
Ulasan Teknikal
Sektor Properti Mulai Oversold, Tapi Koreksi Masih Terbuka
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
28 June 2018 13:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks sektor properti hari ini turun hingga 1,97%, di tengah pembahasan relaksasi aturan rasio uang muka terhadap plafon pinjaman (loan to value/ LTV). Secara teknikal, sektor ini memasuki area jenuh jual (oversold), meski tekanan masih masif.
Saham properti sempat menghijau jelang rapat dewan gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang mengagendakan relaksasi aturan LTV pada hari ini, Kamis (28/06/2018). Naik 0,1% ke 446,9 pada pembukaan pagi, indeks sektor properti turun mencapai titik terendahnya di sesi I pada 436,7 (-2,18%).
Harga saham-saham utama di sektor tersebut juga berguguran di antaranya PWON (-2,72%), BSDE (-4,24%), SMRA (-4,54%) dan LPKR (-2,87%). Secara tahun berjalan (year to date/YTD) indeks sektor properti sudah turun 11% lebih.
Koreksi itu terjadi meski BI memperkenalkan aturan-aturan yang akan menggairahkan sektor property seperti income rules di mana calon debitur diperbolehkan mengambil lebih dari satu fasilitas kredit. Pelonggaran LTV akan diberikan untuk pengembang dengan kriteria tertentu.
Saat akad, pengembang nantinya bisa menikmati dana langsung pakai untuk pembangunan proyek, lebih menguntungkan dari aturan LTV sekarang yang mengizinkan penggunaan dana jika pondasi telah dibangun. Sementara untuk KPR inden, ada skema pencairan di escrow account.
Bagaimana pergerakan indeks sektor properti dilihat dari kaca mata analisis teknikal, Tim Riset CNBC Indonesia merangkumnya untuk anda:
Secara jangka panjang (primary trend), indeks sektor properti masih dalam tren menurun, tetapi dalam jangka pendek bergerak menyamping (sideways). Rentang titik penopang (support) berada di level 440 dan titik penghalang (resistance) pada level 458.
Berdasarkan analisis kami, indeks sektor properti telah menembus titik penopang pertamanya (support 1) yang berada di level 440, dan diperkirakan bergerak ke level penopang selanjutnya (support 2) di level 420.
Mengacu pada beberapa indikator teknikal, indeks sektor properti masih menujukan pelemahan dengan bergerak ke bawah menjauhi rerata pergerakan (moving average) 100, 50 dan 10 hari (MA 100, MA 50 dan MA 10) menandakan indeks sektor properti masih pada kondisi penurunan (bearish).
Investor yang ingin membeli saham di sektor properti sebaiknya menunggu hingga ada sinya pembalikan arah (rebound) dari level jenuh jualnya (oversold).
Berdasarkan indikator stochastic slow, indeks sektor properti telah memasuki area oversold dan indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (moving average convergence divergence/ MACD) juga cenderung menurun atau dead cross.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article IHSG Keluar dari 5.800, Belum Aman Meski Sempat di Zona Hijau
Saham properti sempat menghijau jelang rapat dewan gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang mengagendakan relaksasi aturan LTV pada hari ini, Kamis (28/06/2018). Naik 0,1% ke 446,9 pada pembukaan pagi, indeks sektor properti turun mencapai titik terendahnya di sesi I pada 436,7 (-2,18%).
Harga saham-saham utama di sektor tersebut juga berguguran di antaranya PWON (-2,72%), BSDE (-4,24%), SMRA (-4,54%) dan LPKR (-2,87%). Secara tahun berjalan (year to date/YTD) indeks sektor properti sudah turun 11% lebih.
Saat akad, pengembang nantinya bisa menikmati dana langsung pakai untuk pembangunan proyek, lebih menguntungkan dari aturan LTV sekarang yang mengizinkan penggunaan dana jika pondasi telah dibangun. Sementara untuk KPR inden, ada skema pencairan di escrow account.
Bagaimana pergerakan indeks sektor properti dilihat dari kaca mata analisis teknikal, Tim Riset CNBC Indonesia merangkumnya untuk anda:
![]() |
Berdasarkan analisis kami, indeks sektor properti telah menembus titik penopang pertamanya (support 1) yang berada di level 440, dan diperkirakan bergerak ke level penopang selanjutnya (support 2) di level 420.
Mengacu pada beberapa indikator teknikal, indeks sektor properti masih menujukan pelemahan dengan bergerak ke bawah menjauhi rerata pergerakan (moving average) 100, 50 dan 10 hari (MA 100, MA 50 dan MA 10) menandakan indeks sektor properti masih pada kondisi penurunan (bearish).
Investor yang ingin membeli saham di sektor properti sebaiknya menunggu hingga ada sinya pembalikan arah (rebound) dari level jenuh jualnya (oversold).
Berdasarkan indikator stochastic slow, indeks sektor properti telah memasuki area oversold dan indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (moving average convergence divergence/ MACD) juga cenderung menurun atau dead cross.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article IHSG Keluar dari 5.800, Belum Aman Meski Sempat di Zona Hijau
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular