tidak mungkin China akan membalas. Situasi ini pun semakin membuat pasar khawatir akan situasi global yang kurang kondusif
Memanasnya tensi perang dagang ini pun sempat melibatkan Uni Eropa. Namun, Benua Biru tampaknya lebih melunak. Informasi terbaru, pejabat-pejabat terkait melakukan pertemuan untuk mengevaluasi penerapan kebijakan tarif impor guna mencegah perang dagang terjadi dalam skala besar
Indonesia pun tidak lepas dari ancaman perang dagang dengan AS. Sofjan Wanandi, Ketua Tim Ahli Wakil Presiden, yang mengungkapkan Trump akan mencabut sejumlah perlakukan khusus yang saat ini diberikan ke Indonesia.
"Trump sudah kasih warning ke kita karena kita surplus. Beberapa special treatment yang dia beri ke kita mau dia cabut, terutama untuk tekstil," katanya.
Kondisi ini pun menjadi peringatan bagi Indonesia bahwa perang dagang dengan AS kapan pun bisa meletus, dan bisa memberikan dampak terganggunya stabilitas nilai tukar di dalam negeri.
Pages
Most Popular