Kenaikan Bunga Acuan 50 Bps untuk Pancing Hot Money
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
29 June 2018 14:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ini, Bank Indonesia (BI) memutuskan menaikkan suku bunga acuan 7 day reverse repo rate sebesar 50 basis poin menjadi 5,25%. Hal ini utamanya ditempuh untuk memancing arus modal asing di sektor keuangan alias hot money.
Perry Warjiyo, Gubernur BI, menjelaskan bahwa dengan kenaikan 50 basis poin ini memang membuat kebijakan moneter BI cenderung ketat. BI sudah meninggalkan sikap (stance) kebijakan moneter netral.
"Dari sisi kebijakan moneter, kita beralih dari netral ke cenderung ketat. Bahkan sedikit di atas cenderung ketat," ujar Perry dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur di kantor BI, Jakarta, Jumat (29/6/2018).
(aji/aji) Next Article Corona Pengaruhi Pariwisata Hingga Investasi, Ini Respons BI
Perry Warjiyo, Gubernur BI, menjelaskan bahwa dengan kenaikan 50 basis poin ini memang membuat kebijakan moneter BI cenderung ketat. BI sudah meninggalkan sikap (stance) kebijakan moneter netral.
"Dari sisi kebijakan moneter, kita beralih dari netral ke cenderung ketat. Bahkan sedikit di atas cenderung ketat," ujar Perry dalam konferensi pers usai Rapat Dewan Gubernur di kantor BI, Jakarta, Jumat (29/6/2018).
Perry kembali menegaskan bahwa kebijakan ini dilakukan dengan prinsip preemtif, front loading, dan ahead the curve. Namun dalam rapat kali ini, BI menambahkan kata-kata baru yaitu menjaga daya saing pasar keuangan Indonesia.
"Menjaga daya saing pasar keuangan domestik terhadap perubahan kebijakan moneter sejumlah negara dan ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi, begitu kata-katanya. Jadi kenaikan ini akan menjaga imbal hasil terutama di fixed income," jelas Perry.
Fixed income adalah instrumen investasi yang memberikan imbal hasil tetap, misalnya obligasi. Dengan kenaikan suku bunga acuan, maka imbal hasil instrumen ini akan naik dan berinvestasi di Indonesia menjadi lebih menarik, termasuk bagi investor asing.
Kala arus modal di pasar keuangan ini masuk ke Indonesia, Perry meyakini akan menjadi fondasi bagi penguatan rupiah. Saat ini, kebijakan prioritas BI dalam jangka pendek memang menjaga stabilitas ekonomi, utamanya stabilitas nilai tukar rupiah.
"Kami melihat (kenaikan suku bunga acuan) akan lebih banyak menarik inflows, khususnya fixed income. Ini tentu saja menambah supply dolar AS dan mendukung stabilitas rupiah," kata Perry.
Perry juga mengungkapkan bahwa kenaikan suku bunga ini lebih karena merespons situasi global yang menyebabkan tekanan terhadap rupiah. Sebab dari dalam negeri, hampir tidak ada isu yang perlu direspons dengan kenaikan suku bunga.
"Menjaga daya saing pasar keuangan domestik terhadap perubahan kebijakan moneter sejumlah negara dan ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi, begitu kata-katanya. Jadi kenaikan ini akan menjaga imbal hasil terutama di fixed income," jelas Perry.
Fixed income adalah instrumen investasi yang memberikan imbal hasil tetap, misalnya obligasi. Dengan kenaikan suku bunga acuan, maka imbal hasil instrumen ini akan naik dan berinvestasi di Indonesia menjadi lebih menarik, termasuk bagi investor asing.
Kala arus modal di pasar keuangan ini masuk ke Indonesia, Perry meyakini akan menjadi fondasi bagi penguatan rupiah. Saat ini, kebijakan prioritas BI dalam jangka pendek memang menjaga stabilitas ekonomi, utamanya stabilitas nilai tukar rupiah.
"Kami melihat (kenaikan suku bunga acuan) akan lebih banyak menarik inflows, khususnya fixed income. Ini tentu saja menambah supply dolar AS dan mendukung stabilitas rupiah," kata Perry.
Perry juga mengungkapkan bahwa kenaikan suku bunga ini lebih karena merespons situasi global yang menyebabkan tekanan terhadap rupiah. Sebab dari dalam negeri, hampir tidak ada isu yang perlu direspons dengan kenaikan suku bunga.
"ini lebih karena global, bukan dalam negeri terutama inflasi," ujarnya.
(aji/aji) Next Article Corona Pengaruhi Pariwisata Hingga Investasi, Ini Respons BI
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular