Begini Cara Pemerintah Menjaga Rupiah Dalam Jangka Panjang

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
03 July 2018 13:30
Salah satu cara yang akan dilakukan adalah melalui program penugasan khusus pemerintah atau National Interest Account (NIA) untuk membantu para eksportir.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Defisit transaksi berjalan disebut menjadi salah satu alasan kenapa rupiah cukup rentan terhadap sentimen eskternal. Padahal, aliran devisa dari perdagangan barang dan jasa merupakan sumber devisa yang bisa bertahan lama.

Namun, pemerintah menegaskan akan meramu strategi untuk mengatasi hal itu. Salah satunya, adalah menaikkan kinerja ekspor nasional, agar dapat setidaknya mengkompensasi lonjakan impor yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara mengungkapkan, salah satu cara yang akan dilakukan adalah melalui program penugasan khusus pemerintah atau National Interest Account (NIA) untuk membantu para eksportir.

"Ini untuk membantu para eksportir kita dengan pembiayaan untuk menerobos pasar ekspor yang baru," kata Suahasil di gedung parlemen, Selasa (3/7/2018).

Menurut Suahasil, dalam beberapa tahun terakhir barang-barang yang diekspor Indonesia merupakan komoditas mentah dan semi industri. Dengan kebijakan tersebut, maka ekspor Indonesia akan jauh lebih bervariasi.

"Biasanya alas kaki, mebel, sekarang sudah mulai eskpor gerbong kereta dan pasarnya baru juga ke Bangladesh. Ini jadi strategi 3-5 tahun ke depan," tegasnya.

Seperti diketahui, sepanjang Januari-Mei 2018, neraca migas Indonesia mencatatkan defisit senilai US$ 5,03 miliar. Defisit neraca migas, tentu akan berpengaruh pada neraca perdagangan secara keseluruhan ke zona negatif.

Ketika neraca perdagangan defisit, maka transaksi berjalan pun terancam. Hal ini, tentu akan membuat rupiah semakin kehilangan pijakan untuk menguat, karena aliran modal portofolio yang selama ini diandalkan sangat bergantung pada kondisi eksternal.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual bahkan memperkirakan, defisit transaksi berjalan pada kuartal II-2018 bakal menembus level 3% terhadap PDB lantaran lonjakan impor dalam beberapa bulan terakhir.



(roy) Next Article Rupiah Jatuh, Sri Mulyani Beri Tugas Khusus ke 2 Pejabat Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular