
Demi Prestise Energi Hijau, Medco Ajukan Utang Baru
Irvin Avriano, CNBC Indonesia
04 July 2018 07:16

Tidak banyak yang tahu bahwa ada jejak grup Saratoga di sana. Medco Power sebagai pengelola Sarulla berdiri pada Desember 2011. Keterlibatan Grup Saratoga dikabarkan terjadi pada 2012 setelah lembaga investasi itu membeli saham Medco Power senilai US$112 juta.
Namun, laporan keuangan Medco menyebutkan PT Saratoga Power (Grup Saratoga) telah terlibat di Medco Power sejak 2011 dengan dengan porsi kepemilikan masing-masing 51% dan 49%.
Setelah itu, pada 2016 berhembus kabar bahwa PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) selaku induk grup Saratoga berniat menjual kepemilikannya di Medco Power guna menata kembali portofolio investasinya. Investor asal Thailand disebut-sebut menjadi calon pembeli.
Kepada media, Direktur Utama Saratoga Investama Michael W.P. Soeryadjaya (putra pendiri Saratoga, Edwin Soeryadjaja), yang sekaligus cucu sang perintis Grup Astra William Soeryadjaja, sempat membantah kabar penjualan Medco Power.
Meski tidak membantah negara asal peminat Medco Power, tetapi saat itu Grup Saratoga tidak mengonfirmasi kabar pasar yang menyebutkan dua nama peminat, yaitu Amata B Grimm Power Group bersama Global Power Synergy Pcl.
Ujungnya, pada 3 Oktober 2017, grup Medco mencaplok saham Saratoga untuk menambah kepemilikannya di Medco Power menjadi total 88,6%. Transaksi itu dilakukan dengan mengakusisi saham Saratoga Power yang tak lain adalah pemilik 51% saham Medco Power.
Sejak tanggal efektif akuisisi tersebut sampai dengan sekarang, Medco Power berstatus sebagai anak usaha grup Medco sehingga laporan keuangannya dikonsolidasikan ke grup. Aset Medco Power per Maret 2018 pun masuk dalam neraca Medco Energi, yakni sebesar Rp 224,11 miliar.
Ketika menjual balik kepemilikannya di Medco Power ke grup Medco, Saratoga mengantongi US$129,21 juta atau untung US$17,21 juta (setara Rp 244,21 miliar) dalam kurang lebih lima tahun. Keuntungan itu setara 13,31% dalam lima tahun, atau 2,66% (US$3,44 juta) per tahun.
Jika kita melihat angka persentasinya, tentulah kecil. Namun, jangan lupa bahwa transaksi itu dilakukan dalam denominasi dolar AS. Bandingkan dengan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor satu tahun dan lima tahun yang menawarkan yield 2% dan 2,7% per tahun.
Hasilnya, ya cukup menguntungkan bagi Saratoga. Dibilang cukup, karena memang nilainya tidak ada apa-apanya dibandingkan rapor SRTG yang membukukan laba bersih Rp 3,23 triliun pada 2017 saja.
Jika transaksi Medco Power itu cukup menguntungkan bagi Saratoga Capital, beda kasusnya dengan Grup Medco yang justru ditinggal menyingsingkan lengan baju sendirian untuk mengembangkan blok panas bumi di tiga blok pembangkit listrik bersih. (ags/prm)
Namun, laporan keuangan Medco menyebutkan PT Saratoga Power (Grup Saratoga) telah terlibat di Medco Power sejak 2011 dengan dengan porsi kepemilikan masing-masing 51% dan 49%.
Setelah itu, pada 2016 berhembus kabar bahwa PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) selaku induk grup Saratoga berniat menjual kepemilikannya di Medco Power guna menata kembali portofolio investasinya. Investor asal Thailand disebut-sebut menjadi calon pembeli.
Meski tidak membantah negara asal peminat Medco Power, tetapi saat itu Grup Saratoga tidak mengonfirmasi kabar pasar yang menyebutkan dua nama peminat, yaitu Amata B Grimm Power Group bersama Global Power Synergy Pcl.
Ujungnya, pada 3 Oktober 2017, grup Medco mencaplok saham Saratoga untuk menambah kepemilikannya di Medco Power menjadi total 88,6%. Transaksi itu dilakukan dengan mengakusisi saham Saratoga Power yang tak lain adalah pemilik 51% saham Medco Power.
Sejak tanggal efektif akuisisi tersebut sampai dengan sekarang, Medco Power berstatus sebagai anak usaha grup Medco sehingga laporan keuangannya dikonsolidasikan ke grup. Aset Medco Power per Maret 2018 pun masuk dalam neraca Medco Energi, yakni sebesar Rp 224,11 miliar.
Ketika menjual balik kepemilikannya di Medco Power ke grup Medco, Saratoga mengantongi US$129,21 juta atau untung US$17,21 juta (setara Rp 244,21 miliar) dalam kurang lebih lima tahun. Keuntungan itu setara 13,31% dalam lima tahun, atau 2,66% (US$3,44 juta) per tahun.
Jika kita melihat angka persentasinya, tentulah kecil. Namun, jangan lupa bahwa transaksi itu dilakukan dalam denominasi dolar AS. Bandingkan dengan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor satu tahun dan lima tahun yang menawarkan yield 2% dan 2,7% per tahun.
Hasilnya, ya cukup menguntungkan bagi Saratoga. Dibilang cukup, karena memang nilainya tidak ada apa-apanya dibandingkan rapor SRTG yang membukukan laba bersih Rp 3,23 triliun pada 2017 saja.
Jika transaksi Medco Power itu cukup menguntungkan bagi Saratoga Capital, beda kasusnya dengan Grup Medco yang justru ditinggal menyingsingkan lengan baju sendirian untuk mengembangkan blok panas bumi di tiga blok pembangkit listrik bersih. (ags/prm)
Next Page
Tantangan Mencari Tambahan Utang
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular