
Hedging, Bisnis Merck dan MNC Sky Aman Dari Pelemahan Rupiah
Gita Rossiana, CNBC Indonesia
27 June 2018 09:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini tidak hanya berdampak pada sektor jasa keuangan, namun juga beberapa emiten yang memiliki komponen produk dari luar negeri.
Lantas bagaimana emiten-emiten tersebut mempertahankan diri?
Direktur PT. Merck Tbk (MERK) Bambang Nurcahyo mengatakan, pihaknya memang memiliki komponen investasi dalam mata uang asing, jumlahnya pun mencapai 5,8 juta euro.
"Kami melakukan hedging atau lindung nilai terkait investasi tersebut sehingga rugi kurs sangat minimal,"ujar Bambang seperti dikutip, Rabu (27/6/2018).
Sementara itu di sisi lain, Direktur Utama PT. MNC Sky Vision Tbk (MSKY) Hari Susanto mengungkapkan, perubahan kurs memang mempengaruhi bottom line perusahaan. Pasalnya, perseroan memiliki utang dalam bentuk dolar AS.
"Kami belum menargetkan bottom line (Laba-rugi perusahaan) untuk tahun ini karena kurs tidak bisa diestimasi, namun kami berusaha profit tahun ini," kata dia.
Sementara itu, pada kuartal IV-2017, MNC Sky Vision membukukan rugi bersih Rp 289,33 miliar, naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 197,44 miliar.
Sedangkan total liabilitas mencapai Rp 2,74 triliun, menurun dari 2016 yang mencapai Rp 4,07 triliun. Namun untuk utang dari bank meningkat menjadi Rp 320,35 miliar pada 2017 dari Rp 87,33 miliar pada 2016.
(roy/roy) Next Article Uji Prospek Saham Baru Anggota LQ45 & IDX30
Lantas bagaimana emiten-emiten tersebut mempertahankan diri?
Sementara itu di sisi lain, Direktur Utama PT. MNC Sky Vision Tbk (MSKY) Hari Susanto mengungkapkan, perubahan kurs memang mempengaruhi bottom line perusahaan. Pasalnya, perseroan memiliki utang dalam bentuk dolar AS.
"Kami belum menargetkan bottom line (Laba-rugi perusahaan) untuk tahun ini karena kurs tidak bisa diestimasi, namun kami berusaha profit tahun ini," kata dia.
Sementara itu, pada kuartal IV-2017, MNC Sky Vision membukukan rugi bersih Rp 289,33 miliar, naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 197,44 miliar.
Sedangkan total liabilitas mencapai Rp 2,74 triliun, menurun dari 2016 yang mencapai Rp 4,07 triliun. Namun untuk utang dari bank meningkat menjadi Rp 320,35 miliar pada 2017 dari Rp 87,33 miliar pada 2016.
(roy/roy) Next Article Uji Prospek Saham Baru Anggota LQ45 & IDX30
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular