Naiknya Suku Bunga BI Menahan Kejatuhan Rupiah, Kok Bisa?
Arif Gunawan,
CNBC Indonesia
30 June 2018 20:24
Surat berharga negara (SBN) adalah instrumen utang yang diterbitkan pemerintah, umumnya memiliki suku bunga tetap (di luar seri berbunga mengambang dan non-bunga).Â
Â
Pembagian kupon, atau istilahnya 'bagi hasil' bagi surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara), dilakukan berkala yaitu setiap 6 bulan sekali, meskipun seri ORI dan Sukri dibagian setiap bulan sekali.
Â
Misalnya, pemerintah menerbitkan seri FRX0099 bertenor 5 tahun yang berbunga 6% pada Januari 2018 senilai total Rp10 triliun. Saat itu, suku bunga acuan 4,25%.
Â
Setiap tahunnya, pemerintah harus membayar kupon bunga Rp 600 miliar (belum dikurangi pajak) kepada investor dalam 2 kali pembayaran, masing-masing Rp 300 miliar yaitu setiap Juni dan Januari tahun depannya lagi.Â
Â
Lalu pada 29 Juni 2018 suku bunga ditetapkan naik menjadi 5,25%.
Â
Di sisi lain, pemerintah berniat menerbitkan obligasi seri FRX0100 bertenor 5 tahun pada Juli 2018.Â
Â
Kupon bunga FRX0100 yang diterbitkan ketika suku bunga acuan sudah naik ke 5,25% tentunya akan lebih tinggi dibandingkan dengan FRX0099, karena bunga acuannya hanya 4,25% ketika FRX0099 diterbitkan. Katakanlah, kupon bunga FRX0100 diprediksi akan berkisar pada 6,5%.
Â
Karena itulah, investor asing yang tadinya berniat melepaskan investasinya di SBN akan berpikir lagi untuk bertahan dan/atau kembali masuk ke pasar.
Â
Masuk ke pasar Indonesia bisa berarti membeli rupiah kembali, yang membuat nilai tukar rupiah turut menguat.
Â
Karena itu, sebagai orang Indonesia, berinvestasi di dalam negeri haruslah dimulai. Semakin banyak orang Indonesia berinvestasi, maka dapat mengurangi ketergantungan pasar keuangan dari investor asing.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(roy)
Â
Pembagian kupon, atau istilahnya 'bagi hasil' bagi surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara), dilakukan berkala yaitu setiap 6 bulan sekali, meskipun seri ORI dan Sukri dibagian setiap bulan sekali.
Â
Misalnya, pemerintah menerbitkan seri FRX0099 bertenor 5 tahun yang berbunga 6% pada Januari 2018 senilai total Rp10 triliun. Saat itu, suku bunga acuan 4,25%.
Â
Setiap tahunnya, pemerintah harus membayar kupon bunga Rp 600 miliar (belum dikurangi pajak) kepada investor dalam 2 kali pembayaran, masing-masing Rp 300 miliar yaitu setiap Juni dan Januari tahun depannya lagi.Â
Â
Lalu pada 29 Juni 2018 suku bunga ditetapkan naik menjadi 5,25%.
Â
Di sisi lain, pemerintah berniat menerbitkan obligasi seri FRX0100 bertenor 5 tahun pada Juli 2018.Â
Â
Kupon bunga FRX0100 yang diterbitkan ketika suku bunga acuan sudah naik ke 5,25% tentunya akan lebih tinggi dibandingkan dengan FRX0099, karena bunga acuannya hanya 4,25% ketika FRX0099 diterbitkan. Katakanlah, kupon bunga FRX0100 diprediksi akan berkisar pada 6,5%.
Â
Karena itulah, investor asing yang tadinya berniat melepaskan investasinya di SBN akan berpikir lagi untuk bertahan dan/atau kembali masuk ke pasar.
Â
Masuk ke pasar Indonesia bisa berarti membeli rupiah kembali, yang membuat nilai tukar rupiah turut menguat.
Â
Karena itu, sebagai orang Indonesia, berinvestasi di dalam negeri haruslah dimulai. Semakin banyak orang Indonesia berinvestasi, maka dapat mengurangi ketergantungan pasar keuangan dari investor asing.
TIM RISET CNBC INDONESIA