Perang Dagang Ancaman Serius bagi Pasar Saham

Monica Wareza, CNBC Indonesia
02 July 2018 13:34
Saling serang antara antara Amerika Serikat (AS) dan China dalam penetapan bea impor membuat pasar volatil dan cenderung membuat transaksi saham.
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Citigroup Sekuritas Indonesia menilai perang dagang merupakan ancaman serius untuk investasi saham di negara berkembang (emerging market), tak terkecuali Indonesia. Saling serang antara antara Amerika Serikat (AS) dan China dalam penetapan bea impor membuat pasar volatil dan cenderung membuat transaksi saham tidak sesuai dengan kondisi fundamental.

Presiden Direktur Citigroup Sekuritas Indonesia Hasan Ukim mengatakan salah satu concern pelaku pasar saat ini adalah perang dagang, karena pasar mempersepsikan dampaknya akan membuat pertumbuhan ekonomi global dan emerging market akan melambat.

"Concern sekarang trade war akan berdampak pada  emerging market. The Fed sekarang kan udah nakin (suku bunga) tinggal tunggu ke depannya bagimana itu salah satunya tetapi yang dominan itu trade war karena secara fundamental untuk global ekonomi bisa melemah growthnya dan biasanya yang paling kena itu emerging market," kata Hasan di Gedung BEI, Jakarta, Senin (2/7).

Dia menilai perang dagang menyebabkan pengenaan tarif pada produk antar negara ini akan menyebabkan pelemahan mata uang. Otomatis hal tersebut akan berpengaruh pada investrasi karena banyaknya terjadi ketidakpastian (uncertainty) yang membuat pelaku pasar cenderung lebiuh hatiu-hati dan justru memilih untuk wait and see.

"Tapi yang jeas ini bakal memperlambat growth kalau terjadi eskalasi," kata dia.

Menahan IPO dan Obligasi
Dengan demikian, Hasan mengatakan bahwa saat ini sekuritas yang dipimpinnya justru lebih hati-hati untuk menhgawal perusahaan-perusahaan dalam melakukan aksi korporasi, baik untuk penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) dan penerbitkan obligasi.

"Kemarin kan ada volatility, kalau ada volatility buat apa kita melawan market karena volatility tidak mencerminkan fundamental jadi wajar waktu ada volatility is not the right time to come to the market, itu dimanapun bisa begitu," jelas dia.

Untuk itu dia menyebutkan bahwa untuk melaksanakan aksi korporasi perlu ditunggu adanya waktu yang tepat se[erti stabilnya pasar keuangan sehingga pasar akan kembali mempertimbangkan fundamental sebuah perusahaan, ketimbang mengikuti pergerakan pasar.
(hps) Next Article Investor Lokal 'Jaga' IHSG saat Bursa RI Ditinggal Asing

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular