Diancam Trump, Emiten Tekstil Bisa Untung karena Dolar Naik
Irvin Avriano A., CNBC Indonesia
06 July 2018 13:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenakan tarif bea masuk terhadap sejumlah produk Indonesia, termasuk tekstil berpotensi berdampak negatif. Namun kinerja emiten tekstil berpotensi terbantu nilai tukar meskipun ada pengenaan tarif.
Indonesia mendapat peringatan dari Trump karena menikmati surplus perdagangan dengan AS. Menurut Sofjan, Trump mengancam akan mencabut perlakuan khusus yang diberikan AS ke Indonesia. Sektor yang dibidik orang nomor satu di Negeri Paman Sam itu adalah industri tekstil RI.
Meskipun demikian, dari sisi nilai tukar, emiten tekstil justru menjadi pihak yang diuntungkan ketika nilai dolar AS menguat karena mayoritas dari mereka membukukan pendapatan dalam dolar AS.
Sebagai instrumen investasi global, dolar AS biasanya akan semakin diburu dan nilai tukarnya menguat ketika kondisi iklim investasi memanas (save haven).
Ketika nilai tukar dolar AS menguat, eksportir tekstil berpotensi diuntungkan dari harga produknya yang semakin murah di AS terutama dari sisi volume yang turut berpotensi meningkat dibanding barang tekstil dari negara lain.
Namun, lain cerita jika dolar AS tidak menguat atau bahkan melemah terhadap rupiah, yang tentu membinasakan faktor keuntungan nilai tukar yang dapat menjadi pereda bagi emiten tekstil.
Meskipun bukan emiten tekstil dengan kapitalisasi pasar (market cap) terbesar di pasar saham Indonesia, PT Pan Brothers Tbk (PBRX) memiliki eksposur penjualan ekspor tekstil terbesar ke Amerika Serikat.
Data yang dihimpun dari laporan keuangan emiten menunjukkan market cap PBRX Rp 3,75 triliun menempati posisi kedua dari total 10 emiten tekstil berkapitalisasi pasar terbesar.
Posisi market cap Pan Brothers masih kalah dengan perusahaan garmen asal Solo PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) sebesar Rp3,75 triliun.
Nilai ekspor PBRX ke AS dicatatkan US$ 142,85 juta pada akhir 2017, 26% dari total ekspor US$ 526,34 juta.
Posisi kedua terdapat PT Indo-Rama Synthetics Tbk (INDR) yang menjual produknya ke AS senilai US$ 70,44 sepanjang tahun lalu.
SRIL yang memiliki market cap terbesar di antara perusahaan tekstil hanya membukukan ekspor produk ke Negeri Paman Sam senilai US$ 24,32 juta pada periode yang sama.
Uniknya, porsi ekspor ke AS dari total segmen penjualan luar negeri tidak sampai 30%. Ekspor AS oleh Pan Brothers hanya 26% dan PT Trisula International TBk (TRIS) 16%. Porsi ekspor ke AS oleh emiten lain di bawah 10%.
(hps/hps) Next Article Masuk Radar BEI, Saham Emiten Tekstil Ini Malah Meroket 10%
Indonesia mendapat peringatan dari Trump karena menikmati surplus perdagangan dengan AS. Menurut Sofjan, Trump mengancam akan mencabut perlakuan khusus yang diberikan AS ke Indonesia. Sektor yang dibidik orang nomor satu di Negeri Paman Sam itu adalah industri tekstil RI.
Meskipun demikian, dari sisi nilai tukar, emiten tekstil justru menjadi pihak yang diuntungkan ketika nilai dolar AS menguat karena mayoritas dari mereka membukukan pendapatan dalam dolar AS.
Penjualan masing-masing perusahaan biasanya juga terdiversifikasi ke beberapa negara selain AS.
Sebagai instrumen investasi global, dolar AS biasanya akan semakin diburu dan nilai tukarnya menguat ketika kondisi iklim investasi memanas (save haven).
Ketika nilai tukar dolar AS menguat, eksportir tekstil berpotensi diuntungkan dari harga produknya yang semakin murah di AS terutama dari sisi volume yang turut berpotensi meningkat dibanding barang tekstil dari negara lain.
Namun, lain cerita jika dolar AS tidak menguat atau bahkan melemah terhadap rupiah, yang tentu membinasakan faktor keuntungan nilai tukar yang dapat menjadi pereda bagi emiten tekstil.
Meskipun bukan emiten tekstil dengan kapitalisasi pasar (market cap) terbesar di pasar saham Indonesia, PT Pan Brothers Tbk (PBRX) memiliki eksposur penjualan ekspor tekstil terbesar ke Amerika Serikat.
Data yang dihimpun dari laporan keuangan emiten menunjukkan market cap PBRX Rp 3,75 triliun menempati posisi kedua dari total 10 emiten tekstil berkapitalisasi pasar terbesar.
Posisi market cap Pan Brothers masih kalah dengan perusahaan garmen asal Solo PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) sebesar Rp3,75 triliun.
Nilai ekspor PBRX ke AS dicatatkan US$ 142,85 juta pada akhir 2017, 26% dari total ekspor US$ 526,34 juta.
Posisi kedua terdapat PT Indo-Rama Synthetics Tbk (INDR) yang menjual produknya ke AS senilai US$ 70,44 sepanjang tahun lalu.
SRIL yang memiliki market cap terbesar di antara perusahaan tekstil hanya membukukan ekspor produk ke Negeri Paman Sam senilai US$ 24,32 juta pada periode yang sama.
![]() |
Uniknya, porsi ekspor ke AS dari total segmen penjualan luar negeri tidak sampai 30%. Ekspor AS oleh Pan Brothers hanya 26% dan PT Trisula International TBk (TRIS) 16%. Porsi ekspor ke AS oleh emiten lain di bawah 10%.
(hps/hps) Next Article Masuk Radar BEI, Saham Emiten Tekstil Ini Malah Meroket 10%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular