
Saham Anjlok 8,9%, Dirut BTN Salahkan Faktor Global
Donald Banjarnahor, CNBC Indonesia
05 July 2018 21:04

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) merespons penurunaan harga saham sebesar 8,91% dalam satu hari hingga menyentuh level terendah dalam 14 bulan terakhir.
Direktur Utama BTN mengatakan penurunan harga saham tersebut lebih disebabkan adanya faktor global, dimana ada tiga peristiwa yang terjadi di dunia, yaitu perubahan valuta masing-masing negara, perubahan berpindahnya dana yang dari tujuan ke asal, dan adanya perubahan suku bunga.
"Semua ini dalam rangka normalisasi dan ini tidak bisa di hindari disemua negara," ujar Maryono dalam siaran pers, Kamis (5/7/2018).
Menurut Maryono, investor tidak perlu khawatir dengan kinerja BTN tahun ini, meski ada kenaikan suku bunga acuan BI, namun tidak serta merta perbankan menaikkan suku bunga dana dan kredit. Terlebih saat ini perseroan sedang menggenjot perolehan dana murah melalui tabungan, sehingga diharapkan komposisi dana murah bisa berimbang dengan deposito.
"Kami sedang rakor dan menugaskan untuk seluruh kepala cabang di Indonesia mendongkrak dana tabungan," ujarnya.
Selain menggenjot dana murah, lanjut Maryono, BTN juga diuntungkan dengan relaksasi aturan Loan to Value (LTV) atau aturan uang muka KPR yang diterbitkan BI. Dengan aturan tersebut diharapkan makin banyak masyarakat yang tertarik membeli rumah.
"Jadi tidak ada kekhawatitan bahwa kita akan kesulitan dana dengan kondisi ini dan BTN potensinya luar biasa seiring kemudahan-kemudahan yang diberikan pemerintah. Ini yang bisa memberikan percepatan pertumbuhan perseroan di sektor pembiayaan perumahan," terangnya.
Maryono mengatakan perseroan sampai saat ini tetap pada target dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) yakni tumbuh di atas 20 persen. Target ini akan dapat terwujud seiring dengan peran BTN yang sudah bisa menyalurkan kredit pemilikan rumah (KPR) dengan skema fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) pada semester dua tahun ini.
"Skema FLPP sangat berbeda sekarang 75 persen dicover pemerintah dan 25 persen sisanya disediakan oleh SMF (PT Sarana Multi Finance). Jadi BTN sangat diuntungkan karena tidak perlu mencari dana mahal lagi," kata Maryono,
Harga saham emiten berkode BBTN ini ditutup pada level Rp 2.250/lembar pada perdagangan hari ini, anjlok 8,91% dibandingkan sehari sebelumnya yang tercatat Rp 2.470. Investor asing melepas saham BBTN dengan nilai net foreign sell (NFS) sebesar Rp 57,6 miliar dalam satu hari.
Meski Maryono mengatakan ada faktor global yang menyebabkan saham BBTN terkoreksi, namun ada sentimen negatif yang berkembang karena gugatan hukum yang diajukan PT Surya Artha Nusantara (SAN) Finance, anak usaha PT Astra International Tbk. Gugatan diajukan pada 26 Juni 2018.
Sebelumnya, PT Asuransi Jiwa Mega Indonesia dan PT Asuransi Umum Mega juga telah mendaftarkan gugatan pada 19 Desember 2017.
Gugatan ini muncul karena hilangnya dana yang disimpan di giro BTN pada cabang Enggano dan Cikeas. Asuransi Jiwa Mega kehilangan Rp 58 miliar, Asuransi umum Mega Rp 58 miliar dan SUN Finance Rp 110 miliar.
Dana tersebut diambil oleh sindikat penjahat yang melibatkan kepala kantor kas BTN Enggano dan kepala kantor kas Cikeas. Keduanya telah divonis bersalah oleh pengadilan.
(roy) Next Article Jelang Rights Issue, Laba BTN Moncer Hingga November 2022
Direktur Utama BTN mengatakan penurunan harga saham tersebut lebih disebabkan adanya faktor global, dimana ada tiga peristiwa yang terjadi di dunia, yaitu perubahan valuta masing-masing negara, perubahan berpindahnya dana yang dari tujuan ke asal, dan adanya perubahan suku bunga.
"Kami sedang rakor dan menugaskan untuk seluruh kepala cabang di Indonesia mendongkrak dana tabungan," ujarnya.
Selain menggenjot dana murah, lanjut Maryono, BTN juga diuntungkan dengan relaksasi aturan Loan to Value (LTV) atau aturan uang muka KPR yang diterbitkan BI. Dengan aturan tersebut diharapkan makin banyak masyarakat yang tertarik membeli rumah.
"Jadi tidak ada kekhawatitan bahwa kita akan kesulitan dana dengan kondisi ini dan BTN potensinya luar biasa seiring kemudahan-kemudahan yang diberikan pemerintah. Ini yang bisa memberikan percepatan pertumbuhan perseroan di sektor pembiayaan perumahan," terangnya.
Maryono mengatakan perseroan sampai saat ini tetap pada target dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) yakni tumbuh di atas 20 persen. Target ini akan dapat terwujud seiring dengan peran BTN yang sudah bisa menyalurkan kredit pemilikan rumah (KPR) dengan skema fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) pada semester dua tahun ini.
"Skema FLPP sangat berbeda sekarang 75 persen dicover pemerintah dan 25 persen sisanya disediakan oleh SMF (PT Sarana Multi Finance). Jadi BTN sangat diuntungkan karena tidak perlu mencari dana mahal lagi," kata Maryono,
Harga saham emiten berkode BBTN ini ditutup pada level Rp 2.250/lembar pada perdagangan hari ini, anjlok 8,91% dibandingkan sehari sebelumnya yang tercatat Rp 2.470. Investor asing melepas saham BBTN dengan nilai net foreign sell (NFS) sebesar Rp 57,6 miliar dalam satu hari.
Meski Maryono mengatakan ada faktor global yang menyebabkan saham BBTN terkoreksi, namun ada sentimen negatif yang berkembang karena gugatan hukum yang diajukan PT Surya Artha Nusantara (SAN) Finance, anak usaha PT Astra International Tbk. Gugatan diajukan pada 26 Juni 2018.
Sebelumnya, PT Asuransi Jiwa Mega Indonesia dan PT Asuransi Umum Mega juga telah mendaftarkan gugatan pada 19 Desember 2017.
Gugatan ini muncul karena hilangnya dana yang disimpan di giro BTN pada cabang Enggano dan Cikeas. Asuransi Jiwa Mega kehilangan Rp 58 miliar, Asuransi umum Mega Rp 58 miliar dan SUN Finance Rp 110 miliar.
Dana tersebut diambil oleh sindikat penjahat yang melibatkan kepala kantor kas BTN Enggano dan kepala kantor kas Cikeas. Keduanya telah divonis bersalah oleh pengadilan.
(roy) Next Article Jelang Rights Issue, Laba BTN Moncer Hingga November 2022
Most Popular