Rupiah Lemah dan Bunga Naik Bikin Sektor Pelayaran Menderita
Exist In Exist, CNBC Indonesia
29 June 2018 19:48

Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor pelayaran terkena dampak negatif penguatan Dolar Amerika Serikat (AS) yang sempat menembus di level Rp 14.400/US$ dan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
(dob) Next Article Virus Corona Hantam Emiten Pelayaran, Apa Dampaknya?
Ketua Umum DPP Indonesia National Shipowners Association (INSA) Carmelita Hartoto mengatakan pelemahan Rupiah berdampak pada beban biaya perusahaan, mengingat beberapa komponen harus dibayarkan dalam Dolar AS.
"Beberapa beban biaya yang perlu dibayarkan dalam mata uang dolar Amerika itu seperti, spare part kapal. Karena diketahui, sebagian besar spare part kapal saat ini masih lebih banyak impor," jelasnya seperti dikutip dari siaran pers, Jumat (29/06/2018).
Selain itu, lanjutnya, pinjaman kepada bank asing dalam pembangunan kapal juga dibayar dalam Dolar AS.
"Komponen lainnya adalah asuransi kapal dengan perusahaan asuransi asing. Tentunya hal ini memberatkan perusahaan pelayaran, mengingat income pelayaran domestik bagi perusahaan pelayaran nasional menggunakan mata uang Rupiah," tambahnya.
Sementara itu, bagi importir, hal ini juga berdampak pada peningkatan cost of transaction karena biaya yang dikeluarkan untuk barang tertentu akan ikut terkerek naik. Hal ini berbanding terbalik bagi eksportir yang justru meraup keuntungan dari pelemahan ini.
"Tentunya beban kita semakin berat, karena sulit bagi pelayaran nasional menaikkan biaya kapal. Mungkin yang dapat dilakukan adalah efisiensi pada beban biaya yang mungkin bisa ditekan," tuturnya.
"Kami harap tentunya nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika ini cepat stabil. Karena kita perlu menyesuaikan dan menata ulang rencana bisnis jika terjadi fluktuasi nilai tukar mata uang," kata Carmelita.
Menyusul pelemahan rupiah ini, Carmelia juga memaklumi keputusan Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis points (bps) menjadi 5,25% mengingat tidak ada pilihan lain untuk menjaga nilai tukar rupiah.
Namun, menurutnya kebijakan ini juga akan berdampak bagi perusahaan pelayaran nasional yang harus berusaha lebih keras untuk mendapat pinjaman.
"Kita mengharapkan untuk industri pelayaran nasional adanya pendanaan kompetitif yang dibedakan dengan bunga perbankan pada umumnya," pungkasnya.
Selain itu, lanjutnya, pinjaman kepada bank asing dalam pembangunan kapal juga dibayar dalam Dolar AS.
Sementara itu, bagi importir, hal ini juga berdampak pada peningkatan cost of transaction karena biaya yang dikeluarkan untuk barang tertentu akan ikut terkerek naik. Hal ini berbanding terbalik bagi eksportir yang justru meraup keuntungan dari pelemahan ini.
"Tentunya beban kita semakin berat, karena sulit bagi pelayaran nasional menaikkan biaya kapal. Mungkin yang dapat dilakukan adalah efisiensi pada beban biaya yang mungkin bisa ditekan," tuturnya.
"Kami harap tentunya nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika ini cepat stabil. Karena kita perlu menyesuaikan dan menata ulang rencana bisnis jika terjadi fluktuasi nilai tukar mata uang," kata Carmelita.
Menyusul pelemahan rupiah ini, Carmelia juga memaklumi keputusan Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis points (bps) menjadi 5,25% mengingat tidak ada pilihan lain untuk menjaga nilai tukar rupiah.
Namun, menurutnya kebijakan ini juga akan berdampak bagi perusahaan pelayaran nasional yang harus berusaha lebih keras untuk mendapat pinjaman.
"Kita mengharapkan untuk industri pelayaran nasional adanya pendanaan kompetitif yang dibedakan dengan bunga perbankan pada umumnya," pungkasnya.
(dob) Next Article Virus Corona Hantam Emiten Pelayaran, Apa Dampaknya?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular