
Intervensi Sampai Perdagangan Menangkan Yuan Lawan Rupiah
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
28 June 2018 11:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap yuan China bergerak melemah pada perdagangan pagi ini. Pelemahan ini didorong oleh adanya intervensi Bank Sentral China, People's Bank of China (PBoC), terhadap mata uang domestik.
Pada Kamis (28/6/2018), pukul 10.45 WIB, CNY 1 di pasar spot ditransaksikan di Rp 2.157,29 Rupiah melemah 0,64% dibandingkan perdagangan hari kemarin.
Pelemahan rupiah membuat harga jual yuan di beberapa bank nasional berada di atas Rp 2.200. Berikut perkembangan perdagangan hingga pukul 10:35 WIB:
Intervensi PBoC didasari oleh pelemahan mata uang yuan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terlalu dalam. Dikutip dari Reuters, posisi nilai tukar telah melemah 0,22% hingga menyentuh posisi CNY 6,6142/US$, terlemah sejak 18 Desember 2017.
Kondisi yuan yang terus melemah menimbulkan penilaian tersendiri di pasar. Sebagian kalangan menilai pelemahan yuan diakibatkan adanya intervensi dari bank sentral terutama dalam menunjang kegiatan ekspor Negeri Tirai Bambu di tengah perang dagang.
Namun, hal tersebut dibantah oleh pihak bank sentral. PBoC menegaskan tetap berkomitmen dalam menjalankan tanggung jawab dalam menjaga stabilitas nilai tukar guna mencegah arus modal asing pergi keluar Hal ini didasari oleh peristiwa devaluasi yuan pada 2015 yang mengakibatkan arus modal asing keluar.
Untuk mencegah terulangnya kondisi tersebut, maka PBoC melakukan intervensi untuk mencegah pelemahan yuan terlalu dalam. Akibatnya yuan pun mulai bergerak menguat termasuk di hadapan rupiah.
Di sisi lain, arus modal asing yang keluar dari pasar saham Indonesia pagi ini juga turut berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah. Hingga pukul 10:43 WIB, aksi jual bersih oleh investor asing telah mencapai Rp 62,32 miliar. Situasi ini semakin memperparah kondisi rupiah.
Belum lagi secara perdagangan, arus modal pun sangat jauh memihak China. Selama Januari-Mei 2018, Indonesia mengalami defisit perdagangan US$ 8,11 miliar. Artinya arus devisa lebih banyak mengarah ke China sehingga mendukung apresiasi yuan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lawan Yuan, Rupiah Telemah Sejak September 2015
Pada Kamis (28/6/2018), pukul 10.45 WIB, CNY 1 di pasar spot ditransaksikan di Rp 2.157,29 Rupiah melemah 0,64% dibandingkan perdagangan hari kemarin.
![]() |
Pelemahan rupiah membuat harga jual yuan di beberapa bank nasional berada di atas Rp 2.200. Berikut perkembangan perdagangan hingga pukul 10:35 WIB:
Bank | Harga Beli | Harga Jual |
Bank Mandiri | Rp 2.063,00 | Rp 2.214,00 |
Bank BRI | Rp 2.081,15 | Rp 2.241,08 |
Bank BCA | Rp 2.080,00 | Rp 2.209,00 |
Intervensi PBoC didasari oleh pelemahan mata uang yuan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terlalu dalam. Dikutip dari Reuters, posisi nilai tukar telah melemah 0,22% hingga menyentuh posisi CNY 6,6142/US$, terlemah sejak 18 Desember 2017.
Kondisi yuan yang terus melemah menimbulkan penilaian tersendiri di pasar. Sebagian kalangan menilai pelemahan yuan diakibatkan adanya intervensi dari bank sentral terutama dalam menunjang kegiatan ekspor Negeri Tirai Bambu di tengah perang dagang.
Namun, hal tersebut dibantah oleh pihak bank sentral. PBoC menegaskan tetap berkomitmen dalam menjalankan tanggung jawab dalam menjaga stabilitas nilai tukar guna mencegah arus modal asing pergi keluar Hal ini didasari oleh peristiwa devaluasi yuan pada 2015 yang mengakibatkan arus modal asing keluar.
Untuk mencegah terulangnya kondisi tersebut, maka PBoC melakukan intervensi untuk mencegah pelemahan yuan terlalu dalam. Akibatnya yuan pun mulai bergerak menguat termasuk di hadapan rupiah.
Di sisi lain, arus modal asing yang keluar dari pasar saham Indonesia pagi ini juga turut berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah. Hingga pukul 10:43 WIB, aksi jual bersih oleh investor asing telah mencapai Rp 62,32 miliar. Situasi ini semakin memperparah kondisi rupiah.
Belum lagi secara perdagangan, arus modal pun sangat jauh memihak China. Selama Januari-Mei 2018, Indonesia mengalami defisit perdagangan US$ 8,11 miliar. Artinya arus devisa lebih banyak mengarah ke China sehingga mendukung apresiasi yuan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Lawan Yuan, Rupiah Telemah Sejak September 2015
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular